Act 59 : After The Good Ending (Spin-off)

2.2K 151 156
                                    

Author's note : 

Act/chapter ini adalah bonus bagi kalian yang membaca hingga Act 58 : The Good Ending (Bonus) . n_n

☽❁☾

Previous ending : 

April hanya tersenyum manis memandangku. "Jadi kita pacaran lagi?"

"Heh, tidak secepat itu. Kita baru bertemu beberapa menit. Saya harus cek background kamu dulu. Salah-salah, bisa-bisa saya malah berpacaran dengan kucing liar. Tubuh sebagus itu memangnya tidak sempat kamu pamerkan? Tidak pernah disewa gadun? No-no-no-no, saya tidak akan membiarkan kamu masuk ke hati saya semudah itu, April."

"Ya sudah, terserah. Tapi jangan kaget ya, begini-begini saya nyaris jadi Finalis L-Men, lho."

"Hadeh, kepalamu somplak. Sudah, ah. Cepat potong basa-basinya. Saya harus kerja."

Ia tak henti-hentinya tersenyum bahagia menanggapi candaanku. 

☽❁☾

Terlalu cepat. Ini terlalu cepat.

Selepas kembali ke kantor, aku diizinkan Ares pergi dengan April. Menumpang mobil April, meninggalkan motorku di kantor. April dan Ares memang sudah merencanakan semua ini. Ares yang memang anak emas sekaligus kerabat pemilik utama perusahaan juga tak sungkan membiarkanku bekerja setengah hari padahal nyatanya aku terbiasa pulang pukul 9 malam di hari-hari biasa. Itupun sudah paling cepat.

Sepanjang jalan, April sering sekali mencuri pandang padaku. Sesekali menggenggam tanganku, seolah tak sabar untuk menyentuhku lebih dari itu. Bukannya aku tak sadar, aku hanya tak bisa menolak. Basa-basi kami, pembicaraan kami yang ngalor-ngidul tak menutupi fakta bahwa aku terlanjur bilang kalau aku menerimanya kembali dalam hidupku. Aku ingin memutar balik kalimatku, tapi aku takut ia kecewa dan tersakiti lagi. Dua bola mata penuh ketulusan itu selalu saja melemahkan niatku yang ingin mundur dan mempertimbangkan lagi keputusanku tadi.

Lalu, hal yang sempat terbesit di pikiranku pun akhirnya terjadi. Ia membawaku masuk ke kamar hotel tempatnya menginap, mengunci pintunya, mendorongku ke dinding lalu menciumku penuh nafsu, menjamahi tubuhku dengan dua tangan hangatnya yang jauh lebih kokoh dari yang kuingat dalam benakku. Meniupkan wangi napasnya setiap kali ia tergesa berusaha membuatku melucutkan pakaianku. 

Tanganku sesekali mendorongnya, ingin melerainya dariku. Tapi tubuhnya tak selemah dan setipis dulu. Doronganku terasa seperti rangsangan baginya. Saat bibirnya berhenti bergumul dengan bibirku dan aku hendak bicara, lidahnya sudah menjalar ke dadaku, membuatku kelu. 

Baru saja ia berhenti bermain di leherku, bibirnya kembali menyesapi bibirku. Tangannya mengarahkan jemariku ke tubuhnya, dadanya yang bidang dan isi celananya. Lalu bibirku kembali beku ketika ia melepaskan semua pakaiannya dan melemparnya ke lantai. Kedua mataku tak sanggup menolak indah tubuhnya yang membuatku penasaran. Pertahananku pun amblas. Aku terjerembab dalam permainannya.

Pada akhirnya kami berakhir di ranjang.

Memang tidak ada penetrasi karena aku belum mempersiapkan tubuhku untuk itu. Tapi tetap saja ini seks. Terlalu cepat bagiku dan baginya yang baru bertemu empat jam lalu untuk sampai di titik ini. 

"Hah... hah..." Ia menghela napas hangatnya ke leherku. Mencapai klimaksnya setelah ia membuatku sampai duluan. Ia lagi-lagi tersenyum, kedua matanya memancangi wajahku. Tak lepas dariku, terus mengamati sekujur wajahku sepuasnya sebelum ia kembali mengecupi bibirku dan memelukku erat. Menenggelamkan diriku dalam aroma tubuhnya. 

Tak satupun kalimat keluar dari mulutku. Yang kurasakan hanya tebal hangat tubuhnya membalut tubuhku dan jemarinya yang mengusapi rambutku. Tak lama, ia memecah hening. Tak nyaman melihatku tersesat dalam diamku. 

Bad Boy Cliches (BL Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang