Act 55. Last Of Ours

1K 127 59
                                    

Previous Act :

Aku kehabisan kata untuk diungkapkan. Hatiku mendadak lelah membahas ini.

"Saya serius sekali dengan kamu. Saya tidak main-main dengan kamu. Berhentilah meragukan saya."

Menyela, "Saya tidak pernah meragukan kamu. Yang saya ragukan itu diri saya sendiri."

April tersenyum perih. "Kalau memang nanti perasaan kamu pada saya berakhir, maka berakhirlah. Tapi selama saya masih sayang kamu, saya tidak akan pernah berhenti." Ia menggenggam tanganku.

Dadaku berat dengan emosi. Tekanan di dalamnya terlalu kuat untuk kurasakan sendiri. Hasilnya, aku menangis di pelukannya April sementara ia mengelus rambutku, memelukku erat dan hangat.

Bisakah perasaan ini bertahan? Aku harus menjalaninya sendiri untuk tahu jawabannya.

Semoga semua ketakutan ini hanya anganku saja. Semoga hatiku tak berubah pada laki-laki mulia ini. Semoga saja aku bisa bertahan dengannya. Karena jika tidak, maka hubungan kami ini berlayar menuju badai.

☽❁☾

"Aku siap dengan semuanya, siap dengan badai dan petir yang menyambar. Tak sabar dengan hari esok. Apapun itu, aku akan menghadapinya dengan tubuh tegak. Aku tak akan menghindari apapun lagi ...

"Darahku, lukaku baru saja mengikatnya. Tapi meski begitu tidak jadi jaminan atas kebenaran kenyataannya setelah ini.

"Bisakah perasaan ini bertahan?

"Semoga semua ketakutan ini hanya anganku saja. Semoga hatiku tak berubah pada laki-laki mulia ini. Semoga saja aku bisa bertahan dengannya. "

Aku menulis kalimat itu dalam novelku di Wattpad. Pernah membenamkan kalimat-kalimat itu sampai tembus ke perangaiku. Kupikir percintaanku akan seterusnya menggebu dan seru. Pembacaku bahkan sampai takjub dan menunggu-nunggu apa yang akan terjadi padaku setelah itu.

Tapi yang terjadi tak seperti dugaanku. Badai dalam hubungan kami tak juga datang. "Aku sendiri malu pada kalian. Kalian mengeluh karena akhir-akhir ini hidupku tak seseru bulan-bulan sebelumnya. Mau update tapi bingung mau menulis apa. Kalian hanya peduli pada event-event besar di hidupku. Entah aku harus bagaimana lagi di Wattpad. Apakah sudah waktunya aku hidup tenang dan tutup akun?" Tulisku di message board Wattpad.

Keraguanku pada April pun tak berakibat fatal. Aku memang masih sering membandingkannya dengan lelaki lainnya yang pernah di hidupku. Tapi hanya sebatas itu. Aku terus melatih diriku agar hanya fokus padanya dan live in the now, menikmati nasib dan realita. Saking seringnya latihan aku sampai ingat terus wajahnya Andy saat mengajariku cara mensugesti diri.

Lagipula perjalananku sudah panjang dengan April. Harusnya aku sudah lebih dewasa menanggapi perasaanku sendiri.

Jika dirunut dari awal, aku ingat dengan jelas kalau aku terpikat pada April saat pertama kali bertemu dengannya di warnet.

Lalu ada pertengkaran pertamanya dengan kakakku saat aku menyelundupkannya di kamar. Aku masih ingat dengan jelas. Saat itu adalah pertama kalinya aku tahu jika April pernah jadi berondongnya pak Dion dan punya hutang uang pada pria itu.

Lalu setelahnya April menghilang. Fokusku kembali beralih pada pekerjaanku di kafe pak Dion dan kakakku hingga akhirnya kami bertemu lagi di rumahnya Faris.

Bad Boy Cliches (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang