Alea pulang. Klise sekali memang. Hari ini sekolah, lalu jalan dengan Laskar, akhirnya pulang. Ya, memang kejadiannya hanya sebatas itu-itu saja. Sederhana. Namun terkadang yang paling sederhana itu yang membuka mata.
Ia ngambek lucu. Tidak mau berbicara sepatah kata pun pada Laskar karena merasa dipermalukan di depan kakek pemilik tambal ban tadi. Walau jujur saja, ujung bibirnya terus berkedut menahan tawa tiap kali Laskar menggodanya agar berbicara. Alea acuh, menatap dedaunan jauh yang bergerak diterpa angin. Masih keukeuh. Sampai pulang, ia masih melakukan hal yang sama.
Alea menutup pintu, langsung berlari lalu mengintip dari balik tirai. Memeriksa apakah cowok itu langsung pulang atau melakukan hal iseng lagi di luar sana. Terkekeh pelan. Usil sekali padahal sebenarnya hatinya hanya ingin melihat Laskar sekali lagi untuk hari ini. Laskar langsung balik arah. Melesat pergi, lalu Alea tak tahan lagi untuk tak meledakkan tawanya.
Lucu. Bagi Alea, Laskar itu lucu sekali. Cara ia membujuk Alea, dengan wajah manyun serta poni menutupi sebelah mata- entah dibuat-buat atau memang diterbangkan angin. Alea ingin tertawa, tapi siasatnya susah payah mengatur agar Alea tidak mengubris hal tersebut. Hingga berjalan ke dapur mengambil minuman, Alea masih tersenyum geli mengingat setiap hal yang terjadi.
"UHUK!" Alea tersedak air, menyembur ke pakaiannya sendiri. Alea kaget, miris meratapi pakaiannya yang sudah setengah basah.
"Yah basah, tapi kenapa gue mikirin Laskar, ya?" Alea berkacak pinggang. Kembali meneguk air di dalam gelas. Lalu kembali tersenyum. Ia menggeleng heran akan dirinya sendiri lantas meletakkan gelasnya lalu segera menuju kamar Nathalia. Duduk di tepi ranjang tempat Nathalia biasa melamun atau berpikir, atau tertidur. Entahlah apa yang sedang Nathalia lakukan. Yang tampak hanyalah sosoknya yang menatap satu objek dengan kosong. Tak ada yang mengerti.
Alea menggenggam tangan Nathalia. Tersenyum tulus.
"Kak? Kok diam aja sih?" Tegurnya pelan. Tak mendapat respon apapun dari yang diajak bicara.
"Kak, adek mau curhat nih, tapi kakak jangan bilang siapa-siapa, ya" Alea terkekeh. Sedikit beringsut mendekat lalu mencoba memulai ceritanya.
"Kayaknya adek suka deh, kak, sama Laskar. Kakak inget kan? Itu loh yanh waktu itu datang kesini" Alea bercerita dengan lembut, tersenyum geli. Entah mengapa ia seperti merasa ada ribuan kupu-kupu yang kini menggelitiki perutnya.
"Gak tau deh, kak, mungkin karena Laskar baik. Laskar emang baik banget sih kak sama adek. Dia selalu ada bantu adek kapan pun. Tapi ya, kadang-kadang nyebelin
"Kakak pernah jatuh cinta? Rasanya kayak apa sih? Sama gak kayak yang adek rasain sekarang?" Alea tertawa kecil, menjeda ceritanya sesaat.
"Makanya kakak cepat sembuh, biar bisa jelasin sama adek. Adek gak salah kan kak suka sama Laskar? Sebenarnya adek juga gak ngerti sih habis ini mau ngapain. Tapi, biasanya kalo orang suka itu harus bilang ya kak? Ah, masa adek harus bilang sama Laskar? Pasti diketawain!" Alea malu sendiri memikirkan jika hal itu sampai terjadi. Alea menyatakan perasaan pada Laskar? Oh tidak! Kini gadis itu sibuk mengetuk-ngetuk dahinya dengan harapan agar hal semacam itu jangan sampai terjadi.
Nathalia hanya diam. Tak bereaksi sedikit pun. Membuat Alea kehabisan kata-kata. Ia tersenyum lalu mengusap-ngusap punggung tangan kakaknya itu. Berharap lagi jika suatu saat keajaiban akan datang bagaimanapun caranya.
"Yaudah, kakak istirahat ya, Alea mau ganti baju dulu"
Lalu percakapan tentang cinta di hari itu berakhir. Apa Nathalia pernah jatuh cinta, ya?
***
Usai mandi, dengan rambut yang masih basah, Laskar melesat menuju dapur. Mengambil minuman dingin lalu duduk di meja makan seraya membuka ponselnya. Ada 563 spam chat dari grup. Grup apa lagi jika bukan dari grup dirinya dan kelima temannya yang agak norak itu. Laskar mengabaikan, biasanya isi grup cuma ocehan tak berfaedah dari Thomas dan Micheil. Ia beralih membuka aplikasi lain saat Virgia datang dan menyita perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Novela Juvenil[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...