Bab 28

5.8K 411 19
                                    

Arsen dan Pelangi terduduk di atas atap gedung itu hingga malam hari. Dari atas sana, langit malam kota Jakarta nampak terlihat indah dengan bintang-bintang yang bertaburan di atasnya. 

Suasana yang benar-benar indah di atas langit sebuah kota yang sudah penuh dengan polusi seperti kota Jakarta. Di atas gedung yang tinggi itu, rasanya bintang seakan sangat dekat dan kalau bisaArsen ingin mengambil satu saja bintang itu untuk diberikan kepada Pelangi.

Dia ingin memberikan bintang penuh sinar itu agar Pelangi bisa terus bersinar di tengah hidupnya yang penuh dengan kegelapan.

"Hhh!" Pelangi tiba-tiba mendesah dan menghembuskan napasnya.

"Kenapa, Ngi? Lo kedinginan?"

"Enggak kok. Gak apa-apa."

"Jangan terus bilang gak apa-apa. Nih, pakai ini aja." Ucap Arsenseraya melepaskan jaket kulit warna hitamnya.

Arsenpun menaruh pelan-pelan jaket kulit hitamnya itu di atas bahu Pelangi dan dia pakaikan jaket tersebut untuk melapisi tubuh Pelangi yang nampak sangat kedinginan. Namun, tanpa sengaja Arsentiba-tiba melihat sesuatu saat dia sedang berusaha memakaikan jaketnya ke tubuh Pelangi.

Dia melihat seuntai kalung yang tergantung di leher indah Pelangi. Kalung itu benar-benar membuatnya harus bersusah payah mengingat-ingat memori kejadian di masa lalunya.

Sayup. Hening. Arsenterpaku dalam kesendirian dan berusaha memutar otaknya untuk mendapatkan memori tentang kalung itu.

"Arsen!" Tiba-tiba suara lembut itu memecah keheningan dan membuyarkan lamunan Arsen.

"Iya. Kenapa, Ngi?"

"Ada satu hal yang pingin banget aku minta dari kamu."

"Apa? Apa yang lo mau minta dari gue?" SahutArsen.

"Aku cuma pingin kamu bisa memulai lembaran hidup baru. Hidup yang baru dan hidup yang lebih bermakna sebagai seorang manusia yang utuh."

"Apa maksud lo? Gue gak ngerti." Ucap Arsenacuh. Dirinya tidak mau mencerna sama sekali maksud ucapan Pelangi tersebut.

Pelangi menghela napasnya dan menghembuskannya kembali. Dia tahu Arsenhanya berpura-pura untuk tidak mengerti ucapannya tersebut

"Aku akan berubah menjadi lebih berani dan kamu juga harus berubah menjadi lebih pemaaf. Kamu harus hidup dengan baik karena kalau kamu gak bisa hidup dengan baik, maka aku pun juga gak akan bisa hidup dengan baik."

"Sorry. Gue gak bisa, Ngi." Ucap Arsenseraya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Kenapa gak bisa? Aku percaya kamu bisa. Hidup ini masih panjang dan aku mau kamu bisa hidup dengan lebih bahagia lagi di sisa hidup yang masih panjang ini."

"Haruskah kayak gitu? Haruskah gue maafin mereka dan mulai hidup baru lagi?" Tanya Arsensambil menatapi bintang-bintang yang bersinar di langit luas.

"Tentu. Aku akan selalu bantu kamu agar kamu bisa hidup rukun sama keluarga kamu lagi." Ucap Pelangi sambil tersenyum simpul.

Arsenpun menoleh ke arah Pelangi sejenak. Dia memandangi gadis itu lekat-lekat. Dia menatapi satu-satu bagian dari diri gadis yang selalu membawa ketenangan di dalam hatinya itu.

Dia tatap bola matanya yang selalu membawa keteduhan dan kemudian dia tatap senyum simpulnya yang selalu membawa keceriaan. Dan tiba-tiba semua siluet wajah itu menyemburat dalam ingatannya sembilan tahun yang lalu.

Seketika dia pun tiba-tiba langsung mengingat kejadian itu. Ya, dia ingat semuanya. Bahkan, dia ingat semua detail kejadiannya. Dan akhirnya, kini memori tentang kalung itu pun terpecahkan sudah.

Arsenmendongak ke atas. Dia kembali memandangi bintang-bintang yang ada di atasnya sambil kemudian tersenyum lebar.

"Takdir!" Ucap Arsentiba-tiba.

"Hah? Takdir?" Pelangi bingung sendiri dengan maksud ucapan Arsen.

"Gue sama lo emang ketemu gara-gara takdir. Gue tahu itu. Sekarang gue udah ingat. Jadi, gue akan berusaha." Ucap Arsensambil mengalihkan pandangannya dari langit dan beralih menoleh lagi ke arah Pelangi.

"Berusaha untuk apa?" Pelangi nampaknya masih tidak mengerti dengan maksud perkataan-perkataaan Arsen.

"Berusaha untuk bisa ngelakuin apa yang lo minta. Ya, bener kata lo. Mungkin gue emang harus berusaha ngelupain kejadian di masa lalu dan maafin mereka. Gue yakin kalau sekarang gue dipertemukan sama lo karena Tuhan pingin gue memulai kehidupan gue yang baru."

"Hah? Beneran? Serius? Kamu gak bohong kan? Semua yang kamu ucapin barusan itu bener kan?" Rentetan pertanyaan itu tiba-tiba langsung keluar dari mulut Pelangi.

Dia benar-benar senang dan tidak tahu harus bicara apa lagi. Senyum lebar pun langsung menghiasi bibirnya saat itu juga.

"Iya. Beneran. Gue janji gue akan ngelakuin itu." Ucap Arsensambil menganggukkan kepalanya.

Suasana malam itu benar-benar menjadi sangat indah seindah bintang-bintang yang masih terus memancarkan sinarnya di langit sana. Kedua anak manusia itu kini saling "bertatapan".

Bukan saling bertatapan lewat mata, tapi mereka bertatapan lewat hati. Hati mereka telah benar-benar bertemu dan mereka telah saling memahami satu sama lain. Nampaknya takdir telah benar-benar mempertemukan mereka.

Namun, tiba-tiba di saat yang membahagiakan itu, Arsenkembali mengeluarkan darah lewat hidungnya. Sepertinya dia mimisan lagi. Dan ternyata bukan hanya mimisan, namun dia juga merasakan rasa sakit luar biasa yang seperti menusuk tulangnya-tulangnya.

Arsenpun segera bangkit dari duduknya dan beranjak pergi beberapa langkah menjauh dari Pelangi. Dia tidak ingin Pelangi sampai mencium bau amis darah itu dan dia juga tidak ingin Pelangi mendengar erangannya karena kesakitan.

"Hah, hah, hah!" Napas Arsenmemburu.

Dia berusaha terus melangkah untuk menjauhkan dirinya dari Pelangi. Kemudian, setelah berhasil menjauhkan dirinya untuk beberapa langkah, dia pun segera membekap hidungnya dengan sapu tangan yang diambil dari saku celananya dan buru-buru menyeka darah yang terus menerus keluar dengan sapu tangannya itu.

Dia berusaha menyeka darahnya dan menahan rasa sakit pada tulang-tulangnya. Sementara itu, batinnya terus berdoa agar rasa sakit itu segera hilang. Entah hal apa yang akan terjadi kalau rasa sakitnya tidak juga hilang. Dia tidak mau kalau Pelangi sampai kerepotan hanya karena dirinya tiba-tiba pingsan dan tak sadarkan diri di atas gedung tinggi itu.

Dan doa dalam batinnya itu pun terkabul. Setelah beberapa menit berlalu, darah yang sedari tadi terus-menerus keluar mulai terhenti. Rasa sakitnya pun mulai hilang. Tentunya Arsensangat lega akan semua hal itu.

Dia benar-benar lega karena rasa sakit itu akhirnya hilang dan dia juga lega karena dirinya tidak harus sampai pingsan di atas gedung tinggi itu. Akhirnya, setelah berhasil menguasai dirinya lagi, dia pun bergegas menghampiri Pelangi dan segera mengajaknya pulang.

********

Jangan lupa vote, follow, sama Komentar

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang