Bab 4

14.9K 925 5
                                    

"Teeet!" Bel pulang akhirnya berbunyi dan pelajaran pun berakhir. Guru  matematika yang tadi mengajar pun kini sudah meninggalkan kelas seiring dengan bunyi bel tersebut.

Arsen merasa sangat lega saat bel pulang akhirnya berbunyi. Dia memang sangat mengantuk sepanjang jam pelajaran tadi karena dia menghabiskan malamnya untuk balapan. Alhasil, dia jadi kurang tidur dan terus-terusan mengantuk sepanjang guru-gurunya mengoceh di depan kelas.

"Arsen!" Tiba-tiba seseorang memanggil Arsen dan menepuk-nepuk pundak Arsen dari arah belakang saat Arsen sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Tentu saja Arsen telah mengenal baik suara yang memanggilnya itu. Arsen pun menoleh ke arah datangnya suara yang tepat berasal dari arah belakang kursinya itu.

Ya. Dan ternyata memang benar dugaannya. Suara itu memang suara milik seorang gadis berambut sebahu yang sangat senang mengenakan aksesoris berwarna pink.

Gadis bertubuh langsing yang berbola mata biru -karena pakai softlens- itu hari ini mengenakan bando pink, gelang pink, dan jam tangan pink. Namun, sepatunya hitam.

Loh? Tentu aja gadis yang bernama Nesa itu maunya pakai sepatu pink juga. Cuma karena peraturan berpakaian di SMA Nusantara melarangnya untuk memakai sepatu selain sepatu berwarna hitam, makanya yaudah Nesa cuma bisa pasrah dan menuruti peraturan itu.

"Akhirnya lo masuk juga. Hehe." Ucap Nesa sambil mesem-mesem gak jelas.

"Lo tahu gak sih? Dari kemarin gue bete banget. Soalnya gue gak bisa ngelihat muka lo. Di kelas gak ngelihat lo. Latihan band juga gak ngelihat lo. Rasanya kalau gak ngelihat lo sehari tuh kayak ada sesuatu yang kurang." Lanjut Nesa manja.

Nesa yang merupakan teman sekelas yang duduk tepat di belakang kursi Arsen dan juga sekaligus teman se-grup band Arsen memang biasa bersikap manja seperti itu dengan Arsen.

Dia memang cukup dekat dengan Arsen. Nampaknya Nesa adalah satu-satunya wanita yang berani dekat dengan seorang Arsen. Sementara, cewek yang lain merasa takut dengan Arsen. Mereka menganggap kalau Arsen hanyalah anak berandalan.

Meskipun Arsen memang cukup tampan, namun ketampanannya tertutupi oleh sifat buruk dan berandalannya. Sehingga tidak ada cewek yang berani mendekat kepadanya, terkecuali Nesa.

"Baru beberapa hari gue gak masuk, lo udah ribet. Terus, gimana kalau gue menghilang untuk selamanya?" Tanya Arsen.

"Menghilang? Lo kan gak mau ke mana-mana. Jangan ngomong gitu dong." Seru Nesa sambil bertingkah manja dan merangkul-rangkul pundak Arsen.

"Jangan berlebihan Nes. Udah sana, jangan ngikutin gue lagi. Gue mau pulang." Kata Arsen sambil menyingkirkan tangan Nesa dari pundaknya dan beranjak pergi meninggalkan kursinya.

"Aduuuh, jangan pulang dulu. Kita kan harus latihan. Lo inget kan? Minggu depan kita ada jadwal manggung di kafe gue. Anak-anak udah pada nunggu tuh di ruang band sekolah. Ayo kita ke sana sekarang!" Ajak Nesa sambil berusaha mengikuti langkah-langkah Arsen yang cepat.

Arsen melihat ke arah Nesa. Dia sadar kalau dirinya memang sudah lama tidak latihan band bersama teman-temannya. Oleh karena itu, Arsen pun merubah pikirannya dan pergi mengikuti Nesa.

*****

"Weits, Sob! Akhirnya datang juga lo." Seru Tomo begitu melihat tampang Arsen sambil terus mengunyah permen karetnya.

"Sorry. Udah lama gue absen latihan." Seru Arsen kepada Tomo.

"Santai aja Sob. Gak apa-apa kok. Santai. Santai." Ucap Tomo sambil terus saja mengunyah permen karetnya.

Tomo adalah anak dari keluarga sederhana. Cowok berambut keriting yang mempunyai kebiasaan mengunyah permen karet ini sering sekali ditraktir dan dibayari oleh Arsen dalam berbagai urusan.

Makanya, Tomo selalu bersikap baik kepada Arsen dan selalu mengiyakan setiap perkataan Arsen seperti sekarang ini.

"Eh Tom, betewe, drummer kita mana? Si Roni ke mana? Kok gak kelihatan batang hidungnya sih? Kita kan udah janjian mau latihan sepulang sekolah." Tanya Nesa kepada Tomo.

"Ya ampun, apa lo gak tahu Nes? Si Roni udah pindah ke Singapura. Dia ikut ortunya pindah ke sana. Pindahnya sih emang dadakan. Gue aja cuma dikasih tau via telepon." Kata Tomo yang bicara dengan suara tidak jelas karena dia terus mengunyah permen karetnya.

"Hah? Beneran? Bohong lo!" Ucap Nesa merasa tidak percaya.

"Yeee... Serius ini gue! Kalau gak percaya, telepon aja orangnya." Ucap Tomo santai.

"Udahlah Nes. Gak usah ribet. Kalaupun si Roni pindah, tinggal cari penggantinya aja. Gak usah berlebihan gitu." Ucap Arsen dengan nada bicara yang juga santai.

"Aduuuh, kok bisa-bisanya lo berdua sesantai itu? Lo berdua gak khawatir apa dengan nasib the rainbow?"

Nesa pun menatap ke arah Tomo. Namun, Tomo hanya mengangkat kedua belah bahunya dengan mata yang kosong. Setelah itu, Nesa melirik ke arah Arsen. Namun, Arsen juga bingung mau menjawab apa dan dia hanya diam sambil menggaruk-garuk rambutnya.

"Aaah, terus bagaimana kelanjutan band the rainbow kita yang tercinta ini? Aduuuh, si Roni pake acara pindah segala sih. Bikin pusing aja." Kata Nesa sambil kemudian tertunduk lemas.

*****

Anggota The rainbow akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan batal latihan. Mereka sudah keburu malas latihan dan patah semangat karena tiba-tiba Roni harus meninggalkan band.

"Ahhh."

Arsen mendesah sambil merebahkan dirinya ke atas tempat tidur. Kini kamarnya kelihatan sudah bersih dan rapi. Nampaknya pembantunya sudah membereskan kamar itu saat Arsen sedang sekolah.

"Kenapa hidup gue harus jadi kayak gini sih?" Keluh Arsen yang bertanya kepada dirinya sendiri.

Arsen pun memejamkan mata. Dia pusing dan capek sekali saat itu. Kurang tidur nampaknya menjadi penyebab pusingnya.

Namun, entah kenapa saat dia memejamkan mata muncul bayangan seseorang di dalam pikirannya. Ternyata bayangan yang muncul adalah bayangan gadis itu.

Gadis yang tadi hampir ditabraknya. Gadis buta yang tadi berjalan di depannya. Entah kenapa Arsen tiba-tiba membayangkannya. Dia tidak mengerti.

********

Jangan lupa vote, follow, sama vote

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang