Bab 29

5.3K 378 4
                                    

Hari ini Arsen tidak pergi ke sekolah. Dia pergi ke suatu tempat. Sesampainya di tempat yang dituju, dia menunggu tepat di depan pintu lift. Dan tiba-tiba dalam waktu hanya lima detik setelah Arsen menekan tombol, pintu lift itu pun terbuka lebar di hadapannya.

Saat itu masih cukup pagi sehingga ruang lift itu masih kosong karena belum banyak orang yang berlalu lintas melalui lift itu. Arsenkemudian masuk ke dalam lift dan dia pun menekan tombol dua.

"Ting!"

Dalam sekejap mata, lift itu telah mengantarkan dirinya ke lantai dua. Setelah menginjak lantai dua, dirinya pun menuju sebuah ruang periksa untuk memeriksakan kesehatannya. Arsen berjalan memasuki ruangan tersebut dan dia disambut ramah oleh dokter yang ada di dalamnya.

"Selamat pagi! Silahkan duduk!" Ucap seorang dokter pria tua yang kira-kira berusia lima puluh tahunan sambil mempersilakan Arsen duduk di hadapannya.

Arsensegera duduk di kursi yang ada di depan meja dokter itu.

"Selamat pagi Dok!" Ucap Arsenlemas. Dia nampak sangat sakit.

Dokter itu pun segera mencatat data-data pasien dan mengamati sebentar kondisi wajah dan tubuh Arsen. Setelah itu, dia mempersilakan Arsenuntuk berbaring di tempat tidur yang biasa digunakan untuk memeriksa pasien.

"Ya, silahkan berbaring di sana! Saya akan segera memeriksa anda!" Kata dokter itu sambil menunjuk ke sebuah tempat tidur yang terletak di pojok ruangan.

Arsen segera membaringkan dirinya di tempat tidur yang dimaksud. Sementara, dokter itu mengambil stetoskopnya untuk memeriksa Arsen. Tidak lama kemudian, dokter itu langsung memeriksa Arsen. Dia melihat kondisi mukaArsenyang nampak pucat serta melihat bintik-bintik merah dan lebam-lebam yang muncul di sekujur tubuh Arsen.

"Selama ini, apa saja keluhan yang anda rasakan?" Tanya dokter itu.

"Hmm... Selama ini saya sering sekali mimisan dan tulang-tulang saya juga sering terasa sakit. Selain itu, bukan hanya tulang saya, tapi perut saya juga suka terasa nyeri dan sakit." Ucap Arsensambil mengubah posisi yang tadinya berbaring menjadi posisi duduk.

"Lalu, apa kamu sering merasa lelah dan napas kamu terasa lebih cepat dari biasanya?"

"Hmm.. Iya, Dok. Seperti yang dokter bilang, saya memang sering kali merasa cepat lelah dan napas saya juga terasa lebih cepat."

Dokter itu mengangguk pelan setelah mendengar semua keluhanArsen. Dia pun menunduk dan terdiam untuk beberapa detik. Setelah itu dia mengangkat kepalanya lagi dan dia kini mengajak Arsenkembali ke mejanya untuk membicarakan sesuatu.

Setelah mereka berdua kembali ke meja dokter, dokter itu pun berusaha mengawali pembicaraan di antara mereka berdua.

"Sebaiknya kamu segera melakukan pemeriksaan darah. Saya akan berikan surat rujukannya. Nanti kamu langsung saja ke ruangan pemeriksaan darah." Ucap dokter itu sembari menulis surat rujukannya untuk Arsen.

"Hmm... Dokter!" Tiba-tibaArsen memecah fokus sang dokter yang sedang serius menulis surat rujukan untuknya.

Sontak dokter itu pun segera berhenti menulis. Dia mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk saat sedang menulis. Dia pun memandang lurus ke arah Arsen.

"Ya, kenapa?"

"Hmm... Sebenarnya, saya sakit apa ya, Dok?" Tanya Arsen penuh selidik.

Dia yakin kalau dokter yang ada di hadapannya sudah bisa mendiagnosa penyakit yang dideritanya setelah mendengar semua keluhannya tadi, namun entah kenapa dokter itu tidak mau memberitahunya.

"Saya belum terlalu yakin. Sebaiknya kamu melakukan pemeriksaan darah dulu. Setelah itu, kita baru bisa mengetahui penyakit yang anda derita sekarang ini." Ucap dokter itu dengan wajah serius.

Setelah berbicara, dokter itu pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Dia kembali menulis surat rujukan untuk Arsen. Setelah selesai menuliskan surat itu, dia pun memberikan surat itu kepada Arsen.

Arsen berjalan keluar dari ruang periksa dengan langkah yang lunglai dan muka yang masih pucat pasi. Di tangan kanannya, dia membawa surat rujukan yang diberikan dokter kepadanya. Dengan langkah-langkah ringan, dia berusaha berjalan menuju ke ruang pemeriksaan darah yang juga berada di lantai yang sama, lantai dua.

Setelah sampai di ruang pemeriksaan darah yang dimaksud, dia memasuki ruang itu dengan kondisi orang yang seperti hampir mati. Mukanya pucat pasi dan sekujur tubuhnya menggigil kedinginan.

Ketika sudah berada di dalam ruangan, dia pun segera diambil darahnya oleh dokter yang bertugas di sana. Dengan kondisi yang hampir mati seperti itu, rasanya memang sudah sangat wajar kalau Arsentidak kuat lagi bertahan.

Apalagi, setelah darahnya baru saja diambil untuk pemeriksaan tersebut. Alhasil, setelah darahnya diambil, Arsen pun sontak tidak sadarkan diri lagi. Dia pingsan.

*****

Beberapa saat berlalu. Arsen pun mulai membuka matanya. Perlahan demi perlahan dia tersadar. Saat tersadar, dia mendapati dirinya sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan yang diinfus.

Dia pun menegakkan tubuhnya, merubah posisinya yang tadi sedang berbaring menjadi posisi orang yang sedang duduk berselonjor. Kemudian dia mengamati keadaan sekeliling, melongok-longok apakah ada orang yang bisa ditanyakan tentang kondisinya sekarang ini.

Dan matanya pun menangkap wajah seorang suster yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu dan sedang berjalan menghampirinya.

"Anda sudah sadar ya!" Seru suster itu begitu tiba di hadapan Arsen.

"Suster....Sebenarnya....apa....yang....terjadi....dengan....saya? Tanya Arsen terbata-bata dan dengan nada bicara yang masih sangat lemas.

"Tadi anda pingsan setelah pemeriksaan darah. Lalu anda segera dibawa ke sini untuk diinfus."

Arsen menghela dan mengembuskan napasnya sejenak, rasanya di dadanya sungguh sesak. Setelah itu, dengan nada bicara yang masih sangat lemas, dia bertanya-tanya tentang hasil pemeriksaan darahnya yang tadi dilakukan.

"Hmm.. Suster... Bagaimana.... Hasil.... Pemeriksaannya?"

Begitu Arsen menanyakan tentang hasil pemeriksaan darah, suster itu terpaku memandang mata Arsen lurus. Nampak ada sesuatu yang disembunyikan di balik tatapan mata itu. Entah apa yang disembunyikannya.

Setelah beberapa detik berpandangan dengan mata sayu Arsen, suster itu pun segera tersenyum dan bersikap seakan semua baik-baik saja.

"Hasil pemeriksaan darah anda sudah kami berikan kepada dokter Banu, dokter yang tadi menangani anda dan memberikan surat rujukan pemeriksaan darah untuk anda. Sekarang, anda istirahat saja dulu di sini. Nanti setelah kondisi anda lebih baik, baru anda pergi menemui dokter Banu untuk menanyakan hasil pemeriksaan darah anda." Ucap suster itu sambil kemudian mengecek dan memeriksa infusan Arsen.

Setelah itu, dia pun berlalu pergi meninggalkan Arsen sendirian di ruangan itu.

*****

Jangan lupa vote, follow, sama komentar

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang