Previous Act :
"Semua laki-laki dasarnya sama. Kulitnya, bibirnya, rasanya, hanya aroma dan hal-hal kecil tak kentara lain yang membedakan kita. Singkatnya, kalau kau bisa mendapatkan semuanya dariku, untuk apa bersujud-sujud pada April?
"Itu yang kami bicarakan tadi pagi. Tentang April yang berniat memacarimu dan aku yang akan menghentikan April agar dia tidak menyakitimu. Lagipula aku sangsi dia akan benar-benar sudi berpacaran denganmu. Dia itu plin-plan. Pikirannya bisa berubah dalam hitungan hari." Haikal mengakhiri bicaranya yang panjang.
"Kalau kamu berkata demikian, artinya saya juga bisa membuat jalan cerita baru. Sebagai Luna, saya akan hidup sendirian, menikmati sakit hati saya, menjauh dari kamu ... Rachel, maupun April ... Farel. Itu cara saya. Lagipula saya mencari hubungan yang berdasarkan perasaan. Seperti saat saya dengan mantan saya dulu. Ares."
"Kian, kalau memang hatimu yang benar-benar bicara, kamu tidak mungkin menelanjangi dirimu dan balas menghisap penisku sampai crot. Kamu itu pakai nafsu juga. Kamu itu tidak pakai perasaan. Kamu hanya tidak mau mengakuinya ... Kamu itu MUNAFIK!"
Aku tersenyum. Kedua tanganku mengepal. Siap untuk meninju wajahnya yang membuatku kesal.
☽❁☾
"Pergi. Pakai pakaianmu dan pergi dari sini." Ancamku datar.
Haikal tidak menjawab apapun. Malah memberi wajah yang sama dengan yang kuberikan padanya. Siap menyerangku dalam sekali terkam.
"Pergi!" Kudorong tubuhnya hingga terjatuh ke lantai. Tubuh polosnya menghantam permukaan dengan keras. Bisa kulihat rasa sakit di yang tersirat dari wajahnya.
"Kamu ini kenapa, sih?! Sakit tahu!"
"Kamu tidak lebih dari laki-laki murahan yang gampangan. Kamu pembohong! Kamu bilang saya yang pertama. Kamu bilang tidak pernah seks dengan laki-laki lain. Nyatanya kamu MURAHAN!" Tunjukku padanya, kasar. Membalas ucapannya yang mengatakan aku sama sepertinya, hanya mementingkan nafsu semata. Aku tersinggung dikatakan seperti itu.
"ANJING!" Ia berdiri, mencondongkan tubuhnya, tangannya meraih leherku. Mencekikku. Menduduki tubuh bawahku dengan tubuhnya, menahanku. Ia pun terisak sambil berteriak dan mengguncang tubuhku. "HEH! Kamu tidak tahu rasanya jadi aku! Kamu pikir enak jadi aku, hah!"
"Ak ..." untuk bernapas pun sulit, cengkeramannya menempelkan leher dan kepalaku ke sandaran kasur. Tanganku terus memukuli kepala dan wajahnya sementara tubuh bawahku terhimpit karena diduduki, tak bisa berkutik. Lalu kesadaranku makin berkurang seiring kunang-kunang yang muncul di kedua mataku. Tanganku yang tadi membabi buta memukulinya, sekarang melemah. Rasanya, kalau pun aku mati sekarang pun ... aku pasrah.
"Kamu tidak mengerti, Kian. Kamu tidak MENGERTI!" Begitu pandanganku menyempit, ia melepas cekikannya di leherku. Aku spontan megap-megap menghirup udara, memegangi leherku yang rasanya nyaris patah.
"Kamu tidak mengerti, Kian." Kedua matanya mulai berkaca. Ia runtuh dan menangis.
Lalu, BUG! aku meninju pipinya begitu tenagaku pulih. "Kamu keparat! Bangsat!" Kudorong lagi tubuh tadi hingga nyaris terpelanting ke lantai. Kali ini kaki Haikal sudah mengantisipasi apa yang kulakukan. Ia kembali menghadapku tanpa rasa bersalah.
"Kian, kumohon. Bantu aku ... kumohon!" Ia menenggelamkan wajahnya di pangkuanku. Aku berontak, namun tangisnya makin keras dan ia makin kuat menahanku.
"Anjing, lepaskan!" pekikku.
"KIAAAN DENGARKAN AKU DULU!" teriaknya. Jauh lebih keras dari sebelumnya. Aku yakin tetanggaku akan mendengarnya. Bukan hal yang baik untuk membiarkannya terus berteriak seperti ini. Seseorang akan melaporkanku pada ibu atau ayah. Kami harus lebih tenang. "DENGARKAN DULU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Cliches (BL Novel)
RomanceTidak ada seorangpun yang sempurna di muka bumi ini. Semua klise itu tak nyata. Mereka tak ada di sana saat aku membutuhkannya. Klise itu, bisakah aku mewujudkannya? A wattpad boys love roman (novel) fully created by Kanata Gray. Novel Debut : 08...