🎈Happiness - 1 [Hyunjin, Nakyung]

642 85 9
                                    


"Lonya yang goblok. Udah punya Nakyung masih aja cari yang lain. Nyari apa lagi sih lo? Nakyung kurang apa?" Maki Jisung kesal.

Felix memandang Hyunjin sambil mengunyah batagornya. Seungmin juga sama, diam memandangi sahabatnya yang sedang menunduk di depannya.

"Gengsi lo terlalu tinggi." Kata Seungmin kemudian.

Hyunjin mendongak, menyipit tak terima.

"Bro, jaman sekarang mana ada cewek kaya Nakyung. Tulus, polos, nurut, cantik, baik, perhatian, otaknya kepake, pinter masak, sayang lagi sama lo." Oceh Felix.

"Jin gue tau ya alesan tolol elo kenapa bisa putus sama Nakyung. Gak usah sok ga terima gue bilang gengsi lo tinggi karena emang kenyataannya begitu."

"Diem lo anjing." Desis Hyunjin.

"Lo yang anjing. Ngelepas Nakyung karena gengsi dia gak sederajat sama lo? Sama kita-kita? Apa bagi lo itu memalukan? Meeen, gue jadi lo dan punya Nakyung, bakal bersyukur di setiap detik hidup gue."

Jisung yang mendengar itu menoleh, "Cuma karena alesan itu?" Jisung berdecih. "Ternyata emang tolol." Gumam Jisung lalu pergi begitu saja meninggalkan tiga sahabatnya.

"Apa yang bikin lo malu? Karena dia gak sederajat sama kita, dia jadi gak pantes buat bersanding sama lo? Kalo bokap gue tiba-tiba bangkrut apa lo bakal jauhin gue juga, Jin?"

Hyunjin menatap Seungmin sinis. "Diem anjing!"

Seungmin membanting sendok garpunya dengan kesal, "Gak usah temuin gue kalo lo masih belum waras. Gue gak kenal Hyunjin yang tolol." Seungmin berlalu.

Tersisa Felix yang kini mengaduk es tehnya tanpa minat. Cowok itu berdeham pelan.

"Jin," Felix berdeham lagi. "Kalo lo masih nyari yang sempurna, hidup lo ga akan bahagia."

"Belum terlambat kalo lo mau semua balik lagi kaya dulu." Lanjut Felix, lalu meninggalkan Hyunjin sendirian di sudut kantin sekolah.




***




Hyunjin membuka matanya lalu segera bangkit duduk saat cahaya matahari masuk ke dalam retinanya tanpa penghalang. Ia mengerang, melirik jam tangannya.

Sudah lewat jam pulang.

Hyunjin segera berdiri, lalu meninggalkan rooftop sekolah menuju kelasnya di lantai dua.

Kelas jajaran IPS ada di ujung, dari tangga sini, ia harus melewati kelas-kelas IPA, yang ia lihat masih ada beberapa anak di dalamnya.

Tentu saja belajar.

Hyunjin berdecih, pikirnya, apa gak capek terus terusan belajar? Otak juga butuh istirahat.

Lagak dia kayak yang sering make otak aja.

Hyunjin mendongak, menoleh refleks ke dalam kelas IPA 1. Kelas yang bersebelahan dengan IPS 1, kelasnya sendiri.

IPA 1 tampak sepi. Hyunjin sudah akan mengalihkan pandangan saat matanya menangkap sosok Nakyung tengah berdiri di depan papan tulis, memegang spidol juga penghapus di kedua tangannya.

Gadis itu tampak melamun, mencoret papan tulis dengan asal lalu menghapusnya.

Hyunjin merapatkan tubuhnya ke dinding, mengintip lewat jendela, memerhatikan gerak gerik Nakyung yang masih saja melamun.

Ada sekitar lima belas menit Hyunjin berdiri di sana. Cowok itu mulai lelah, memutuskan untuk pergi. Tapi lagi-lagi ia menahan dirinya, saat melihat tulisan yang diukir oleh spidol di tangan Nakyung.

[2] Twilight✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang