Arsen beranjak keluar dari kamar. Dia menuruni anak tangga dengan kesal. Ya. Kesal karena dia gagal menulis lagu ciptaannya.
Arsen melangkahkan kakinya satu-persatu dengan langkah gontai. Melangkah dan terus melangkah dengan lesu bercampur kesal.
Akhirnya, Arsen pun sampai pada ujung anak tangga yang terakhir. Dan ruangan yang tepat berada di depan ujung anak tangga terakhir itu adalah ruang keluarga.
"Oh My God, gue pasti udah gila. Kenapa bayangan gadis itu tiba-tiba muncul." Kata Arsen dalam hati sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.
Aneh. Sangat aneh. Arsen merasa kalau dirinya sudah gila karena bayangan gadis yang dilihat olehnya terasa sangat jelas dan nyata. Itu seperti bukan sebuah bayangan.
Rasanya benar-benar seperti asli. Arsen pun mengucek-ngucek matanya berkali-kali. Dia berharap bayangan gadis itu akan lenyap seketika setelah dia selesai mengucek matanya.
Arsen pun membuka matanya lebar-lebar dan Oh My God bayangan itu masih tetap di sana. Masih dengan sikap yang sama. Bayangan gadis yang sedang duduk tenang di sebuah sofa berwarna putih.
Arsen pun berusaha untuk berjalan mendekat ke arah bayangan gadis yang dilihatnya itu. Dia berjalan perlahan-lahan mendekati bayangan gadis buta yang sedang duduk itu.
"Gila. Dia nyata. Bukan bayangan." Gumam Arsen dalam hatinya.
Setelah berdiri tepat di hadapan Pelangi, Arsen pun baru menyadari kalau gadis buta itu bukanlah sekedar bayangan semata. Tetapi gadis buta itu asli. Benar-benar asli.
Dalam keheningan dan ketenangan, Arsen melambai-lambaikan kelima jari tangan kanannya di depan muka gadis itu. Namun, gadis itu tidak bergeming. Wajar saja, karena gadis itu memang buta.
"Gila. Kenapa nih cewek bisa ada di dalam rumah gue? Kenapa dia bisa tiba-tiba ada di sini?" Pikir Arsen dalam hati.
Matanya menyipit ke arah gadis itu. Dia memandang Pelangi dengan tatapan curiga. Otaknya pusing memikirkan kenapa gadis buta itu bisa tiba-tiba muncul di dalam rumahnya.
Arsen pun hampir saja ingin mengusir gadis buta itu ketika tiba-tiba Adit datang ke ruang tengah.
"Sudah selesai!" Tiba-tiba Adit muncul dengan membawa-bawa sepiring penuh coklat dan juga masih mengenakan celemek yang berlepotan dengan bubuk-bubuk coklat. Nampaknya tadi dia baru saja mengobrak-abrik dapur untuk memasak coklat itu.
Saat Adit muncul, sontak Arsen pun terkejut dan dia pun membatalkan niatnya untuk mengusir gadis buta itu. Arsen memandangi Adit yang penampilannya nampak aneh memakai celemek seperti itu.
Sementara, Adit juga memandangi Arsen yang sedang berdiri di hadapan Pelangi. Adit penasaran sebenarnya apa yang sedang Arsen lakukan di sana.
"Apanya yang selesai? Sebenarnya, tadi Kak Adit habis ngapain sih? Kok lama banget?" Sahut Pelangi.
Arsen pun hanya terdiam mendengar Pelangi berbicara dengan kakaknya. Sekarang dia tahu kenapa gadis buta itu bisa berada di rumahnya. Ya, pasti Adit lah yang membawanya masuk ke dalam rumah.
Namun, apa sebenarnya hubungan kakaknya dengan gadis buta yang hampir ditabraknya itu? Batinnya nampak sangat ingin tahu tentang hubungan yang terjalin di antara mereka berdua.
"Dam, ngapain lo...?" Adit tidak sempat melanjutkan pertanyaannya itu karena dia langsung melihat sebuah isyarat.
Arsen mengisyaratkan sesuatu kepada kakaknya agar gadis di depannya tidak sadar dengan kehadiran dirinya.
Dia menaruh jari telunjuknya di atas bibirnya dengan maksud agar Adit diam dan tidak menyebut-nyebut tentang dirinya. Setelah berisyarat seperti itu, Adit pun melangkah mundur dari Pelangi dan meninggalkan mereka berdua.
"Kak! Kakak tadi ngomong apa sih? Aku gak ngerti?" Nampaknya Pelangi tadi mendengar sebagian kata yang sempat dilontarkan Adit untuk Arsen.
"Ah, bukan apa-apa. Udahlah, gak udah dipikirin. Sekarang ada SURPRISE untuk lo." Seru Adit agak berteriak begitu mengucap kata surprise.
"Hmm... Surprise Apa? Apa jangan-jangan Kak Adit mau ngasih aku coklat ya? Terus, jangan-jangan coklatnya Kakak yang sendiri bikin? Iya kan?" Pelangi mencoba menebak-nebak.
Adit kaget. Matanya terbelalak. Dia tidak percaya kalau Pelangi bisa menyadari isi piring tersebut. Padahal sekarang ini dia tidak bisa melihat.
"Lho? Kok lo bisa tahu, Ngi? Kenapa lo bisa tahu kalau gue mau ngasih coklat? Dan kenapa lo juga bisa tahu kalau coklat itu gue yang bikin?"
"Tentu aja aku tahu. Walaupun indra penglihatanku udah gak berfungsi, tapi indra penciumanku ini sangat tajam, Kak. Aku bisa cium kok bau bubuk coklat yang ada di tubuh Kak Adit. Itu artinya tadi Kak Adit pasti habis masak coklat, makanya Kakak jadi berlepotan coklat kayak gitu."
"Iya. Lo emang benar. Sekarang ini di tangan gue emang ada sepiring penuh coklat. Waktu kecil kan lo itu seneng banget makan coklat. Makanya, gue bikin coklat ini khusus untuk lo. Ayo coba cicipin!"
"Waah! Makasih ya, Kak. Aku cicipin ya!" Kata Pelangi yang kini menjulurkan kedua tangannya ke depan. Tangannya berusaha mencari-cari piring berisi coklat yang dimaksud oleh Adit.
Melihat hal itu, Adit berinisiatif untuk menyuapi Pelangi. Dia tahu kalau sekarang Pelangi tidak bisa melihat dan sulit untuknya meraih coklat itu sendiri.
"Gue suapin aja ya. Ayo buka mulut lo!" Seru Adit.
"Gak usah, Kak. Aku bisa sendiri kok." Pelangi menolak tawaran itu.
"Udahlah, jangan banyak protes. Ini rumah gue, jadi lo harus nurut sama aturan yang udah gue buat. Kalau gue bilang harus disuapin, ya lo juga harus nurut. Ngerti?"
Pelangi akhirnya mengangguk pertanda kalau dia menuruti perkataan Adit itu. Dia pun membuka mulutnya dan menerima suapan Adit.
"Hmmm... Enak! Kak Adit berbakat jadi koki." Puji Pelangi begitu dia mengunyah coklat tersebut.
"Yang benar? Wah, ckckck... Kalau memang benar-benar enak, rasanya gue perlu merubah cita-cita nih. Siapa tahu gue bakal jadi koki terkenal." Kata Adit sambil mendecak-decakkan lidahnya.
Mereka berdua pun terus mengobrol dan makan coklat bersama. Mereka berdua kelihatan sangat senang dan gembira. Pelangi pun merasa terhibur berkat kedatangan Adit. Rasanya kini hidupnya menjadi lebih ringan berkat Adit yang selalu menghibur dirinya.
Dari kejauhan, Arsen nampak melihat kedua orang tersebut bersama-sama. Awalnya, Arsen merasa tidak peduli. Namun, lama-kelamaan entah kenapa Arsen semakin ingin tahu tentang gadis buta itu.
Entahlah, mungkin Arsen hanya merasa kasihan. Tapi nampaknya rasa ingin tahu itu bukan sekedar karena kasihan. Ada sesuatu yang berbeda dari diri gadis itu. Sesuatu yang berbeda yang membuatnya bisa selalu tersenyum dan tertawa lepas. Padahal dia itu buta.
*****
Jadi jangan lupa vote, follow, sama komentar
-XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Blind Rainbow
Teen Fiction[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti terikat oleh seutas benang tak kasat mata yang disebut kebetulan. Kita dengan semua perbedaan yang ada bertemu dalam keadaan tidak terduga. Da...