Saat napasmu bersatu denganku, saat itulah aku sadar ...
Semua ini salah. Ini sebuah kesalahan fatal. Ini kematian ...
Untukku dan untukmu.
Sentuhanmu, indah parasmu, membuatku takut.
Bukan karena kehilangan, tapi karena memilikimu ...
☽❁☾
Previous Act :
Sekarang logikaku mematahkan semangatku. Ketertarikanku pada April sengaja kupendam dalam-dalam. Memerintah hatiku agar bersujud pada logika dan bertahan dalam posisinya. Tapi hatiku tak mau bersujud untuk waktu yang lama. Sujudnya runtuh saat pesan singkat dari April muncul di layar ponselku.
Hari Minggu ini saya mau ajak kamu nonton film. Mau ikut?
Secercah harapan itu kembali muncul dan merajai.
☽❁☾
Sabtu. Aku mengiyakan ajakan pak Dion untuk pergi dengannya hari ini. Ia membawaku serta menemui Lula, seorang event coordinator yang akan menangani event kuliner bulan depan. Kami menyambangi kantornya tepat pukul 11 siang.
Event kuliner nanti, tidak terlalu besar ataupun megah. Namun, cukup untuk membantu promosi kafe kami agar lebih dikenal masyarakat. Toh, event-nya akan diadakan di mall. Target market kami juga kebanyakan anak-anak muda hingga eksekutif. Pikirku, sudah bijak jika pak Dion berusaha keras mengikuti event ini. Setidaknya, ia bisa menilai keadaan pasar sebelum membuka cabang di mall lain.
Dibantu tim kerja miliknya, Lula memulai pembicaraan dengan menjelaskan konsep event dan segala seluk-beluknya nanti. Ia memaparkan tentang layout lokasi event, menyebutkan berbagai brand yang telah bekerjasama dengan mereka, menjelaskan tata jadwal event dan berbagai kemeriahan yang mereka rencanakan. Bahasan mereka yang seru membuatku anteng mendengarkan.
Berdasarkan diskusi yang mereka lakukan, banyak hal yang kupelajari.
Pertama, untuk memasang tenda kuliner perlu usaha yang lumayan. Maksudku, kalau tidak sikut-sikutan dengan pengusaha lain, kami pasti dapat tempat yang kurang strategis. Sudah tentu jika letak tenda atau stand kami nanti akan menentukan hasil penjualan.
Kedua, jika ingin punya yang terbaik, kita harus membayar lebih. Aku tidak menghalalkan cara pak Dion yang satu ini. Ia menyogok Lula agar memberikan spot stand terbaiknya pada kami. Supaya Lula membatalkan booking stand yang sudah dilancarkan pesaing kami dari jauh hari. Tapi, kembali ke poin pertama, uang pak Dion bisa kembali lebih cepat bila penjualannya didongkrak spot yang strategis.
Ketiga, kami harus siap rugi. Selain harus membayar biaya sewa tenda yang tidak sedikit, pak Dion juga harus mencari pegawai tambahan untuk event itu. Biayanya tentu berlipat. Lalu, produk yang kami jual juga belum tentu laku seluruhnya.
Keempat, selalu baca surat perjanjian dengan saksama. Tanyakan hal-hal yang penting dalam klausul perjanjian. Jangan sampai di kemudian hari, kita dirugikan karena ketidaktelitian diri sendiri. Pak Dion benar-benar menekankan hal ini karena di masa lalunya, ia pernah ditipu hingga ratusan juta rupiah lewat selembar kertas perjanjian yang ditandatanganinya. Wajar, jika ia jadi lebih ekstra hati-hati dalam membuat perjanjian atau menandatanganinya, bahkan dengan pegawainya sekalipun ia begitu.
Termasuk denganku yang baru kemarin-kemarin diharuskan mengisi berbagai formulir perihal statusku sebagai pekerja part-time kafe miliknya. Proses rekrutmenku memang nol besar, tapi keabsahanku sebagai pegawainya benar-benar ia lindungi. Salahku yang sempat berpikir jika pak Dion hanya bermain-main saat ia mempekerjakanku. Nyatanya tidak demikian. Ia serius merekrutku meski aku tahu aku mendapatkan semua ini karena Farin berkolusi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Cliches (BL Novel)
RomanceTidak ada seorangpun yang sempurna di muka bumi ini. Semua klise itu tak nyata. Mereka tak ada di sana saat aku membutuhkannya. Klise itu, bisakah aku mewujudkannya? A wattpad boys love roman (novel) fully created by Kanata Gray. Novel Debut : 08...