Saat kau mulai melupakan seseorang, suaranya lah yang pertama pergi.
Lalu, perlahan bayangannya akan pudar. Wajahnya mulai tak jelas lagi, meski terus diputar dalam benak.
Satu hal yang akan menghantui.
Kau akan terus mengalami deja vu tentangnya seumur hidupmu.
Satu kalimat.
Secercah suara.
Sebuah gambar.
Setitik wangi.
Semua itu akan kembali padamu. Berputar di sisimu, mengingatkanmu akan kepergiannya.
☽❁☾
Previous Act :
Faris mencondongkan tubuhnya padaku. "Ini bukan hanya soal aku. Kakakmu, Farin juga dalam bahaya. Kau pun dalam bahaya. Di luar sana April mungkin sedang menyebar kabar busuk tentangmu. Kau baru akan sadar dengan kelihaiannya kalau dampaknya sudah terjadi. Kalau sudah disakiti orang lain, April akan membuat duniamu seperti neraka. Membeberkan semua busukmu pada orang-orang terdekatmu...
"Kau punya teman dekat kan di kafe itu?" sambungnya lagi.
"Punya, beberapa..." jawabku.
"Kau akan mendengar banyak dari mereka. Siapkan saja mentalmu. Lagipula kakakmu punya kartu mati milik April di tangannya. Kau dan kakakmu akan jadi target serangnya. Bersiaplah ..."
Kata-kata Faris membuatku percaya tak percaya, bagiku terlalu berlebihan tapi mungkin juga jadi nyata. Aku bingung. Lagipula, memangnya sejauh apa April bisa merusak hidupku. Sehebat itukah dirinya? Aku penasaran.
☽❁☾
Sesampainya di rumah, aku merasa seperti sampah. Setelah hormonku yang membuncah tadi lenyap, aku dihantui rasa bersalah pada diriku sendiri. Semua bayangan tentang apa yang aku dan Haikal lakukan, bagaimana aku menyentuh bagian dirinya yang terdalam, bagaimana menjijikkannya kami tadi itu ... semuanya menghantuiku. Rasanya seperti keset usang yang baru dibuang setelah dipakai seenaknya. Aku merasa tolol. Sialnya, semua yang kurasakan muncul di raut wajahku. Farin sampai memperhatikanku lekat-lekat saking khawatirnya. "Kau kenapa? Wajahmu pucat sekali."
Padahal yang jauh lebih pucat itu dirinya. Ia baru saja pulang kerja, masih memakai seragam kantor, sama sekali belum makan ataupun minum sejak menginjakkan kakinya di rumah. "Aku tidak apa-apa, kak. Hanya sedikit menyesal saja ..."
Tanpa mengatakan apapun Farin langsung sigap memelukku. Mengusap rambutku penuh kasih sayang. Benar ... Ini yang kurindukan ... Ini jauh lebih nikmat dari apa yang kulakukan dengan Haikal. Ini murni kasih sayang, bukan nafsu. Ini yang kubutuhkan, bukan pelampiasan sementara yang nikmatnya sesaat. Tanpa terasa tubuhku melemah. Terkesan putus asa akan sesuatu.
"Mau cerita padaku?" tanyanya lembut. Kami masih berdiri di titik yang sama, berpelukan di tengah kamarku. Ia mengecup keningku, lalu membiarkanku menikmati hangat tubuhnya yang mengisi hatiku. "Adikku yang tampan ini kenapa, sih? Hari ini lemas sekali. Biasanya kau kasar, lho ... kuat.Seperti kakakmu."
"Hahaha, sialan!" Aku terkekeh kecil mendengarnya memuji diri sendiri.
Farin mendorong tubuhku agar sedikit menjauh, dua tangannya memegangi wajahku, membingkainya dengan lembut. "Kalau tersenyum begini kan manis." diciumnya pipiku, gemas. Kami berpelukan lagi, kali ini saling mengusap punggung satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Cliches (BL Novel)
RomanceTidak ada seorangpun yang sempurna di muka bumi ini. Semua klise itu tak nyata. Mereka tak ada di sana saat aku membutuhkannya. Klise itu, bisakah aku mewujudkannya? A wattpad boys love roman (novel) fully created by Kanata Gray. Novel Debut : 08...