0.3 3D pembuat onar

4.3K 151 1
                                    

" Fake friends everywhere."

-Unfaedah-

Tiga orang gadis tengah asik bercengkrama di dalam kamar yang bernuansa merah maroon. Dinding yang salah satu bagiannya bercat maroon, dihiasi oleh poster bergambar bibir terbuka.

Nampaknya, pemilik kamar ini sangat menyukai warna yang melambangkan keanggunan tersebut.

Nampaknya, pemilik kamar ini sangat menyukai warna yang melambangkan keanggunan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga orang gadis yang ada di dalam kamar tersebut sering dipanggil "3D pembuat onar." mereka semua –Dara, Diva , dan Dinda memang terkenal sebagai pembuat onar di sekolah.

Walau begitu, mereka tidak pernah keterlaluan. Tidak membuat PR dan terkadang bolos, hanya itu yang mereka lakukan disekolah. Tapi entah mengapa mereka bertiga dipanggil "3D pembuat onar" yang malah terkesan berlebihan.

" Cerita,Ra!" paksa seorang gadis bernama Dinda pada temannya, Dara. Lalu gadis yang dipanggil Dara itu menceritakan semua yang ia alami dari tadi pagi sampai di kantin –termasuk kenapa ia menangis. Kedua temannya menyimak dengan serius.

Brakk!

Bunyi meja yang dipukul, meintrupsi Dara saat menceritakan kejadian tadi pagi. Ternyata Dinda tadi memukul meja kecil di samping kasur Dara. Dari wajahnya, ia terlihat kesal dan marah bersamaan.

" Gue nggak terima, anjirr! Dikata lo murahan, apa?! Enak aja tu bocah ngomong begitu!" teriak Dinda tidak terima. Sedangkan kedua temannya menatap Dinda heran. Tidak mengerti pada respon berlebihan Dinda.

" Calm Down.. Dinda sayang." Ucap Diva sembari mengusap pelan tangan Dinda. Sukses. Dinda seperti harimau yang patuh pada pawangnya.

Gadis itu kembali duduk diam dan bersiap mendengar lanjutan cerita Dara. Dara sendiri terkekeh melihat respon Dinda, itu artinya Dinda peduli padanya kan? Baiklah, masih ada yang peduli pada Dara ternyata.

Dara melanjutkan ceritanya sembari memakan kacang. Begitu juga temannya yang memasang ekspresi serius dan sesekali meminum jus mereka.

Berada dirumah Dara, merupakan salah satu surga dunia bagi Diva dan Dinda. Mereka bisa makan sepuasnya karna kulkas Dara yang selalu sedia 24 jam. Wi-fi gratis. Mereka juga bisa berbuat sesuka hati tanpa peduli orang lain akan terganggu,--kecuali asisten rumah tangga Dara. Karna Dara tinggal sendiri.

Ya, sudah sekitar enam bulan Dara tinggal sendiri. Ia membeli rumah minimalis untuk dirinya sendiri karna sudah muak tinggal bersama keluarganya. Delapan bulan yang lalu, kakek Dara –satu-satunya orang yang peduli pada Dara,menurutnya—meninggal.

Kakeknya itu memberikan 30% warisannya atas nama Dara. Dan berkat warisan itu juga, Dara memilih membeli rumah sendiri dan membangun usaha sendiri juga.

Untuk umur Dara yang masih belia, ia termasuk pebisnis muda yang cukup sukses. Sebelum ia pindah ke rumahnya sendiri, gadis itu sudah membeli salah satu cabang cafe milik keluarga Diva –berkat bantuan gadis itu tentunya.

Dan sekarang, cafe yang sudah sukses itu semakin sukses semenjak beralih kepemilikan pada Dara. Gadis itu mengontrol sendiri cafe yang diberi nama 'pojok tongkrongan' itu.

Dibantu oleh Om Radit, kini cafe itu sudah menjadi tempat tongkrongan anak muda. Dan untuk biaya sehari-hari Dara, ia dapatkan dari keuntungan usaha nya tersebut. Pantaskah Dara disebut pebisnis muda yang sukses? Tentu saja.

Setelah selesai menceritakan kejadian tadi pagi, Dara beralih mandi dan meninggalkan kedua temannya.

-0o0-

3D pembuat onar, terdiri dari tiga orang gadis yang memiliki kepribadian berbeda beda.

(*) Diva Suci Azrilia. Gadis imut berusia lima belas tahun. Merupakan anak kedua dari keluarga Azrilia, keluarga pendiri cafe 'pojok tongkrongan'. Cafe legendaris yang sudah membuka cabang di kota-kota besar di Indonesia.

Gadis imut berambut sebatas dada. Memiliki bola mata hitam disertai dengan bulu mata yang lentik dan alis yang rapi. Bibir merah alami serta hidung yang mancung. Membuat Diva menjadi salah satu primadona di sekolahnya.

Memiliki kepribadian yang tenang. Tidak suka sesuatu yang heboh. Cenderung menghindari keramaian, namun ia bukan tipe introvert. Sudah mengenal Dara sejak SMP, dan baru mengenal Dinda saat kelas X.

Paling anti dengan pelajaran hitung menghitung. Saking anti-nya, ia sering bolos pada jam pelajaran Matematika dan Fisika. Namun memiliki semangat saat belajar Bahasa Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan cerita. Ia juga bercita-cita menjadi seorang novelis.

(*) Adinda Putri Adhitama. Gadis hyperaktif yang juga berusia lima belas tahun. Sesuai namanya, ia adalah putri bungsu dari empat bersaudara keluarga Adhitama. Ayahnya, Adhitama putra.

Merupakan keturunan indo-belanda yang bekerja sebagai pengacara yang tidak diragukan lagi kiprah-nya. Sedangkan ibunya, Ira Adithama. Seorang keturunan belanda asli yang bekerja sebagai designer dan pemilik butik di salah satu Mall di daerah Jakarta.

Nama keluarganya yang sama dengan nama sekolah, membuat Dinda sering kali dianggap anak pemilik sekolah. Padahal tidak, itu hanya sebuah kebetulan. Dinda bahkan tidak mengenal siapa pemilik sekolahnya.

Garis keturunannya yang memiliki darah Belanda, menjadikan Dinda seperti bule ditengah lingkungannya. Mata hitam warisan ayahnya, hidung mancung, kulit putih, dan rambut tembaga cukup menjadi penjelas bahwa ia adalah keturunan western.

Berbanding terbalik dengan sikap Diva yang tenang, Dinda sangat ekspresif. Gadis itu juga sangat aktif, sehingga sering kali disebut bocah hyperaktif oleh teman-temannya.

Gemar olahraga, khususnya bela diri. Sudah memiliki sabuk merah dalam seni bela diri taekwondo. Mungkin karna hal itu, ia menjadi pelindung diantara kedua temannya.

Sangat tidak menyukai pelajaran, kecuali olahraga dan seni, khususnya seni tari. Membingungkan memang, disatu sisi ia terlihat tomboy jika sudah mengenakan atribut taekwondo lengkap dengan sabuk merahnya.

Tapi disisi lain, ia terlihat sangat feminim saat memakai kostum untuk tari, juga make-up yang memoles wajah cantiknya. Tapi itulah Dinda, ia merasa jadi diri sendiri saat menari atau saat melayangkan tinjuan ke lawannya.

(*) Dara Maharani. Tidak memiliki nama belakang keluarga,karna keluarganya memang tidak memiliki tradisi menyematkan nama keluarga dibelakang nama mereka.

Merupakan anak pertama di keluarga Anggara. Kakek nya, Anggara. Merupakan pendiri Anggara company. Perusahaan yang bergerak di bidang property.

Perusahaan yang sekarang dipegang oleh ayahnya, Fadli. Memiliki hak 30% atas warisan kakeknya, membuat gadis itu hidup mandiri dengan membeli rumah dan menjalankan bisnis sendiri.

Merasa tidak memiliki keluarga, membuat gadis itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Melanggar aturan dan bolos, juga terkadang merokok dan mabuk merupakan bentuk protes Dara pada takdirnya. Takdir yang mengharuskan Dara merasa asing di dalam keluarganya sendiri.

Sebenarnya ia jenius, hanya saja gadis itu sering bolos membuat nilai-nilainya juga sering kosong. Tapi Dara tidak peduli, sekali lagi. Itu adalah bentuk protes nya pada takdir.

0o0

Well, mereka bertiga sama sama terlahir dikeluarga kaya. Memiliki perbedaan sikap yang menjadikan mereka saling melengkapi. Juga memiliki kelebihan serta kekurangan masing masing. Tapi diluar itu semua, mereka adalah contoh Friendship yang sebenarnya.

Lucha, 2018

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang