Mama Adit sedang duduk di atas sofa putih yang ada di ruang keluarga. Di hadapannya, tepat di atas meja ruang keluarga itu, terhidang sebotol anggur merah. Sepertinya malam itu dirinya sudah menghabiskan beberapa gelas anggur merah.
Adit yang hendak pergi ke dapur untuk meminum air mineral tiba-tiba menghentikan langkahnya dan tertegun melihat situasi tersebut. Dia tahu mamanya pasti melakukan hal ini untuk melupakan pertengkaran hebat dengan salah seorang anaknya yang lain.
Adit tahu betul itu. Rasanya ingin sekali Adit membela mamanya yang tadi dibentak-bentak oleh Arsen. Namun, Adit tidak bisa melakukannya karena semua ucapanArsentadi memang betul adanya.
Sekarang, Adit pun malah jadi beralih melangkahkan kaki menuju mamanya. Dia ingin menghibur mamanya seperti yang biasa dia lakukan dulu saat mamanya bertengkar dengan papanya. Seketika setelah sampai di hadapan mamanya, Adit langsung memandangi mamanya dengan tatapan lembut.
"Adit!" Seru mamanya yang menyadari kehadiran Adit.
"Iya, Ma!"
"Menurut kamu, apa selama ini Mama salah?" Tanya mamanya dengan nada bicara orang yang putus asa.
Adit hanya diam. Mana mungkin dia mengatakan kalau orang yang telah melahirkannya itu adalah orang yang bersalah.
"Mama tahu kalau selama ini Arsen bersikap seperti itu karena Mama yang tidak bisa mengurusnya. Iya kan?"
"Mama jangan bicara seperti itu. Mama kan sudah bekerja keras meghidupi Arsen selama ini."
"Tapi..."
Mamanya tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Kini air matanya perlahan menetes dan mengalir melalui pipinya. Dirinya kembali menangis dalam diam.
"Jangan nangis, Ma! Dari dulu sampai sekarang Adit paling gak suka kalau lihat Mama nangis."
"Mama sudah banyak salah dengan Arsen. Mama ini bukanlah ibu yang baik baginya. Bagaimana ini, Adit? Apa yang harus Mama lakukan untuk menebus semua kesalahan Mama kepadanya?" Isak Mamanya lirih.
Hati Adit terenyuh mendengar perkataan sosok ibunya itu. Dia pun memeluk ibunya yang sedang menangis. Dia berharap ibunya dapat sedikit tenang jika menangis di dalam pelukannya.
"Mama jangan sedih lagi! Aku akan bantu Mama kok! Aku akan bantu Mama agar Mama bisa jadi Mama yang hebat di mata Arsen."
*****
Arsen pergi ke sebuah klub malam yang ada di Jakarta malam itu. Musik yang terdengar keras dan lampu-lampu klub malam yang berkelap-kelip ternyata sangat ampuh membuat dirinya melupakan masalah untuk sejenak.
Di salah satu meja yang ada di sudut klub malam itu, Arsen nampak menghisap berbatang-batang rokoknya. Selain itu, dia juga menikmati minuman beralkohol yang baru saja diminum segelas olehnya.
Kebiasaan lamanya ini lagi-lagi muncul setelah Pelangi sudah bersusah payah meyakinkan dirinya untuk menjadi orang baik. Andaikan saja takdir memberikan waktu seratus tahun untuknya, pasti dia akan berusaha untuk menepati janjinya kepada Pelangi dan mengubah hidupnya menjadi orang yang lebih baik lagi.
Tidak perlu seratus tahun, mungkin satu tahun saja cukup. Andaikan...
Tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri dirinya. Wanita itu cantik dan bisa dibilang seksi. Dia hanya mengenakan tank top dan rok mini di badannya sehingga jelas sekali bisa terlihat lekukan tubuh yang sangat menggoda iman dan takwa.
Gadis berambut panjang yang rambutnya dicat warna coklat itu nampaknya ingin menggoda Arsen yang sedang duduk sendirian malam itu.
"Hai!" Sapa gadis itu mencoba menarik perhatian Arsen.
![](https://img.wattpad.com/cover/135648169-288-k926964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Blind Rainbow
Teen Fiction[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti terikat oleh seutas benang tak kasat mata yang disebut kebetulan. Kita dengan semua perbedaan yang ada bertemu dalam keadaan tidak terduga. Da...