Bab 26

6.5K 441 5
                                        

Arsen membawa Pelangi pergi dari mall itu. Nampaknya tempat yang penuh dengan kerumunan orang tidak cocok untuknya dan Pelangi saat ini. Dia tidak ingin ada orang yang menghina Pelangi lagi. Oleh karena itu, dia membawa Pelangi ke suatu tempat di mana tidak akan ada orang yang bisa menghinanya lagi. Karena di tempat yang dimaksud itu memang hanya akan ada mereka berdua.

Begitu tiba di tempat yang dituju, mereka berdua langsung disambut oleh hembusan angin yang mengibar-ngibarkan baju dan rambut mereka. Hembusan angin itu terasa sangat menyejukkan tubuh.

Bukan hanya tubuh, namun jiwa pun ikut terasa sejuk terkena hembusan angin itu. Jiwa yang tadinya berat karena dipenuhi dengan kemelut jiwa dan kemarahan menjadi terasa lebih ringan setelah dibelai oleh hembusan angin yang seakan juga membawa pergi semua kemelut jiwa dan kemarahan tersebut.

Pelangi menghela napasnya, kemudian menghembuskannya dengan pelan. Dia benar-benar sangat menikmati suasana yang ada di tempat itu.

"Di mana kita sekarang? Mmm... Tadi saat menuju tempat ini, aku merasa seperti sedang naik lift, apakah sekarang ini kita berada di puncak suatu gedung?"

Arsen menoleh. Setelah itu, dia berdecak kagum.

"Ckckck... Kenapa lo bisa serba tahu semuanya sih? Gue ragu kalau lo ini benar-benar buta."

"Oh, jadi benar ya. Ternyata kita emang ada di puncak gedung. Padahal tadi kan aku cuma nebak-nebak doang." Ucap Pelangi sambil tersenyum simpul.

Arsen terus memandangi Pelangi. Batinnya sebenarnya bertanya-tanya kenapa gadis yang ada di sampingnya ini masih bisa bersikap santai sambil tersenyum seperti itu. Dia tahu bahwa Pelangi adalah sosok gadis lemah yang bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri saat dirinya sedang habis-habisan dilabrak oleh seseorang.

Hatinya mungkin sedang menangis saat ini karena dia memang rapuh. Mungkin sikap dan senyuman yang ditampilkannya saat ini hanyalah kepura-puraan semata. Itu semua hanyalah sikap semu yang membuatnya terlihat kuat dari luar. Padahal, sebenarnya dia itu rapuh di dalamnya.

"Tadinya gue udah niat banget untuk gak ketemu lagi sama lo karena semuanya harus berakhir sampai di sini. Kita gak cocok untuk berteman. Tapi..." Arsen pun tiba-tiba menghembuskan napas panjang.

"Tapi gue gak bisa ninggalin orang super lemah kayak lo di dunia yang kejam ini. Kalau lo terus lemah kayak tadi, lo bakal terus ditindas. Ngerti lo?"

"Maaf!" Tiba-tiba kata maaf terlontar begitu saja dari mulut Pelangi.

SekarangArsen berkacak pinggang. Dia benar-benar kesal dengan Pelangi saat ini.

"Kenapa lo minta maaf? Apa lo pernah berbuat salah sama gue? Dasar bego. Kalau gak salah ya, jangan minta maaf. Jadi orang itu gak boleh lemah kayak gitu." Bentak Arsen

"Maaf karena aku udah ngerepotin kamu." Ucap Pelangi lirih.

Dari nada suaranya, sepertinya saat ini Pelangi benar-benar tidak berdaya. Dia hanya bisa bersikap pasrah dan menerima semua yang dikatakan oleh Arsen

"Dasar lo!" Desis Arsen.

"Makanya biar lo gak ngerepotin gue, lo harus bisa ngebela diri lo sendiri. Jangan diem aja kayak tadi."

"Habisnya aku mau ngomong apa lagi. Semua yang dikatakan Nesa tadi memang benar. Aku ini memang buta dan aku emang gak pantes..."

Belum sempat Pelangi menyelesaikan ucapannya, Arsen sudah menyelanya.

"Jangan pernah bilang kayak gitu lagi. Mulai sekarang lo gak boleh minder kayak gitu lagi dan lo harus bisa berani menghadapi apapun." Ucap Arsen dengan tegas.

[END] Blind RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang