Bab 27

5.8K 387 0
                                    

Nesa terus menangis di dalam toilet wanita yang ada di dalam mall super besar itu. Dia menangis tepat di toilet yang berada di pojok ruang toilet tersebut. Dia terduduk di atas kloset duduk yang ada di dalam toilet sambil terus menangis tersedu-sedu.

Suara isak tangisnya yang cukup kencang menarik perhatian para wanita yang juga ada di dalam ruang toilet itu. Para wanita yang silih berganti memasuki ruang toilet, baik untuk buang air ataupun hanya untuk sekadar membetulkan dandanan serius menatap ke arah depan pintu toilet yang digunakan oleh Nesa.

Mereka menatap pintu toilet yang berada di pojok ruang itu karena dari dalam muncul suara tangisan yang tentu saja mengganggu mereka.

Setelah menangis cukup lama, Nesa pun akhirnya menghentikan tangisnya perlahan demi perlahan. Sedikit demi sedikit dia seka air matanya dengan tisu yang sedari tadi digenggam di tangan kanannya.

Satu pak tisu tangan kecil sampai habis untuk menyeka air mata yang membanjiri pipi halusnya itu. Setelah itu, dia pun memberanikan diri untuk keluar dari dalam toilet tempatnya menangis sedari tadi.

Begitu dirinya keluar, satu orang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang sedang membetulkan dandanannya di depan cermin pun sontak terbelalak kaget begitu melihat pantulan diri Nesa di depan cermin.

Matanya yang sembap, rambutnya yang awut-awutan, dan mukanya yang pucat membuatnya seperti sesosok mayat hidup yang baru saja keluar dari dalam toilet.

"Ya ampun! Ya ampun! Ya ampun!" Seru wanita itu yang nampak sangat kaget. Nampaknya dia mengira kalau Nesa adalah wanita jadi-jadian alias setan.

Namun, Nesa diam saja dan tidak memedulikan orang itu. Pikirannya sedang sangat kacau sehingga dia tidak bisa memerhatikan apapun yang ada di sekitarnya. Dia bahkan tidak tahu kalau wanita itu menganggap dirinya setan. Nesa acuh dan terus saja berjalan hingga keluar dari ruang toilet tersebut.

Sementara itu, wanita yang menganggap Nesa adalah setan masih terkaget-kaget dan sibuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Nampaknya wanita ini heboh sendiri menganggap Nesa adalah wanita jadi-jadian.

Nesa berjalan terhuyung-huyung dengan membawa banyak tas belanjanya. Dia berjalan dengan langkah gontai dan seperti orang yang hampir jatuh. Dan ketika sampai pada titik kelemahannya dan tidak kuat lagi berjalan, Nesa pun tiba-tiba langsung meluruh jatuh di tengah banyaknya orang-orang yang sedang berjalan. Dia pingsan.

Nesa segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dia segera diberi pertolongan pertama dan diberi cairan infus. Dokter mengatakan kalau Nesa pingsan karena mungkin kelelahan dan sedang banyak pikiran saja.

Jadi, tidak ada sesuatu yang serius. Seseorang yang tadi mengantar Nesa ke rumah sakit pun dapat menghembuskan napas lega begitu dokter berkata kalau tidak ada masalah yang serius pada diri Nesa. Setelah dokter pergi, orang itu pun dengan setia menunggui Nesa dan berharap agar dia bisa segera sadar dari pingsannya.

"Nesa! Nesa! Apa kamu sudah sadar, Nes?" Ucap seseorang yang langsung merespon cepat ketika Nesa mulai menggerak-gerakkan kelopak matanya.

Perlahan demi perlahan, kelopak mata itu pun mulai terbuka. Dan Nesa mulai bisa melihat seseorang yang sedari tadi berbisik di telinganya.

"Ini... Di mana?.... Kenapa....Gue.... Bisa... Di sini?" Ucap Nesa terbata-bata. Nampaknya Nesa masih setengah sadar dan belum bisa berbicara dengan benar.

"Tadi lo pingsan di dalam mall. Dan kebetulan gue lagi di sana. Ya udah, abis itu gue bilang ke orang-orang kalau gue ini teman lo dan mereka langsung ngebolehin gue untuk ngebawa lo ke rumah sakit terdekat." Ucap orang yang sedari tadi menunggui Nesa yang tidak lain adalah Adit.

"Oh...gitu ya." Ucap Nesa lemas.

"Sebenarnya kenapa sih lo bisa sampai pingsan gitu? Apa lo belum makan, Nes?" Tanya Adit lembut.

"Gue...gue...gue gak tahu lagi musti gimana, Dit." Isak Nesa dalam tangisnya. Kini dia kembali tidak bisa menahan air matanya jatuh melalui pipinya.

"Ada apa sebenarnya Nes? Apa lo lagi ada masalah?"

"Arsen... Arsen udah gak mau lagi jadi teman gue.... Hiks... Hiks..." Ucap Nesa sambil terus menangis.

"Kenapa dia gak mau jadi teman lo lagi? Apa lo berantem sama dia?"

Nesa pun sontak langsung menceritakan semua hal yang terjadi tadi siang kepada Adit. Dia menceritakan semuanya dengan perasaan bersalah dan sangat menyesal. Dia habis-habisan curhat kepada Adit kalau dia melakukan hal itu di luar akal sehatnya.

Dia juga menceritakan semua unek-unek yang ada di dalam hatinya saat ini kepada Adit. Dia bercerita kalau sebenarnya dirinya sangat kecewa karena selama ini dia hanya bertepuk sebelah tangan dengan Arsen.

Padahal selama ini dia sangat menyukai Arsen. Namun, Arsenmalah tidak memedulikannya dan terus saja bersikap acuh kepadanya.

"Terkadang cemburu itu emang bikin orang jadi mudah emosi. Gak apa-apa kok, Nes. Tindakan lo itu wajar terjadi sama semua orang. Jadi, jangan terus-terusan merasa bersalah." Ucap Adit menanggapi curhatan Nesa yang panjang lebar itu.

"Makasih ya, Dit. Kata-kata lo itu bikin hati gue lebih tenang." Ucap Nesa yang sekarang ini sudah lebih tenang dan dapat menghentikan tangisnya.

"Ya, sama-sama. tapi lain kali lo gak boleh kebawa emosi lagi. Lo harus bisa bedain mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang salah."

"Ya. Gue janji deh. Tapi, Arsenkan udah terlanjur marah sama gue. Lo mau gak bantuin gue untuk bisa baikan lagi sama Arsen?"

"Iya. Gue mau kok. Nanti pasti gue bantuin. Tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?"

"Mmm... Syaratnya adalah lo gak boleh nangis lagi kayak tadi. Soalnya kalau lo nangis terus, muka lo jadi jelek tuh. Haha." Ucap Adit sambil tertawa kecil.

"Uuugh. Dasar! Gak lucu ah!" Ucap Nesa sambil mengerucutkan bibirnya.

"Wah! Kalau manyun kayak gitu, jadinya malah kayak bebek. Hihi." Ucap Adit sambil tertawa geli sekali lagi.

Nesa pun malahan jadi tersenyum sendiri melihat pola tingkah Adit. Dia merasa kalau Adit adalah seseorang yang baik dan bisa membuat dirinya merasa lebih baik. Dia merasa tenang dan terhibur saat berada di dekat Adit.

*****

Jangan lupa vote, follow, sama komentar

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang