Act 58 : The Good Ending (Bonus)

1.1K 109 113
                                    

Previous Act :

"Ya sudah kalau begitu. Akan kukirimkan undangannya segera. Sekalian kau kemari, ada beberapa dokumen yang perlu kau tandatangani sebelum peluncuran bukumu. Kuharap kakakmu juga datang untuk bicara dengan editor kami."

"Tentu. Aku akan membawanya serta."

"Terimakasih sudah mengabariku. Aku senang kita bisa berteman seperti ini. Sampai bertemu di Jogja."

"Sama-sama. Sampai bertemu juga."

Napas senyuman Ares terdengar terakhir kalinya. Lalu, telepon pun ditutup. Meninggalkanku dengan perasaan bangga telah menghadapi semua ini dengan jantung yang masih berdetak.

Tuhan sudah membuktikan, bahwa selalu ada tiga jawaban atas doa dan penderitaanku.

Iya.

Belum waktunya.

atau, AKU punya hal yang lebih baik bagimu.

Kini Tuhan memberiku hal yang lebih baik dari apa yang kuinginkan. Perpisahanku dengan April setimpal dengan semua hal baik yang terjadi untukku dan aku bersyukur atas akhir ceritaku yang seperti ini. 

☽❁☾

"Kian, meeting sepuluh menit lagi. Kabari penulisnya, ya!" Rekan kerjaku mengatakannya sambil berlalu menuju lantai bawah.

"Sip!" balasku, mengacungkan jempol. Seisi kantor sedang sibuk-sibuknya setelah mengadakan penerimaan naskah besar-besaran minggu lalu. Tak terkecuali aku yang tak hanya bertugas menyortir naskah, tapi juga wajib mengurus penulis yang sudah terikat kontrak karena dalam beberapa bulan mendatang, buku mereka akan di-release dalam waktu berdekatan. 

Selesai mengabari penulis yang dimaksud, Ares memanggilku. Memberi isyarat tangan dari ambang pintu kaca ruangannya. Memintaku masuk membicarakan sesuatu. "Silakan duduk."

Aku menuruti titahnya, menatapnya was-was. "Ada apa ya, pak. Apa saya melakukan kesalahan?"

Bapak dari dua anak balita itu hanya tersenyum simpul. "Tidak. Aku hanya ingin memintamu menemui penulis baru. Untuk penulis yang sedang kau urusi sekarang, biar Hendro yang handle. Kau juga belum mahir mengolah naskah fantasi, ada baiknya kau menyerahkan satu ini pada yang sudah ahli. Toh, deadline-nya akan dipercepat dua bulan. Aku sangsi kau bisa menyelesaikannya tepat waktu. Apalagi penulisnya sulit sekali bekerjasama denganmu."

"Ah, iya. Memang sedikit sulit memintanya datang tepat waktu tapi dia tidak seburuk itu. Tapi apa tidak apa-apa kalau saya dialihtugaskan begini?" Sungkanku.

"Kau sudah bekerja di sini selama dua tahun, sudah bukan anak baru lagi. Kalau ada pembicaraan tidak enak, kau bisa mengatakannya padaku. Yang terpenting kau mengikuti acuanku dan mengerjakan tugasmu dengan sempurna. Itu saja tuntutanmu sebagai pegawai. Bukankah begitu? Lagipula kalau akhirnya kau tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan penulisnya, kalian tidak akan produktif. Jadi bukankah lebih baik dialihtugaskan saja?"

"Iya, kalau memang itu keputusan mutlak, saya akan menyetujuinya."

"Ya harus. Wong, itu perintah bosmu." Ia berkacak pinggang. Aku hanya terkekeh kecil.

 "Lalu, penulis baru ini apakah sudah pernah bekerja sama dengan penerbit lain sebelumnya?"

"Kita yang pertama. Jadi pastikan kau mendidiknya dengan baik. Aku tahu kau mampu."

"Baik, pak. Terimakasih banyak. Akan saya upayakan."

Ia menepuk permukaan meja, perutnya yang sedikit buncit timbul begitu ia mendirikan tubuhnya, mengoperasikan ponsel di satu tangannya sambil sesekali menatapku. "Oke, aku akan meeting dulu sekalian mengumumkan alih-tugas ini. Kau berangkat ke Kafe untuk temui penulis baru kami."

Bad Boy Cliches (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang