Alea terus mengikuti langkah Laskar melewati ruangan demi ruangan di rumah besar ini. Sebenarnya jika situasinya bagus, Alea sudah memuji takjub interior rumah yang menurutnya tersusun sangat apik ini. Namun bukan sekarang waktu yang tepat. Laskar terus membawa Alea hingga ke sebuah kamar di tengah rumah.
Alea ragu-ragu untuk masuk. Namun Laskar dengan cepat menarik pergelangan tagannya. Menemui seorang wanita yang terlihat lemah diranjang diselingi sebuah infus. Ia tersenyum ketika melihat keduanya masuk. Gurat wajahnya yang menahan beban terlihat tercetak dengan sangat jelas.
"Ma, ini Alea, yang sering Virgia cerita" Laskar tersenyum, mengecup pelan dahi sosok yang melahirkannya itu.
Alea mematung. Siapa wanita ini?
Laskar beralih menatap Alea, "Al, ini nyokap gue, ya seperti yang lo lihat mama sakit, udah lama keadaannya cuma kaya gini" Laskar menjelaskan. Alea melempar pandangannya dari Laskar beralih menatap sang mama.
Alea menarik kursi pelan, duduk disamping ibunya Laskar, Rianti, yang tersenyum ketika melihat Alea. Rianti menjangkau rambut Alea lantas menghelus sisi kepalanya.
"Kalo gitu gue keluar ya, mungkin ada yang mau lo omongin sama mama atau apa, nanti gue temuin lagi" Laskar tersenyum lanas melangkah keluar. Alea bahkan belum paham apa maksud Laskar mempertemukan Alea dengan ibunya dan apa yang harus Alea katakan.
Namun satu yang ia tahu, melihat wanita ini seolah mengingatkan Alea pada sosok ibunya sendiri. Mereka sama-sama punya senyum yang hangat. Alea menggenggam tangan wanita itu yang bebas dari infus namun terlihat begitu kurus dan pucat.
"Tante," panggil Alea pelan. Yang dipanggil hanya tersenyum lantas mengangguk. Alea tak tau lagi apa yang harus ia katakan. Rianti terus memperhatikannya dengan lembut, semakin mengingatkan Alea pada Mama.
Alea menoleh pada nakas. Melihat sepiring makanan yang masih utuh belum disentuh. Alea tersenyum, kembali menoleh pada sang tante.
"Tante, Alea boleh nyuapin tante makan?" Alea bertanya yang langsung dijawab Rianti dengan anggukan. Alea tersenyum, meraih nasi diatas nakas lantas mulai menyuapinya satu persatu.
Alea memeperhatikan Rianti yang begitu lemah. Hanya bisa berbaring dan dugaan terkuat Rianti juga susah berkomunikasi. Dan poin pentingnya ia adalah ibunya Laskar, jadi Laskar yang selama ini ikut mengurus ibunya ini? Alea diam, melumat bibir bawahnya sendiri.
Selesai menyuapi Rianti dalam diam, Alea beralih menatap wajah Rianti dan entah mengapa ada wajah mama disana. Ya, ada wajah mama, ibu Alea yang tersenyum tulus. Alea mengerjap, namun bayangan itu kembali ke sedia kala.
Ada wajah mama disana.
Ada wajah mama disana. Itu tidak mungkin. Namun Alea dapat melihatnya dengan jelas. Begitu besar rasa rindu Alea hingga tanpa sadar air matanya jatuh. Terus kembali menatap wajah Rianti dengan harapan mama kembali hadir. Namun nihil, hanya ada Rianti yang mengelus pelan air mata Alea.
"Tante, mirip mama" Alea berkata pelan, tak sanggup lagi untuk tak terisak. Air matanya luruh. Menyentuh tangan Rianti yang menangkup sebelah pipinya.
"Tante mirip mama, Alea rindu mama," Alea terisak, bak anak kecil. Rasa rindu yang kian memuncak tak mampu terbalaskan. Melihat Rianti, seperti sosok mama. Alea tak mampu mengerti setiap jengkal drama kehidupan.
"Aa Alea, bisha panggil Ma ma Mama" Rianti berusaha berkata patah-patah. Namun sesaat kemudian meringis menahan pedih. Alea kian terisak.
Ia tak sanggup lagi menahan rindu. Rianti sungguh sangat mengingatkannya. Gurat keduanya mirip, lembutnya mirip. Alea terisak. Berdiri lantas memeluk pelan Rianti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Novela Juvenil[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...