Happy Reading🎈
Klik Vote sebelum baca💫Empat sekawan itu menyusuri koridor dengan malas. Pelajaran mereka pagi hari ini adalah olahraga jasmani. Jadi mereka sedang menuju ruang ganti. Bukan mereka malas dengan gurunya, tapi pelajarannya karena hari ini mereka akan lari lima kilo meter. Angka yang fantastis mengingat Refa sudah ngos-ngosan dengan hanya lari satu putaran lapangan bola basket.
"Efektif ga sih, buat nurunin berat badan gue minimal tiga kilo" celetuk Okta, malas.
"Kalo lo tiap hari lari segitu baru efektif" balas Alea, ia memeluk seragam olahraga berwarna hijau terang.
Selesai berganti seragam, mereka pun langsung pemanasan yang dipimpin ketua kelas. Selanjutnya lari lima kilo meter keliling kampung di sekitar sekolah pun dimulai. Hanya ini yang menarik, karena mereka akan mengelilingi daerah di sekitar sekolah mereka. Memang sih daerah sekitar sana sudah tidak banyak pepohonan nya lagi, sudah berganti dengan komplek perumahan. Tidak ada lagi sungai jernih mengalir, yang ada sungai sampah yang menggenang.
Refa lari paling depan. Katanya agar cepat selesainya jadi ia mengeluarkan seluruh tenaga saat mulai start. Sebaliknya Alea dan Luischa memilih berlari biasa saja agar tidak terlalu lelah hingga akhir. Dan Okta yang katanya ingin turun tiga kilo malah jalan santai di belakang. Untung guru olahraga mereka merupakan guru senior yang baik hati. Jadi ia tak masalah asalkan muridnya melakukan apa yang disuruhnya, meskipun asal.
Alea lari berdampingan dengan Luischa. Rombongan mulai terpecah. Beberapa keringat sudah mengalir indah di pelipis.
"Penganiaayaan murid, bos" seru Luischa berlebihan. Alea tergelak mendengarnya. Mereka berbelok ke kiri sesuai perintah yang diberikan.
Tiba-tiba Adam yang notabene teman sekelas mereka lewat dengan peluh tak kalah mengalir deras.
"Hoi, bisa lari juga lo ternyata, gue kira cuma bisa baca novel doang di perpus" teriak Luischa sambil tertawa.
"Berisik lo" balas Adam sambil terus berlari menjauh. Mereka berdua pun tertawa serentak mendengar jawaban Adam.
"Calon pacar lo, tuh" ledek Alea.
"Ogah, ah gue" jawab Luischa, "Kita change aja lah gimana? Lo sama si Adam, biar gue sama Laskar"
"He? Seriusan lo? "
"Iya, Lagian si Adam kayaknya caper banget sok sokan baik di depan lo" Luischa tersenyum jahil.
"Ogah ah, lagian lo mau sama si Laskar? Bukannya lo takut ya sama dia"
"Hehe, iya sih. Habis galaknya minta ampun. Dipelototin lagi. serem,Al. Lo aja yang betah dekat-dekat dia" Alea tertawa mendengar jawaban Luischa.
"Dia gak seseram yang lo kira kok, beneran" jawab Alea santai. Ia jadi teringat sikap Laskar yang tak pernah seperti apa yang dimaksudkan Luischa barusan. Juga seperti apa yang terpikirkan oleh Refa dan Okta.
"Cogan, sih. Tapi galak kaya harimau" komentar Refa suatu hari.
"Mungkin karena galaknya itu dia jomblo terus, Al. Lo hati-hati" Saran Okta juga.
Alea tergelak. Kembali terfokus pada jalanan di depannya. Tunggu dulu! Apakah Laskar jomblo seperti yang dibilang Okta? Itu suatu yang patut dipertanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Teen Fiction[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...