Adit dan Pelangi sudah berada di luar kafe saat ini. Mata Adit berusaha menerawang ke sekeliling, mencari sosok Arsen.
Arsen mengambil motor Ninja merahnya dari tempat parkir yang ada di luar kafe. Dia pun menaiki motor itu dan segera mengemudikan motor itu dengan kesal.
Dan ketika dia ingin menambah kecepatan motornya lagi, tiba-tiba dia malah harus mengerem motornya itu. Mengerem motornya dengan sangat mendadak karena kalau tidak orang itu akan terluka.
Kalau Arsen tidak menghentikan motornya, maka Pelangi yang tiba-tiba menghalangi jalan Arsen dengan berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya mungkin bisa tertabrak olehnya.
"Hah, hah, hah!" Napas Arsen jadi tersengal-sengal karena sesuatu yang buruk mungkin hampir terjadi tadi.
Saat itu Arsen benar-benar kesal setengah mati karena dia mendapati dirinya dijegat oleh seorang gadis yang hampir saja mati hanya untuk mencegahnya pergi.
Dia pun melepas helmnya, turun dari motornya, dan berjalan menuju Pelangi. "Heh, lo? Lo ini udah gila ya?" Bentak Arsen dengan kasar. Dia pun mendesis dan menghela napas panjang.
Suara embusan napas panjang itu terasa sangat berat seakan ada suatu beban yang dibawa olehnya. Ingin rasanya dia memaki-maki gadis itu, namun entah kenapa tenggorokannya tercekat, tidak bisa mengeluarkan suara lagi.
"Jangan pergi, Arsen!" Kata Pelangi dengan suara lirih dan nada memohon.
"Kenapa? Kenapa gue gak boleh pergi?" Tanya Arsen dengan nada keras.
"Karena aku pingin lihat dan pingin denger grup band kalian tampil di atas panggung. Sejujurnya, aku senang karena aku bisa ketemu lagi sama kamu. Senang banget malah. Makanya, sekarang aku mohon kamu jangan pergi. Aku mau melihat kamu di atas panggung."
Arsen melongo. Dia bingung dengan maksud kata "melihat" yang diucapkan oleh Pelangi. "Apa maksud lo mau lihat gue? Lo gak bisa melihat. Harusnya lo tahu itu."
Adit bisa mendengar itu. Suara Arsen yang cukup keras bisa terdengar oleh Adit dan beberapa kata itu lebih dari sekadar cukup untuk membuat Adit kesal. Adit mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
Dia sudah ingin menghampiri Arsen dan menghajar mulutnya yang kurang ajar itu. Namun, tiba-tiba langkah Adit terhenti saat Pelangi membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu kepada Arsen.
"Aku akan ngelihat pakai mata hati aku! Hmm...Aku tahu kalau kamu sebenarnya orang baik. Sebenarnya, aku juga gak ngerti kenapa kamu gak suka sama Adit.
"Tapi, kamu sebaiknya jangan pergi gitu aja hanya gara-gara kamu gak suka sama Adit. Kalau kamu pergi, aku yakin pasti semua orang yang pingin ngedenger dan ngelihat penampilan kalian hari ini akan sangat kecewa." Ucap Pelangi sambil menatap entah ke mana.
Tatapan matanya memang kosong dan dia pun tidak menatap Arsen secara langsung, namun bola matanya itu seakan berbicara kepada Arsen dengan penuh ketulusan hati.
Gadis buta yang satu ini memang sangat ajaib di mata Arsen. Bahkan perkataan Arsen yang cukup kasar tadi hanya dianggap angin lalu olehnya.
Dan dia bukannya marah mendengar perkataan itu, namun dia malahan terus bersikap ramah kepada Arsen. Sikap Pelangi yang seperti inilah yang membuat Arsen jadi serba salah.
"Lo tuh ya emang..." Ucap Arsen sambil mengacung-acungkan jari telunjuknya di depan wajah Pelangi.
"Emang bener-bener ngeselin. Kenapa sih lo jadi orang keras kepala banget?" Ucap Arsen sambil mendengus kesal.
"Pokoknya kamu gak boleh pergi! Setidaknya, lakukanlah ini untukku! Sekali saja! Aku ingin mendengar grup kamu tampil, walau hanya sekali saja. Aku benar-benar ingin melihatmu tampil menggunakan mata hatiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Blind Rainbow
Teen Fiction[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti terikat oleh seutas benang tak kasat mata yang disebut kebetulan. Kita dengan semua perbedaan yang ada bertemu dalam keadaan tidak terduga. Da...