Bab 24

6.6K 431 1
                                    

Keesokan harinya, Pelangi terlihat sedang menunggu seseorang di sebuah taman yang ada di sekitar komplek perumahan Arsen. Pelangi menunggu dengan duduk di atas kursi sebuah ayunan taman yang ada tepat di sebelah perosotan berwarna kuning.

Tepat di belakang ayunan yang diduduki oleh Pelangi, terdapat dua pohon besar yang cukup rindang sehingga sangat nyaman duduk di bawah ayunan tersebut. Rasanya sangat teduh. Sebenarnya, Pelangi sedang menunggu Adit yang belum juga datang hingga sekarang.

Mereka berdua janjian bertemu di sana dan Adit-lah yang mengajak Pelangi untuk bertemu di taman komplek itu. Mungkin Adit memang masih di sekolah jam segitu. Pendalaman materi yang terus diikutinya selama menjadi anak kelas 12 memang sudah banyak menyita waktunya.

Setelah beberapa lama menunggu, Pelangi pun akhirnya merasakan kehadiran seseorang. Pelangi nampak mengangkat kedua alisnya. Dengan kening yang berkerut dan wajah yang bingung, dia merasa kalau ada suara-suara yang datang dari arah kanannya.

Telinga sebelah kanannya jelas sekali mendengar suara langkah kaki setelah tiga puluh menit menunggu di atas bangku ayunan itu. Dan sebelum Adit sempat menegurnya, Pelangi sudah menyapanya duluan.

"Kak Adit! Apakah itu Kakak?" Tanya Pelangi tiba-tiba.

"Ya ampun! Hebat lo, Ngi! Gue baru mau nyapa, eh lo udah nyapa duluan. Kok bisa sih?"

"Oooh, itu gampang, Kak!" Pelangi tersenyum simpul.

"Aku hanya mendengarkan suara langkah kaki Kak Adit. Hanya itu saja. Semenjak aku buta, telingaku ini menjadi sangat peka. Jadi, aku bisa mendengar suara-suara yang sangat pelan sekalipun. Bahkan, mungkin aku juga bisa mendengar suara semut yang sedang mengobrol. Hebat kan, Kak?" Ucap Pelangi sambil kembali merekahkan senyum indahnya.

"Hahaha!" Adit tertawa kecil.

"Ya, ya, Kamu ini memang hebat. Tapi, emang semut bisa ngobrol juga ya?" Kata Adit sambil kembali tertawa kecil.

"Oh iya, ngomong-ngomong ada perlu apa Kak Adit? Kenapa Kakak tiba-tiba pingin ketemu sama aku?" Sela Pelangi tiba-tiba.

Setelah Pelangi menanyakan maksud Adit yang sebenarnya, raut wajah Adit pun berubah serius. Nampaknya kali ini dia benar-benar harus mengatakannya.

"Mmm...." Adit kemudian duduk di bangku ayunan yang ada di sebelah Pelangi, tepatnya yang bersebelahan dengan area kolam pasir.

"Gue mau ngomong tentang sesuatu yang sangat penting dalam hidup gue." Kata Adit sambil kemudian menghela napasnya. Nampaknya suara hembusan napas yang berat itu menunjukkan kalau sesuatu yang akan dibicarakannya adalah sesuatu yang cukup rumit.

"Ini tentang Arsen."

"Arsen!?"

"Ya. Gue mau ngomong sesuatu tentang Arsen. Dan seperti yang udah lo tahu, hubungan gue danArsen sebagai saudara memang cukup buruk. Bukan hanya cukup buruk sebenarnya, tapi emang sangat buruk." Lagi-lagi Adit menghela napasnya.

Entah sudah berapa kali dia menghela napas seperti ini. "Gue tahu Arsen benci sama gue dan dia berhak untuk itu."

"Kenapa dia benci sama Kak Adit? Menurut aku, Kak Adit itu orang yang baik. Kenapa dia jadi seperti itu, Kak?"

Adit menoleh, menatap Pelangi lekat-lekat. Gadis ini tidak tahu. Ya, Pelangi memang tidak pernah tahu apapun tentang permasalahan yang sedang dihadapi olehnya dan keluarganya.

Namun, haruskah dia menyeret Pelangi? Haruskah dia menyeret Pelangi ke dalam masalah-masalah yang dialami keluarganya dan membuat Pelangi jatuh terperosok ke dalam lubang masalah yang sangat rumit ini?

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang