Tiga bulan kemudian!
"Teeeeet!" Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya.
Seluruh anak kelas X-J SMA Nusantara langsung berhamburan ke luar kelas begitu mendengar suara bel tersebut. Tidak terkecuali Pelangi. Di tahun ajaran baru ini Pelangi memang tidak lagi menjadi anak yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa.
Selama beberapa bulan ini, dirinya sibuk mempersiapkan diri untuk masuk ke sekolah umum. Walaupun dia harus mengulang kembali menjadi anak kelas X, tetapi dia jalani itu dengan bahagia.
Ya, semuanya kan memang harus dijalani dengan bahagia. Batinnya selalu berkata seperti itu setiap saat.
"Pelangi!" Sapa seseorang begitu Pelangi keluar dari ruangannya.
"Kak Nesa!" Sahut Pelangi begitu melihat sosok Nesa di hadapannya.
"Gimana sekolahnya tadi? Lancar?"
"Hmmm... Lumayan sih, Kak. Aku udah mulai bisa beradaptasi dengan keadaan sekolah ini."
"Oooh, bagus deh kalau gitu. Oh iya, kelas gue sama Tomo di XII IPS 4. Kalau ada perlu apa-apa, langsung samperin ke kelas aja ya." Ucap Nesa sambil menepuk-nepuk bahu Pelangi.
"Oke, Kak!" Ucap Pelangi sambil mengacungkan jempol kanannya.
Namun, tiba-tiba di tengah obrolan itu, Tomo berteriak-teriak memanggil Nesa dan merusak suasana.
"Woi Nesaaaaa!"
"Apaaaaaan?" Tanya Nesa yang juga berteriak karena jarak mereka memang cukup jauh.
Merasa tidak nyaman dengan cara komunikasi sambil berteriak-teriak seperti itu, Tomo pun segera berlari untuk menghampiri Nesa.
"Woi, Nes! HP lo mati?" Tanya Tomo tiba-tiba.
"Iya. Baterainya lowbat. Kenapa emangnya?"
"Ckckck.... Makanya kalau punya HP di charge sampe full dong. Bikin repot gue aja." Ucap Tomo sambil mendecak-decakkan lidahnya.
"Iiiiih. Apaan banget sih lo? HP gue yang mati, kenapa jadi lo yang repot."
"Ya jelas gue yang repot lah. Gara-gara HP lo mati, gue jadi ketitipan amanat dari Adit nih gara-gara dia gak bisa ngehubungin lo."
"Hah? Amanat?"
"Yoi. Dia ngasih amanat penting buat gue. Tadi dia bilang gini ke gue: 'Tom, tolong bilangin ke Nesa ya kalau gue minta maaf banget karena hari ini lagi-lagi gue gak bisa anterin dia pulang. Dan tolong bilangin juga ke dia kalau gue bener-bener sayang sama dia.
"Maaf karena beberapa hari ini udah jarang perhatiin dia lagi karena kesibukan baru gue jadi mahasiswa kedokteran. Jangan lupa dibilangin ya, Tom. Thanks banget.' Nah dia bilang kayak gitu ke gue." Ucap Tomo sambil menirukan gaya bicara Adit di telepon tadi.
"Yah, nasib oh nasib. Gini deh nasibnya kalau calon suami mau jadi dokter dan nyelamatin banyak orang. Jadinya calon istri harus rela berkorban gak diperhatiin. Abis calon suaminya belajar mulu." Ucap Nesa lemas.
"Buseeeet! Jauh bener khayalannya. Belom juga lulus SMA, udah calon suami calon istri aja sebutannya." Sindir Tomo sekenanya.
"Yeeee.... Bolehnya sirik." Sahut Nesa tak terima.
"Udah udah. Kalian jangan berdebat gitu dong. Hihihi." Ucap Pelangi sambil tertawa geli karena melihat pola tingkah mereka berdua yang seperti anak kecil.
"Duh! Jadi malu deh berdebat di depan Pelangi. Hehehe." Ucap Tomo sembari menggaruk-garuk kepalanya dan tertawa terkekeh-kekeh.
"Gara-gara lo nih!" Kata Nesa sambil menunjuk-nunjuk Tomo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Blind Rainbow
Teen Fiction[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti terikat oleh seutas benang tak kasat mata yang disebut kebetulan. Kita dengan semua perbedaan yang ada bertemu dalam keadaan tidak terduga. Da...