[16]. Lari Pagi

1.2K 37 2
                                    

Happy Reading

"Lo jadi kaya teka-teki yang sulit gue pecahin, Misteri"

-Laskar Dewangga-

***

Laskar menyelipkan sejumput rambut ke telinga gadis yang sedang tertidur itu. Pagi masih belum merangkak naik, namun sepertinya ia masih setia pada dengkurannya yang kini terdengar halus. Tak semenderu malam tadi.

Laskar mengedarkan pandangnya pada isi kamar cewek itu. Terlihat lebih rapi dibandingkan bagian rumahnya yang lain. Iseng Laskar melihat-lihat meja belajarnya. Ia kira Alea tak hobi berfoto hingga tak ada satu pun fotonya yang terpajang disana. Bahkan foto masa kecilnya, foto kedua orang tuanya, atau foto seseorang yang kemarin malam mengamuk tanpa Laskar tau penyebabnya.

Sebuah kertas berwarna di atas meja. Laskar mengambilnya. Membacanya perlahan.

Aku si gadis pemimpi

Alis Laskar bertaut, mengerinyit. Apa maksudnya. Hingga sebuah suara mengangetkannya, sontak membuatnya meremas kertas berwarna itu dan memasukkan ke saku jaket yang kini dikenakannya. Tak lagi mengenakan sweater semalam setelah ia memaksa Rey mengantarkan pakaian gantinya.

"Lo gak mau ngapai-ngapain anak orang kan?" Tuduh Ray yang langsung membuat Laskar melayangkan tatapan menusuk.

Laskar berbalik, menatap cewek yang kini menggeliat pelan.

"Bangun" seru Laskar pelan tepat di depan wajah cewek itu. Alea membuka matanya. Membelalak kaget lantas bersembunyi kembali di balik selimut.

"HOIII? PEGI SANA LO, TAMPANG GUE ITU GA BISA DIMAAFKAN KALO BARU BANGUN" Usir Alea dari balik selimut.

Laskar terkekeh, "Gue udah liatin dari tadi kali, iler lo itu loh"

"LASKAR! LO GA BISA DIMAAFKAN"

Laskar malah tertawa keras.

"Keluar, Laskar ih" Alea kesal, masih bersembunyi di balik selimut.

"Iya, Iya" Laskar memilih keluar, menutup pintu kamar Alea. Lalu segera menuju ke bawah. Memilih menanti di ruang tamu. Tiduran di sofa. Ia mengeluarkan kertas yang ia remas tadi. Mulai membaca kalimat di kertas itu satu persatu.

'Aku si gadis pemimpi.

Bukan pemimpi sebuah cita-cita hebat,
Bukan pula pemimpi sebuah rencana besar,
Apalagi kesenangan tiada terkira'

Laskar berdehem pelan. Tak mengerti maksud dari tiga baris kalimat yang baru saja sibacany. Baiklah, dati pada menerka yang tidak-tidak Laskar terus membaca kalimat per kalimat selanjutnya.

'Aku hanya gadis pemimpi
Pemimpi masa lalu
Pemimpi kejadian suram yang telah lalu
Sakit yang tak pernah kulupa rasanya sejak hari itu
Mama,,Papa,,
Kesedihan yang selalu ada'

Mama Papa? Ada apa dengan mereka? Apa mereka bepergian jauh hingga meninggalkan Alea bersama seseorang yang tari malam mengamuk tanpa ia ketahui penyebabnya. Atau orang tuanya telah, meninggal?

'Setiap pukul sebelas malam
Tepat di jarum dua belasnya
Aku kesakitan
Dalam kesendirian,,'

Oke, Laskar paham inilah alasan kelakuan aneh Alea tadi malam. Setidaknya ia menemukan satu jawaban atas misteri besarnya, walau masih banyak misteri lain uang justru membuatnya lebih penasaran.

Laskar Pelangi AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang