Bab 19

6.3K 456 0
                                        

Adit menjemput Pelangi yang masih terpaku duduk di kursinya. Adit perlahan demi perlahan mendekati Pelangi yang nampak sudah sangat mengantuk.

"Udah selesai Ngi, ayo kita pulang!" Ajak Adit sambil meraih telapak tangan Pelangi dan kemudian menggenggam tangan halus nan lembut itu.

"Iya Kak! Ayo kita pulang! Bu Mira pasti udah khawatir banget nungguin aku. Oh iya, sekarang udah jam berapa ya Kak? Apa ini sudah terlalu malam?"

"Hmmm.... Gue sebutin sekarang jam berapa. Tapi lo jangan kaget ya!"

"Emang sekarang udah jam berapa sih?"

"Jam satu."

"Hah!? Ya ampun! Sudah semalam itu?" Tanya Pelangi yang merasa tidak percaya kalau dia masih berkeliaran di luar pada jam segitu.

"Aduh, gue kan udah bilang. Jangan KAGET!" Ucap Adit dengan menekankan kata kaget pada kalimatnya.

"Aduuh, gimana gak mau kaget coba. Bu Mira kan pasti khawatir. Ayo Kak, kita segera pulang aja deh!" Ucap Pelangi dengan nada cemas.

"Kamu tenang aja, Ngi. Tadi sebelum gue manggung, gue udah telepon bu Mira kok dan gue juga udah bilang sama dia kalau kita bakalan pulang larut malam." Ucap Adit berusaha menenangkan Pelangi.

"Oh, syukur deh kalau gitu!" Ucap Pelangi sambil mengelus-elus dadanya dan menghembuskan napasnya karena merasa lega.

"Oke. Sekarang biar lo gak panik lagi, kita mending langsung pulang aja. Tapi, sebelum pulang, kita pamitan sama yang lain dulu ya."

"Oke." Kata Pelangi sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.

*****

Sesampainya Adit dan Pelangi di luar kafe, tepatnya di parkiran kafe tersebut, nampak Nesa dan Tomo seperti sedang membicarakan sesuatu.

"Ehem!"

Adit berdeham untuk membuat mereka berdua sadar akan kehadiran dirinya dan Pelangi.

Tomo dan Nesa pun sontak memandang ke arah Adit. Namun entah kenapa mereka memandang Adit dengan tatapan mata yang terlihat muram dan sedih.

"Kalian berdua kenapa? Kenapa ngelihatin gue sampai segitunya?" Tanya Adit yang penasaran dengan arti dari tatapan mata yang ditujukan kepadanya.

"Emm... Gue susah ngomongnya nih. Lo aja deh yang ngomong Tom."

Ucap Nesa sambil menyenggol-nyenggol sikut Tomo. Nampaknya ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan Adit.

"Ehem!"

Tomo mengawali pembicaraannya itu dengan berdeham. Kemudian, dia pun melanjutkan bicaranya.

"Sebelumnya sorry banget nih, Dit. Kayaknya setelah malam ini lo harus keluar dari The Rainbow deh. Sorry banget ya, Dit. Gue benar-benar minta maaf banget."

"Karena Arsen?" Tanya Adit.

Tomo pun mengangguk.

"Tadi sebenarnya kita udah berusaha ngomong ke Arsen, cuma lo tahu sendiri kan tuh sifat batunya Arsen. Tadi dia udah mau manggung aja udah suatu keajaiban banget. Sekali lagi, sorry banget." Ucap Tomo panjang lebar. Dia nampak merasa bersalah sekali kepada Adit.

"Iya, Dit. Sorry banget ya. Gue atas nama The Rainbow juga benar-benar minta maaf banget ke lo." Sekarang gantian Nesa yang meminta maaf.

Adit pun langsung dapat mengerti maksud dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Nesa dan Tomo. Setelah mendengar kalimat itu, dia pun hanya bisa menyunggingkan senyum simpul yang terlihat sekali sebagai senyum yang dipaksa untuk muncul.

"Gak apa-apa kok. Lo berdua gak usah merasa bersalah. Gue ngerti." Ucap Adit pelan sambil menepuk-nepuk pundak Tomo.

"Oh iya, by the way, si Arsen ke mana ya? Apa dia udah pulang? Kok gak kelihatan?" Tiba-tiba Adit mengalihkan pembicaraannya.

Sebenarnya, pertanyaan basa-basi itu lebih ditujukan untuk menghilangkan rasa bersalah Nesa dan Tomo. Adit ingin memperlihatkan kepada mereka berdua kalau dirinya baik-baik saja dan mereka berdua tidak perlu merasa bersalah.

"Arsen udah pulang duluan, Dit." Sahut Nesa dengan nada bicara yang masih lemas.

"Oh yaudah, kalau gitu gue pulang juga ya! Udah malem! Daah! Sampai ketemu besok di sekolah!" Seru Adit sambil melambaikan tangannya dan berusaha menyunggingkan senyum kepada Nesa dan Tomo.

"Oh iya, Dit. Hati-hati ya!" Sahut Nesa dan Tomo berbarengan.

Setelah berpamitan, Adit pun menarik tangan Pelangi dan menyeretnya masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan pulang, Pelangi hanya berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Sebenarnya, Pelangi diam bukan karena dirinya sudah mengantuk atau lelah. Namun, diam itu lebih karena dirinya sedang memikirkan sesuatu.

Pelangi yang sedari tadi mencuri dengar percakapan antara Adit, Nesa, dan Tomo kini menjadi bertanya-tanya dengan sikap Arsen itu. Dia tidak mengerti.

Dia pikir setelah Arsen menyetujui untuk tidak pergi dan tampil mengisi acara malam itu, maka itu sama artinya dengan menyetujui Adit masuk menjadi bagian baru dari The Rainbow.

Namun, pikirannya itu salah. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kakak beradik ini? Sebenarnya, apa alasan Arsen membenci Adit? Kenapa Arsen sampai segitu bencinya dengan kakaknya sendiri?

Semua pertanyaan itu terus berputar-putar di dalam kepalanya dan tak ayal menimbulkan keraguan dan kebingungan di dalam benak Pelangi.

********

Jangan lupa vote, follow, sama komentar

-XOXO

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang