Bab 38

6.7K 428 6
                                        

Mereka berdua terus berjalan dan berjalan. Arsen terus berjalan sambil terus berbicara sepanjang jalan. Sementara itu, Pelangi terus berjalan sambil serius mendengarkan Arsen berbicara. Mereka terus berjalan tanpa henti sampai tidak terasa mereka pun sudah sampai di puncak area perkebunan teh itu. 

"Hosh! Hosh! Capek juga ya dari tadi jalan terus!" Desis Arsen.

Kondisi kesehatan Arsen yang semakin hari semakin memburuk nampaknya menjadi salah satu faktor penyebab fisiknya cepat lelah. Namun, dia segera tidak menghiraukan rasa lelah itu karena ternyata rasa lelahnya terbayar sudah dengan pemandangan indah yang tersaji di hadapannya sekarang ini.

"Nah, coba tebak sekarang kita udah sampai mana?" Tanya Arsen.

"Hmm... Dari tadi kita terus naik, naik, dan naik. Kalau gitu kita pasti sekarang udah ada di puncak area kebun teh ini. Betul kan?" Kata Pelangi mencoba tebak-tebak buah manggis dengan Arsen.

"Yap. Bener banget Nona Pelangi. Sekarang ini kita sudah benar-benar ada di puncak paling atas perkebunan teh ini. Dan dari atas sini banyak banget yang bisa kita lihat.

"Pemandangannya indah banget. Kita bisa lihat gunung, jalanan, dan semuanya deh. Oh iya, orang-orang jadi terlihat seperti semut loh kalau dari atas sini. Mereka jadi terlihat keciiil banget. Bener-bener kayak semut." Ucap Arsen dengan super antusias.

Dia berlagak seperti pemandu wisata yang sesungguhnya.

Setelah banyak bicara, Arsen pun berkacak pinggang sambil menghirup udara pegunungan yang sangat segar dari puncak area perkebunan teh itu. Rasanya segar sekali.

Benar-benar udara yang belum tercampur aduk dengan berbagai polusi. Dia pun juga turut mengamati sejenak seluruh hamparan pemandangan indah yang tersaji apik di hadapannya.

"Luar biasa!"

Pemandangan yang ada di hadapannya membuat Arsen secara tidak sadar melontarkan kata-kata yang bisa melukiskan keindahan pemandangan tersebut.

"Apanya yang luar biasa?"

"Tentu aja pemandangan ini yang luar bisa. Gila ya, cuma lihat sekilas aja, stress gue bisa langsung hilang coba. Ckckck... Tahu gitu dari dulu aja gue sering-sering ke sini." Ucap Arsen saking kagumnya dengan karya ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya.

"Seindah itukah?" Tanya Pelangi yang nampaknya sangat ingin tahu.

Sebenarnya, dia bukan hanya ingin tahu. Tapi di dalam hati kecilnya, dia sangat ingin melihat semua keindahan yang kini hanya bisa dibayangkannya di dalam bayangan dan imajinasinya.

"Iya. Bener. Lo harus lihat sendiri Ngi. Semua ini emang indah banget. Sumpah deh..." Ucap Arsen yang nampak semangat berbicara kepada Pelangi.

Dan saking semangatnya, secara tidak sadar, dia nampaknya agak menyinggung perasaan Pelangi melalui beberapa patah katanya itu.

Untungnya, Arsen segera menyadari kecerobohannya berbicara. Sontak dia pun langsung menoleh ke arah Pelangi. Mengamati raut wajah Pelangi dan mengamati ekspresi wajah yang timbul akibat kecerobohannya itu.

Namun, ternyata ekspresi wajah Pelangi bukanlah seperti ekspresi orang yang sedang marah atau tersinggung. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang benar-benar membuat Arsen membelalakkan matanya.

Pelangi sedang tersenyum!

Ya, itulah raut wajah Pelangi yang pertama kali Arsen lihat setelah dia menoleh. Entah kenapa anak ini malahan tersenyum. Arsen sendiri tidak mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan oleh anak ini.

"Suatu saat nanti aku akan bisa melihat semua hal ini. Doakan saja agar aku bisa cepat mendapat donor kornea sehingga aku bisa melihat lagi seperti dulu." Ucap Pelangi dengan nada penuh harapan.

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang