Waktu demi waktu berlalu. Semenjak berhasil keluar dari rumah sakit, tiap detik yang berlalu dirasakan begitu berharga bagi Arsen. Dia benar-benar menjalankan setiap detik yang berlalu cepat itu dengan hidup sebagai manusia yang normal.
Dia menjadi manusia yang benar-benar hidup berdampingan dengan banyak orang dan dia benar-benar menjadi makhluk sosial dalam arti yang sesungguhnya. Di dalam dimensi waktu yang mungkin tidak akan bisa terulang lagi, Arsen berkumpul dan menghabiskan waktu sebagai bagian dari anggota keluarga yang utuh.
Tidak hanya itu, Arsen juga setia bermain musik bersama "The Rainbow" dan menikmati saat-saat bermusik yang menyenangkan. Arsen pun tidak lupa menghabiskan sisa-sisa waktunya bersama teman-teman yang paling luar biasa dalam hidupnya.
Kurun waktu yang sebentar itu memang benar-benar telah merubah keseluruhan hidup Arsen. Dia benar-benar menjadi manusia yang lebih baik dan semua hal itu benar-benar membawa kebahagiaan dalam dirinya. Dia sangat bahagia. Benar-benar bahagia.
*****
Pagi hari, tanggal 15 Desember.
Sebenarnya, hari ini bukanlah hari ulang tahun Arsen. Namun, entah kenapa di hari ini Adit malah memberikan sebuah hadiah ulang tahun untuk adiknya itu. Entahlah.
Batinnya merasa sangat takut kalau Arsentidak akan sanggup lagi bertahan sampai hari ulang tahun yang sebenarnya itu tiba. Maka, di hari inilah dia memutuskan untuk memberikan hadiah tersebut.
Sebuah hadiah yang tidak biasa. Bukanlah sebuah hadiah yang dibungkus dengan kertas kado atau sebuah hadiah yang bisa dibeli dengan uang. Hadiah itu adalah hadiah yang benar-benar spesial.
Hari ini dia menghadiahkan sebuah liburan spesial untuk Arsen. Dia mengantarkan Arsen dan Pelangi pergi ke villa keluarga mereka yang berada di daerah puncak Cipanas. Dia mengendarai mobil bagaikan seorang supir untuk mereka berdua.
Sementara itu, Arsen dan Pelangi duduk di belakangnya seperti majikan Adit. Paling tidak semua ini adalah hal-hal terakhir yang bisa dia lakukan sebagai seorang kakak yang ingin sekali membahagiakan adik yang sangat disayanginya.
*****
"Nah, kita udah sampai!" Seru Adit kepada Arsen dan Pelangi yang duduk di jok kursi belakang.
"Akhirnya sampai juga." DesisArsenyang kelihatannya sudah sangat penat berada berjam-jam di dalam mobil.
"Thanks ya, Dit! Thanks banget atas hadiah lo ini!" Ucap Arsen kemudian.
"Sama-sama! Oh iya, sekarang ini lo sama Pelangi mau jalan-jalan ke mana nih? Apa perlu gue anterin ke tempat-tempat liburan yang ada di sekitar sini?" Tanya Adit.
"Gak usah. Gue gak mau ngerepotin lo terus. Rencananya gue mau ngajak Pelangi keliling-keliling di sekitar sini aja kok, Dit. Gue pingin ngajak Pelangi menghirup udara segar di sini." Ucap Arsen.
"Oh ya udah. Gue nanti mau di villa aja deh. Istirahat. Soalnya gue capek jadi supir lo berdua. Nanti kalau lo berdua ada perlu apa-apa, panggil gue aja ya!"
"Iya. Sekali lagi thanks ya Dit. Dan... sorry karena udah buat lo capek kayak gini." Ucap Arsen sambil tersenyum ke arah Adit.
"Nyantai lah! Yaudah, gue ke villa dulu ya! Have a nice day!" Ucap Adit sambil membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil.
Setelah Adit keluar dari dalam mobil, dia pun langsung membukakan pintu mobil untuk Arsen dan Pelangi layaknya supir pribadi mereka. Setelah pintu itu dibukakan olehnya, Adit langsung menyambut mereka berdua dengan gaya badan yang membungkuk bagaikan seorang supir yang sedang menunggu majikannya keluar dari dalam mobil.
Nampaknya hari itu Adit benar-benar menikmati perannya sebagai seorang supir. Arsen pun jadi senyum-senyum sendiri melihat pola tingkah kakaknya itu.
*****
"Gimana? Lo senang gue ajak ke sini?" TanyaArsen kepada Pelangi sembari terus menggenggam tangan Pelangi dengan erat.
Dia mencoba berhati-hati menuntun Pelangi agar Pelangi tidak terjatuh di area dengan jalanan menurun yang curam itu.
"Senang banget. Di sini udaranya sangat menyegarkan. Oh iya... ngomong-ngomong, sekarang ini kita lagi jalan-jalan di mana sih?" Tanya Pelangi penasaran.
"Sekarang ini kita lagi jalan-jalan di area perkebunan teh. Jalannya agak curam. Banyak tanjakan dan turunannya, makanya lo hati-hati ya jalannya! Dan jangan pernah lepasin tangan lo dari genggaman tangan gue ini!" Ucap Arsen sembari mengangkat tangannya yang sedang menggenggam erat tangan Pelangi.
"Iya. Aku gak akan lepasin tangan aku kok." Ucap Pelangi sambil tersenyum manis.
"Oh iya, hari ini izinkan gue menjadi pemandu wisata lo, Ngi."
"Hah? Pemandu wisata?" Pelangi nampak bingung dengan maksud ucapan Arsentersebut.
"Iya, gue akan jadi pemandu wisata untuk lo. Hari ini gue akan ceritain semua yang gue lihat agar lo juga bisa tahu indahnya pemandangan yang ada di sini.
"Gue mau lo bisa ikut melihat apa yang gue lihat. Jadi... gimana? Lo mau kan untuk menjadi satu-satunya orang yang gue pandu di sore hari yang cerah ini?"
"Iya! Aku mau!" Ucap Pelangi sambil mengangguk-angguk gembira.
Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan mengitari kebun teh yang luasnya berhektar-hektar itu. Selama perjalanan, Arsen menceritakan semua yang dilihatnya saat itu juga. Saat ada anak-anak kecil yang sedang main lari-larian di sana, dia menceritakannya.
Saat melihat mata air yang mengalir untuk mengalirkan air di area perkebunan teh itu, dia juga menceritakannya. Pokoknya dia menceritakan semua hal yang dilihatnya ke dalam kata-kata yang dapat dimengerti oleh Pelangi agar Pelangi bisa ikut melihat apa yang dia lihat.
"Nah! Sekarang ini kita udah ada di tengah-tengah area perkebunan teh ini. Di sini tuh kita dikelilingi sama hamparan daun-daun teh dan sepanjang mata memandang yang bisa kita amati cuma daun-daun teh aja.
"Oh iya, terus di beberapa area, ada banyak ibu-ibu petani yang sedang metikin daun-daun teh itu. Ibu-ibu petani itu bawa keranjang yang besar banget di belakang pundaknya dan mereka semua juga pakai topi caping khas petani."
"Hihihi." Tiba-tiba tawa Pelangi menyemburat ke luar saat Arsen sedang asyik bicara.
"Lho? Kenapa malah ketawa? Emang apanya yang lucu?" Tanya Arsen sembari mengerutkan keningnya. Dia bingung dengan maksud dari tertawaan itu.
"Sepertinya kamu sangat menikmati peran kamu jadi pemandu wisata ya? Habis, dari tadi ceritanya sampai mendetail banget kayak gitu."
"Masa sih? Apa iya sampe segitunya?" Ucap Arsen sambil garuk-garuk kepala sendiri.
"Iya. Menjiwai banget."
"Ckckck..." Arsen berdecak.
"Itu artinya gue berbakat. Hehehe." Ucap Arsensambil ikut tertawa juga.
Mendengar ucapan Pelangi, Arsen pun jadi geli sendiri. Dia baru sadar kalau sedari tadi dirinya sudah sangat banyak berbicara. Dirinya menjadi orang yang sangat berbeda jika berada di dekat Pelangi.
Jika biasanya menjadi seorang pendiam dan tidak banyak bicara, namun di dekat Pelangi dia bisa menjadi seseorang yang terbuka dan banyak bicara seperti sekarang ini.
*****
Jangan lupa vote, follow, sama komentar
-XOXO

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Blind Rainbow
Teen Fiction[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti terikat oleh seutas benang tak kasat mata yang disebut kebetulan. Kita dengan semua perbedaan yang ada bertemu dalam keadaan tidak terduga. Da...