Previous Act :
Begitu mendapatiku terdengar murung, April langsung menganti topik pembicaraan. Suaranya pun sengaja dibuat lebih bersemangat. "Wah, saya tidak sabar ingin segera besok hari. Pasti akan seru sekali. Pokoknya, nanti malam saya kirimkan list barang-barang apa saja yang perlu kamu bawa. Sekalian saya mau konfirmasi dengan saudara saya di sana untuk tempat menginap. Ingat ya, kita berangkat pagi sekali besok. Jadi kamu harus pasang alarm. Okay!
"Pokoknya, saya jamin ... semuanya akan berjalan sesuai rencana!" Optimisnya.
"Baiklah, saya tunggu." kataku, kembali bersemangat. April langsung mengguncang pelan dua bahuku, gemas.
"Eh, bicara tentang besok. Bagaimana kalau..." Perbincangan tanpa esensi pun berlanjut hingga kami tiba di gang menuju rumahnya dan berpisah di sana. Aku tak sabar menunggu esok hari. Pantai ... aku datang.
☽❁☾
Sesampainya di rumah, otakku berputar kencang untuk mencari ide. Jujur, aku belum meminta izin sama sekali pada ibu atau ayahku. Beruntung, masih pukul 5 sore. Ayah dan ibu baru pulang pukul 7 malam nanti. Aku masih bisa memikirkan strategiku agar diberi izin. Lalu ...
Ya ... benar! Tinggal buat famplet online palsu di Whatsapp. Tinggal bilang kalau aku sudah terlanjur membayar sejumlah uang untuk trip itu. Brilliant!
Sekarang aku sibuk melakukan riset untuk membuat famplet palsunya. Saat sedang sibuk surfing info di internet, ponselku bergetar. Sebuah chat dari April melayang di layar. Katanya ... Kian, saya lupa tanya kamu. Kamu ada riwayat asthma atau mudah sakit?
Kubalas pesannya secepat kilat. Waktu kecil saja asthma-nya, sekarang sudah jarang kambuh.
April memberiku emoji dengan wajah sedih. :(
Kenapa? balasku.
Kalau begitu, besok kita berangkat pakai bus saja. Tidak jadi berangkat dini hari. Kita berangkat pukul 5 sore dari terminal Cicaheum. Memang bayar, sih. Tapi saya tidak mau kamu sakit. Kamu ke sana 'kan untuk liburan. Aww ... April perhatian sekali. Aku langsung mesem-mesem sambil menatap layar ponsel.
Berapa kalau naik bus? tanyaku.
Bisnis AC mungkin 70 ribu, Non AC 60 ribu. Keberangkatan dari pukul 5 sore sampai jam 7 malam. Sebelumnya, maaf tidak bisa memenuhi janji saya. Kalau penginapan memang sudah saya atur, untuk ongkosnya kamu jadi harus bayar. Saya minta maaf, ya. :(
Aku hanya tersenyum tipis sambil mengetikkan jawabanku. Tak apa, April. Lagipula, 300 ribu tidak mungkin bisa bertahan tiga hari. Wisata tidak semurah tahun 2000-an. Tidak usah khawatir. Lagipula, pergi dengan bus lebih aman dibanding pergi dengan motor. Harga yang dibayarkan pasti worth it.
:) Baiklah, Kian. Besok kabari saya, ya. Kita bertemu di terminal pukul 4 sore. Biar bisa mengecek perlengkapan dan lainnya. balas, April.
Tentu :). balasku.
Setelah selesai membuat famplet, setelah selesai mengepak pakaian ke dalam tas, orangtuaku pulang satu jam lebih awal. Seperti kemarin, ibuku membeli lauk pauk siap makan dari warteg tak jauh dari gerbang besar kompleks. Ia langsung pergi ke dapur, menyajikannya untuk ayah sementara aku tanpa tedeng aling-aling menghampiri dapur.
Begitu keduanya duduk di kursi masing-masing, aku menyempil duduk di salah satu kursi. Menatapi mereka bergantian. Ayahku sibuk mengotak-atik ponsel sementara ibu sibuk menaruh nasi dan lauk ke piringnya dan piring ayah. Tak lama, ibu menatapku lekat-lekat sambil memicingkan mata, heran. "Kamu tidak makan?" tanyanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Cliches (BL Novel)
RomanceTidak ada seorangpun yang sempurna di muka bumi ini. Semua klise itu tak nyata. Mereka tak ada di sana saat aku membutuhkannya. Klise itu, bisakah aku mewujudkannya? A wattpad boys love roman (novel) fully created by Kanata Gray. Novel Debut : 08...