~Happy Reading~
Ketika Ipa dan Ips bersatu eak
HahahahaRefa mendadak heboh. Ia berlari kedalam kelas bersama Luischa dan Okta yang juga melukis senyum mengembang. Tangan mereka membawa paper bag kecil. Refa tak henti-hentinya berteriak heboh.
"Pokoknya ini!" Seru Refa menyerahkan satu paper bag untuk Alea. Alea yang bingung menerima ragu-ragu. "Lo siap-siap cantik malam ini, jam tujuh Laskar jemput lo" Ucap Refa lagi.
"Jangan telat, Al. Kapan lagi coba kita-kita jalan bareng. Banyak cogannya juga" seru Luischa dan Okta hampir bersamaan.
"Udah, cepatan pulang!" Usir Refa langsung mengambil tasnya. Luischa dan Okta juga mengambil tas mereka masing-masing.
"Eh eh? Ini maksudnya ap,,,," Ucap Alea terputus saat ketiga sahabatnya itu sudah raib dari kelas. Bersemangat sekali pulang kerumah seperti hendak melakukan rencana besar.
Alea menghela napas panjang. Apa maksudnya lagi ini? Laskar akan menjemputnya jam 7? Lalu? Alea memutuskan tak ambil pusing. Segera pulang karena hari ini toko buku tutup. Jadi ia akan menghabiskan hari dirumah terkutuknya itu. Mungkin ia bisa mengobrol panjang dengan Nathalia hingga sore. Dan bersiap-siap untuk rencana misterius yang disebutkan Refa. Alea segera membersihkan alat tulisnya. Bergegas pulang. Ia menuju tempat parkir motornya. Hingga Alea mendadak malas untuk kerumah. Disana ia hanya akan merasakan sesak. Lebih baik Alea berjalan-jalan kemana pun ia mau. Segera Alea pergi ke perpustakaan kota, tempat yang nyaman dan menarik.
Jalanan cukup ramai. Panas dan gerah. Matahari bersinar gagah menyengat kulit. Debu dan polusi udara menghiasi. Hingga Alea tiba di perpustakaan. Ia segera menuju rak novel setelah sebelumnya melapor pada petugas perpustakaan. Sebagai kaum ips, novel jauh lebih menarik ketimbang pelajaran matematika yang mengesalkan.
Alea menarik salah satu novel dari rak, ia memilih tempat duduk yang nyaman lalu mulai membaca satu persatu kalimat halaman per halaman. Hingga telinganya menangkap sesuatu.
"Papah, ga mau pokoknya harus yang ini" Kalimat imut sekali merajuk. Alea tertarik hingga ia menoleh pada seorang anak kecil berkepang dua, cantik sekali.
"Jangan yang itu sayang, kamu kan udah punya" Jawab seorang laki-laki yang merupakan papa si gadis kecil. Gadis itu malah merajuk semakin manja.
"Ga mau, pokoknya ga mau" Seru si gadis kecil. Papanya terlihat bingung bagaimana cara membujuk gadis kecilnya.
'Andai itu gue, andai papa masih ada, andai gue masih bisa rasain masa-masa manis bareng papa, bareng kak Natha yang masih sehat. Bareng mama juga, pasti bahagia, pasti gak kayak gini' Alea membatin.
Alea beranjak dari duduknya, mendekati si gadis kecil yang kini memeluk sebuah buku bersampul Tinker bell.
"Hai?" Sapa Alea ramah pada si gadis kecil ia berjongkok di depan si gadis berkepang itu, "kakak boleh pinjam buku yang ini, gak? Kakak juga pengen deh"
Gadis kecil mengangguk cepat. Kepang duanya bergoyang-goyang. Imut sekali. "Boleh! Aza udah punya, ceritanya bagus! Mama yang bacain" seru Si gadis kecil yang ternyata bernama Aza.
Alea berpura-pura memasang wajah kaget, "Wah, kebetulan banget. Perinya cantik sih kaya kamu" Alea mencubit ringan pipi Aza.
"Kakak juga cantik" Aza tertawa malu, segera berlari ke arah papanya. Alea juga tertawa. Mengangguk pelan pada papa Aza yang balas tersenyum ramah.
Alea meletakkan kembali buku cerita yang dipinjamkan Aza ke tempat yang lebih tinggi agar gadis kecil itu tak dapat melihatnya kembali. Kemudian ia segera pulang dengan air mata yang tiba-tiba mengalir membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Teen Fiction[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...