2.8 Berubah

2.1K 75 0
                                    


" Karna waktu bisa merubah segalanya."

-Alfy Nararya Putra-

Dara tengah berada di ruangan papanya. Saat ini keputusannya sudah bulat. Karna menghadiri sidang kemarin, Dara jadi tau kemungkinan untuk menang melawan Fadli sangatlah kecil. Jadi Dara memutuskan untuk memberikan Anggara Company pada Fadli.

Lagi pula, jika Dara yang mengurus perusahaan ini, Dara takut perusahaan yang sudah dirintis kakeknya terbengkalai karna Dara yang belum berpengalaman di dunia bisnis.

" Jadi bagaimana keputusan kamu?" Tanya Fadli dengan senyum miring di wajahnya. " Selesaikan semuanya, dan saya akan memberikan perusahaan ini pada anda." Jawab Dara formal. Fadli tersenyum menang mendengar jawaban putrinya itu. Dengan semangat ia menjawab " Semuanya akan beres. Kamu bisa kembali besok untuk menyelesaikan semuanya."

Dara berdehem canggung kemudian berlalu keluar tanpa permisi. Meninggalkan Fadli yang tersenyum bangga akan kemenangannya melawan ego putrinya itu.

Dengan langkah panjang-panjang, Dara berjalan cepat menuju lift. Ia ingin segera keluar dari gedung ini. Ingin cepat-cepat mendengarkan musik EDM untuk mengembalikan moodnya yang tengah berantakan.

" Semoga ini keputusan yang terbaik." Ucapnya meyakinkan diri sendiri.

-0o0-

Sekolah sudah sepi, tapi Alfy masih setia menghisap batang nikotinnya di rooftop. Rambutnya yang mulai memanjang berantakan diterpa angin sore yang menyejukkan.

Alfy sengaja tidak pulang ke rumah dari tadi. Ia malas bertemu mamanya yang baru pulang dari luar negri. Alfy tidak tau dari negri mana, ia juga tidak peduli.

Bukan karna Alfy anak durhaka atau apapun itu. Alfy hanya tidak mau kelepasan saat berbicara dengan mama-nya.

Dari saat Alfy kecil, ia selalu dititipkan pada pengasuh. Bahkan mama-nya tidak pernah meluangkan sedikit waktu untuk menemani Alfy belajar saat cowok itu duduk di bangku sekolah dasar.

Begitu juga dengan ayahnya yang hanya menuntut Alfy berperilaku baik di sekolah dan tidak berbuat masalah sampai saat lulus nanti. Bahkan untuk sekedar bertatap muka dengan ayahnya saja, Alfy merasa itu adalah hal yang sulit mengingat ayahnya juga sering berpergian ke luar negri. Sudah tiga tahun Alfy tidak pernah melihat ayahnya lagi. Ia juga tidak tau ayahnya sekarang dimana.

Ayahnya hanya akan menelfon Alfy satu kali sebulan untuk menanyai apakah cowok itu berbuat masalah. Pertanyaan monoton yang membuat Alfy bosan. Alfy selalu menjawab " Nggak. Sekolah aku lancar." Tiap kali ditanya ayahnya. Lalu ayahnya akan membalas " Bagus. Ingat, kamu adalah penerus perusahaan ayah. Jangan ngecewain ayah kali ini."

Alfy merasa begitu tertekan tiap kali ayahnya berucap seperti itu. Seolah dia adalah putra tunggal suatu kerajaan yang harus memimpin kerajaan tersebut dalam waktu dekat.

Karna itu juga Alfy menjadi perokok aktif sampai sekarang. Kala ia merasa tertekan dengan kalimat ayahnya, maka Alfy akan mencari rokok untuk menenangkan pikirannya.

Saat masih duduk di bangku SMP pun Alfy seringkali melampiaskan perasaannya dengan menghirup benda beracun tersebut. Ia tidak peduli jika harus mati muda atau sakit nantinya.

Alfy hanya butuh pelampiasan, itu saja.

" Alfy! Gue nyari lo kemana-mana tau." Alfy menoleh ke sumber suara. Di sana, di depan pintu rooftop, Lisa tersenyum lebar dengan mata yang berbinar. Cewek berwajah imut itu berjalan mendekati Alfy dengan langkah semangat.

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang