Bab 6

11.8K 810 2
                                    

Ayah  dan ibu mereka memutuskan untuk bercerai semenjak Adit  dan Arsen masih kecil. Waktu itu Adit berumur 9 tahun, sementara Arsen masih berumur 8 tahun.

Alasan perceraian orang tua mereka adalah karena adanya orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Ada wanita lain yang mengganggu rumah tangga itu.

Wanita itu akhirnya berhasil merebut ayah mereka. Ayah mereka pun resmi menikahi wanita itu dan mereka berdua hidup bahagia hingga sekarang.

Adit dan Arsen masih sangat kecil saat perceraian itu terjadi. Mereka bahkan belum mengerti tentang arti perpisahan dan perceraian tersebut. Adit dibawa oleh ayahnya. Mereka berdua pindah ke Australia. Sementara itu Arsen dibawa oleh ibunya dan mereka berdua menetap di Indonesia.

*****

Hari ini hari Minggu. Di Minggu pagi yang cerah ini, Adit memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Sebenarnya, ada suatu tempat yang ingin sekali dikunjungi oleh Adit.

Adit turun dari mobil Picanto miliknya yang berwarna hijau muda. Setelah keluar dari mobilnya, dia melihat-lihat sejenak ke sekeliling.

"Hmmm... tempat ini sama sekali gak berubah." Gumam Adit pelan.

Adit melihat ke sekelilingnya. Nampaknya dia tidak melihat pemandangan yang berubah. Padahal sudah sembilan tahun berlalu. Namun, rumah yang dia lihat sekarang ini masih nampak sama dengan rumah yang dia lihat sepuluh tahun yang lalu.

Rumah itu masih dicat dengan warna hijau. Ya, mungkin saja mereka sudah mengecat ulang rumah itu karena cat yang terlihat nampak seperti masih baru.

Tapi, rumah itu tetap dicat ulang menggunakan cat warna hijau seperti dulu. Di depan rumah itu ada halaman yang cukup luas yang ditumbuhi rumput-rumput liar yang masih pendek. Sama seperti dulu.

Di halaman itu juga masih ditumbuhi pohon rambutan yang tinggi dan besar yang dulu sering dinaiki olehnya sewaktu masih kecil.

Adit melihat ke depannya. Ada sebuah papan yang berdiri tegak dengan tiang yang tertancap di dalam tanah. Papan berwarna putih itu nampak tidak terawat dan kotor. Banyak debu-debu yang menempel di papan itu. Namun, tulisan di papan itu masih terbaca dengan jelas.

"PANTI ASUHAN KASIH IBU." Ucap Adit membaca tulisan yang tertera di papan.

"Ya, bener. Gak salah lagi. Ini tempatnya." Gumam Adit sambil kemudian membuka pagar rumah itu dan masuk ke dalam area panti asuhan itu.

"Tok, tok, tok, Permisi! Assalamualaikum!" Terdengar suara ketukan pintu yang disusul dengan salam dari Adit.

Begitu mendengar salam itu, bu Mira pun bergegas untuk membuka pintu.

"Iya, Waalaikumsalam. Ada keperluan apa ya, Nak?" Tanya bu Mira dengan ramah begitu dia melihat seorang anak laki-laki tinggi besar berkacamata yang berdiri di depan pintu itu.

"Hmm... Saya mau cari seseorang, Bu. Namanya Pelangi. Apakah dia masih tinggal di sini?" Tanya Adit langsung mengutarakan maksud kedatangannya.

"Oh, tentu. Dia masih tinggal di sini. Tapi, apa kamu ini temannya Pelangi?" Tanya bu Mira sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Adit. Dia mencoba mengamati wajah Adit untuk beberapa detik.

"Ibu! Kenapa Ibu diam saja?" Adit mencoba menyadarkan bu Mira yang hanyut dalam lamunannya. Entah apa yang dilamunkannya.

"Ya ampun. Aduh! Maafkan Ibu ya, Nak. Ibu tadi malahan melamun ngelihatin wajah kamu seperti itu. Habisnya Ibu gak pernah lihat kamu bareng-bareng sama Pelangi. Jadi, Ibu ragu kalau kamu ini benar-benar temannya Pelangi."

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang