Bab 11

7.9K 573 2
                                    

Sekarang  ini Arsen sedang berjalan menyusuri  jalanan di sekitar kawasan komplek rumahnya. Jalanan komplek yang di sekelilingnya hanya terlihat pemandangan yang sama, yaitu pemandangan rumah-rumah besar yang berjajar rapi.

Setelah kejadian motor mogok barusan, Arsen jadi harus pulang dengan berjalan kaki. Dan Arsen juga memutuskan untuk tidak ikut latihan band.

Arsen sudah cukup kesal karena tadi harus mengurusi motornya yang mogok dan membawa motornya ke bengkel terdekat. Jadi, dia sudah tidak bertenaga dan bersemangat lagi untuk latihan band.

Rasanya dirinya sudah sangat letih dan keletihan itu nampaknya melemaskan sendi-sendinya untuk melakukan kegiatan.

"Klik!" Tiba-tiba ada pesan BBM yang masuk di Blackberry milik Arsen. Pesan BBM itu dari Nesa.

Arsen, lo di mana? Kita kan harus latihan. Si Tomo udah bawa drummer baru tuh. Jadi, lo cepetan ke sini ya!

Arsen pun langsung mengetik pesan BBM balasan untuk Nesa.

Sorry Nes. Gue gak bisa dateng latihan lagi hari ini.

"Klik!" Baru beberapa detik berlalu sejak Arsen mengirimkan BBM balasan, eh sudah ada pesan BBM yang masuk lagi dari Nesa.

Nampaknya jari-jari tangan cewek yang satu ini sudah sangat terampil dalam urusan ketik-mengetik di blackberry.

Kenapa? Lo marah gara-gara ucapan gue tadi di kantin?Jangan marah dong, gue kan cuma bercanda. Maaf deh maaf.

Arsen pun segera mengetik pesan BBM balasan yang dimaksudkannya sebagai pesan BBM yang terakhir untuk Nesa.

Bukan karena itu. Tadi motor gue mogok di tengah jalan. Gue capek abis dorong-dorong motor itu ke bengkel. Jadi, gue langsung pulang aja. CAPEK. Dan karena gue udah capek, lo jangan ngirim BBM lagi ke gue. Gue capek ngetik BBM balasan buat lo.

Itu pesan BBM terakhir yang dikirim Arsen untuk Nesa. Sebenarnya, Arsen adalah tipe orang yang sangat malas mengetik pesan BBM ataupun SMS. Menurutnya, lebih praktis kalau lewat telepon. Ya, Arsen memang malas melakukan banyak hal.

"Klik!" Nampaknya muncul lagi pesan BBM dari Nesa.

"Nih anak, udah gue bilang jangan nge-BBM gue lagi." Gumam Arsen kepada dirinya sendiri.

Kalau lo emang capek, lo istirahat aja yang banyak biar capeknya hilang. Jangan lupa inget gue terus, karena kalau lo selalu inget gue, itu juga bisa memberikan efek menghilangkan rasa capek. HEHEHE. ^_^

Kalimat di atas adalah pesan BBM balasan dari Nesa dengan emoticon senyum di akhir kalimatnya. Arsen melihat pesan BBM dari Nesa. Setelah membaca pesan BBM itu, entah kenapa Arsen tiba-tiba menyunggingkan senyumnya.

*****

"Seratus satu, seratus dua, seratus tiga, seratus empat, seratus lima, seratus enam, seratus tujuh,..." Pelangi terus menghitung. Entah apa yang sedang dihitungnya. Yang jelas dirinya pasti selalu menghitung setiap sedang berjalan.

Arsen tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia tertegun dan menancapkan pandangannya tepat ke satu titik yang ada di hadapannya.

Sorot matanya dapat dengan jelas memandangi Pelangi yang sedang berjalan melangkah sambil terus menghitung. Ternyata secara tidak sengaja Arsen dan Pelangi kembali bertemu di perempatan jalan komplek itu.

Mereka tepat bertemu di persimpangan jalan. Pelangi datang dari arah utara dan ingin melanjutkan berjalan lurus ke arah selatan. Sementara itu, Arsen berjalan dari arah barat dan ingin melanjutkan berjalan lurus ke arah timur.

Tidak seperti saat pertemuan pertama mereka, saat ini Pelangi berjalan dengan menggunakan tongkat bantu berjalan. Tangan kanan Pelangi memegang tongkat bantu berjalan itu, sementara tangan kirinya menenteng sebuah tas plastik yang nampak berisi sesuatu di dalamnya.

Sekarang, alat berupa tongkat ini jelas menunjukkan identitas pelangi sebagai gadis buta.

"Seratus dua belas, seratus tiga belas,...." Pelangi terus menghitung tanpa henti.

Beberapa detik berlalu. Arsen tidak mengerti kenapa dia terus memandangi Pelangi selama beberapa detik ini. Saat Arsen tersadar, Arsen pun langsung menolehkan kepalanya ke arah yang lain.

Dia berusaha berjalan lurus ke arah tujuannya sendiri dan tidak memperhatikan Pelangi lagi.

"Seratus lima belas,..." Pelangi terus menghitung sambil terus berjalan.

Sementara itu, di sisi lain, entah kenapa otak Arsen menjadi kacau sendiri. Entah apa yang merasuki pikirannya, tapi sekarang ini rasanya dia tidak bisa fokus untuk terus berjalan menuju ke arah yang dia tuju.

Otaknya memerintahkan kakinya berjalan ke arah yang lain. Bukannya memerintahkannya untuk berjalan lurus ke arah timur, namun otaknya memerintahkan kakinya untuk berjalan ke arah selatan.

Otaknya menyuruhnya untuk berjalan mengikuti Pelangi. Akhirnya, Arsen pun pasrah mengikuti kemauan otaknya tersebut. Dia berjalan mengikuti Pelangi dari belakang. Dia berusaha berjalan mengendap-endap dan pelan-pelan agar Pelangi tidak sampai mendengar suara langkah kakinya.

*****

"Seratus dua puluh,..." Ucap Pelangi yang masih terus menghitung.

"Dasar orang aneh. Apaan sih yang lagi dia hitungin?" Ucap Arsen dalam hati. Batinnya nampak ingin tahu apa yang sedang dihitung oleh Pelangi.

Namun, tiba-tiba mata Arsen tertuju pada benda-benda yang ada beberapa langkah di hadapan Pelangi. Benda itu adalah sebuah kaleng bekas minuman soda dan sebuah batu yang cukup besar yang tergeletak begitu saja di jalan.

Begitu melihat hal itu, Arsen pun langsung berlari pelan tanpa menimbulkan suara. Dirinya menuju ke tempat batu dan kaleng tersebut. Kemudian, entah kenapa dia menyingkirkan batu dan kaleng itu ke pinggir jalan.

"Tunggu! Buat apa gue ngelakuin ini semua?" Kata Arsen dalam hati setelah dia menyingkirkan kaleng dan batu itu ke pinggir jalan.

"Seratus dua puluh tiga, seratus dua puluh empat,..." Suara Pelangi nampak makin dekat menuju ke arah Arsen. Arsen pun buru-buru pergi dari posisinya yang tadi dan kembali berdiri di belakang Pelangi. Mengikutinya dari belakang lagi.

Sementara itu, Pelangi terus berjalan. Selangkah demi selangkah. Untungnya, langkah Pelangi tadi tidak terganggu oleh adanya batu besar dan kaleng bekas yang tadinya menghalangi jalannya. Nampaknya Arsen sudah melakukan perbuatan yang baik kali ini.

Pelangi terus melanjutkan perjalanannya, sementara Arsen sendiri sekarang malah terdiam sembari terus memandangi Pelangi dari belakang.

Nampaknya dia sedang memikirkan sesuatu di kepalanya. Batinnya nampak bertanya-tanya tentang apa yang baru saja dilakukannya. Kenapa juga dia harus memedulikan orang lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

"Hah? Kenapa juga sih gue harus ngikutin dia? Buang-buang waktu aja!" Ucap Arsen dalam hati.

Arsen pun memutuskan untuk memutar tubuhnya, berbalik badan dari Pelangi. Ya, dia pergi dan tidak lagi mengikuti gadis buta itu.

*****

Jangan lupa vote, follow, sama komentar yaa

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang