Yang udah baca, jangan lupa vote apalagi Komen ya,
Biar aku makin mangat nulisnya❤"
Oke, gue duluan, ya" Refa melambaikan tangan yang dibalas Alea dengan hal serupa. Baru saja selesai rapat osis, hujan turun. Refa yang kebetulan ada ekskul tari juga baru pulang. Namun, karena ia dijemput dengan mobil, ia jadi meninggalkan Alea sendirian di koridor.
Alea duduk di kursi keramik, membuka tas nya lalu mengambil sebuah novel yang baru saja ia pinjam dari Adam. Mulai membaca, membolak balik halaman.
Namun konsentrasinya tak bisa fokus pada bacaan. Dengan gelisah menatap hujan yang semakin lebat.
"Lari gak ya? Lari gak ya?" Ia bergumam. Tanpa sadar menutup novel yang baru dibukanya tak sampai lima menit. Alea mengangguk, memantapkan diri.
Ia melangkah menuju tepi koridor. Masih berteduh, ia menjulurkan tangannya lalu menangkap air hujan yang turun. Senyum nya terbit. Alea menghela napas panjang, dengan sedikit tersenyum ia kemudian melangkahkan ka----
"Eits! Cari penyakit lo?" Seseorang menarik pelan rambutnya.
Belum juga selesai bulatin niat, udah ada yang ganggu aja!
Alea berbalik, Laskar dengan tampang menyelidik menahan langkahnya untuk tidak menari dibawah hujan.
"Lo ganggu gue terus, ih!" Alea berdecak, melipat tangannya didepan dada. Mulutnya mengerucut menatap air hujan yang rasanya semakin menggoda.
"Gue gak ganggu, cuma mau bilang jangan main hujan-hujanan," Ia memasukkan tangan ke dalam saku jaket. Berdiri tegak di depan Alea.
"Apa bedanya?" Alea bergumam kecil. Masih fokus pada hujan serta riak air kesukaannya.
"Ayo pulang! Gue udah pesan tukang pintu, jam lima dia nyampe ke rumah lo"
Alea berdecak, "gue bawa motor, Kar"
"Iya gue tau"
Alea kemudian menoleh pada Laskar. Kini giliran cowok itu yang menatap hujan, "terus?"
"Ya, lo bawa motornya, lah, gue ikutin dari belakang"
Alea terlonjak, "gila lo! Tega amat!"
Laskar mengerinyit, "gue tau lo pasti bakalan sok jual mahal kalo gue tawarin naik mobil"
Alea mencibir, langsung memunggungi Laskar. Malas berdebat lebih panjang.
"Ayo cepetan, Al, gue sekarang lebih care sama tukang pintunya dibanding lo" Laskar mendesak.
Alea semakin cemberut.
Tiba-tiba Laskar mendekatkan kepalanya pada telinga Alea, lantas berbisik pelan, "makanya kalo gue ajak naik mobil jangan sok jual mahal, ayo!" Seketika Alea merasakan sesuatu menarik tangannya. Laskar menariknya lalu mengantarnya pada mobil. Alea tak banyak proes. Mobil melaju meninggalkan pekarangan sekolah.
Hujan berhenti saat mobil Laskar berhenti tepat di pekarangan rumah Alea. Selama perjalanan mereka hanya diam. Alea turun dari mobil lebih dulu lalu menuju pintu rumahnya yang tampak sedikit berbeda.
"Laskar? Pintunya udah kelar?" Seru Alea langsung. Mendadak Alea teringat sesuatu. Matanya membulat. Sebuah perasaan tak enak menyelinap dalam hatinya.
Alea membuka pintu baru tersebut dengan sedikit hentakan. Berkata gusar menyebut nama Nathalia lantas berlari kedalam rumah. Ia segera menuju kamar Nathalia di pojokan. Membuka pintu. Alea baru bisa tersenyum lega saat melihat Nathalia masih setia dengan posisi kebiasaanya. Alea mendekat, duduk di tepi tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Teen Fiction[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...