Bab 39

6.8K 437 49
                                        

Tiga bulan  kemudian!

Seorang dokter perlahan-lahan membuka perban yang menutupi mata Pelangi dan melingkar di kepala Pelangi. Dibantu oleh salah seorang suster, dia membuka perban itu dengan sangat hati-hati.

Kehati-hatian itu sarat akan sebuah harapan agar semuanya bisa terjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh semua orang. Dan akhirnya tanpa terasa seluruh perban yang tadi melingkari kepala dan menutupi mata itu sudah terbuka semuanya.

Setelah tak ada lagi perban yang menjadi penghalang, kini perlahan tapi pasti Pelangi mulai membuka kedua kelopak matanya. Dan setelah kedua kelopak matanya berhasil dibuka, kedua bola mata berwarna coklat yang selama ini tersembunyi di balik kelopak mata itu mulai bisa melihat sebuah cahaya.

Awalnya kedua bola mata itu hanya bisa melihat seberkas cahaya terang yang terpantul dari lampu ruangan dengan pandangan yang kabur. Namun, lama-kelamaan pandangan itu tidak lagi kabur, semakin lama semakin jelas terlihat semua hal yang sekarang ini ada di hadapannya.

Dia pun lama-kelamaan bisa melihat jelas kedua tangannya, kedua kakinya, dan tentunya dia juga bisa melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Akhirnya Pelangi bisa melihat lagi!

Kebahagiaan dan rasa syukur nampak terpancar dari raut wajah itu. Rona bahagia campur haru berpendar di wajahnya. Dan kini mata itu tidak hanya melihat, namun juga mengeluarkan tetes air mata haru pertanda kebahagiaan.

"Aku bisa melihat lagi! Aku benar-benar bisa melihat lagi!" Isak Pelangi dalam tangisnya.

Dokter, suster, dan Bu Mira yang menyaksikan kebahagiaan Pelangi juga turut merasakan kebahagiaan tersebut dan hal itu tergambar jelas dalam senyum mereka. Saat ini merupakan momen yang benar-benar membahagiakan untuk mereka semua, terutama untuk Pelangi yang kini bisa kembali melihat dunia lagi.

*****

Satu minggu kemudian!

Di suatu sore yang mendung, Pelangi bergegas pergi ke suatu tempat. Di tangan kanannya, dia membawa sebuah payung lipat karena takut kalau nanti akan turun hujan. Saat itu langit memang sudah sangat mendung dan awan hitam bergumul di mana-mana. Pasti sebentar lagi memang akan turun hujan.

"Tik! Tik! Tik!"

Rintik hujan pun akhirnya turun dari atas langit. Rintik-rintik hujan yang ringan itu turun ke atas bumi dan lama-kelamaan berubah menjadi tetes-tetes air yang berat dan semakin deras saja.

Menyadari semakin derasnya air hujan yang turun dari atas langit, Pelangi pun buru-buru membuka payung lipat yang sedari tadi digenggamnya di tangan kanannya. Dia buka payung itu dan tubuhnya berhasil terlindung dari derasnya air hujan.

Setelah itu, tanpa ragu Pelangi meneruskan perjalanannya ke tempat yang dia tuju. Ya, dia pergi ke tempat itu. Sebuah tempat yang penuh akan kenangan indah. Sebuah tempat yang tidak biasa bagi dirinya dan juga bagi seseorang.

Akhirnya Pelangi tiba di sebuah lapangan basket. Ditatapnya lapangan basket itu lekat-lekat dan diamatinya hujan yang menyirami seluruh area lapangan baket itu. Mungkin waktu itu keadaannya sama seperti saat ini.

Waktu itu juga turun hujan yang sangat deras seperti yang terjadi saat ini. Matanya memandang ke sekeliling lapangan basket itu sampai akhirnya pandangannya tertancap lurus ke sebuah tempat duduk beratap yang terletak di sisi kanan lapangan basket.

Di sana, terlihat seorang pria sedang duduk tepekur sambil memandangi air hujan. Pelangi pun bergegas berlari untuk menghampiri pria itu. Dia tahu pasti pria itu sudah menunggunya terlalu lama.

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang