0.6 Riana Oktavia

3K 118 0
                                    

Lagu Closer yang dibawakan The chainsmokers terdengar dari earphone Dara. Gadis itu sesekali menganggukan kepalanya menikmati irama. Ia juga kerap ikut bernyanyi saat bait-bait favoritenya terdengar. Dalam sekejap gadis itu tenggelam dalam dunianya.

" Ohh.. Jadi masih ada yang nggak ikut upacara. Lo pikir, lo siapa Dara? Se- enak jidat nggak ikut upacara." Suara cempreng perempuan mengusik Dara yang tengah asik dengan dunianya. Gadis itu mendengus, membuka earphone-nya dan menatap malas gadis berkucir kuda yang tengah berkacak pinggang di pintu kelasnya.

" Apa?" tanya Dara. Ia menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Gadis itu, Riana Oktavia.

Ketua OSIS SMA Adhitama sekaligus musuh terbesar Dara. Riana selalu mencari masalah dengannya, mengungkit masalah Dara dan mencari cari kesalahan Dara. Dara sendiri tidak peduli, ia tau alasan Riana bersikap seperti itu.

" Sana ke lapangan! Enak aja lo denger lagu disini. Orang pada upacara juga." Jawab Riana. Ia masih berkacak pinggang di depan pintu. Bibirnya menyunggingkan senyum miring. Ia akan meruntuhkan image Dara untuk kesekian kalinya hari ini.

Dara tersenyum miring juga, membalas tatapan Riana dengan tatapan sinisnya. Riana menyuruhnya untuk panas-panasan di lapangan, dan dia sendiri enak saja berkeliling sekolah tanpa harus ikut upacara? Memangnya dia siapa?

" Lo siapa? Ada hak ngatur-ngatur gue?" Balas Dara santai. Gadis itu juga melipat tangannya di depan dada. Ia sudah terbiasa menghadapi Riana yang selalu ingin melihatnya menderita.

" Gue ketua OSIS disini, kalau lo lupa." Ucap Riana dengan sedikit menekan kata 'ketua osis'. Gadis itu lalu balas menatap sinis Dara.

" Gue baru tau ada Ketos yang nggak ikut upacara." Balas Dara dengan nada sinisnya. Dara lalu menatap Riana dari atas sampai bawah kemudian berdecih. Gadis tengil di depannya ini tengah salah memilih lawan.

" Ayo, ikut! Atau gue panggil Pak Rusli kesini?" ancam Riana. Gadis itu maju beberapa langkah sampai ia sudah berada pada jarak yang lumayan dekat dengan Dara. Dara juga maju.

Mereka berdua berhadapan. Dara menatap Riana dingin dan Riana yang menatap Dara dengan tatapan sok berani, padahal ia sudah ingin berteriak saking takutnya dengan aura menyeramkan Dara.

" Apa?" Tantang Riana. Gadis itu mangangkat dagunya tinggi-tinggi, berupaya megumpulkan keberaniannya yang sudah menguap entah kemana. Dara tersenyum miring, " Udah capek nyimpen rahasia, Riana oktavia? Atau mau gue sebarin sekarang. Biar satu sekolah tau, kalau lo ternyata—" Dara menggantung ucapannya.

Riana terlihat ketakutan, bibir gadis itu bergetar. Ia tidak mau rahasia terbesarnya dibongkar oleh Dara. Ia sontak menggeleng. Gadis itu tidak mau mencari masalah lebih lanjut dengan Dara –walaupun pada kenyataannya ia selalu mencari masalah lebih dulu.

Riana lalu mundur teratur sampai jarak yang ia rasa aman. Gadis itu kembali mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Dara mendengus, 'see? Udah takut malah sok berani. Keturunan kali ya?' batinnya.

Dara kemudian berlalu meninggalkan Riana yang masih di pijakannya. Gadis itu lalu pergi ke toilet. Melihat wajah Riana selalu saja membuat Dara emosi.

Ia pun memutuskan mencuci wajahnya di wastafel, berharap itu dapat meredam emosinya. Gadis itu menatap cermin besar di depannya. Kemudian tersenyum miris,

" Dara capek, kek."

Lucha, 2018

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang