Dara duduk di hadapan Radit yang terlihat begitu serius. Dara sudah menduga ini akan terjadi. " Jadi gimana om?" Tanya Dara tidak sabaran. " Minggu depan bakal ada sidang lanjutan. Hakim nggak nerima bukti kita." Jawab Radit lesu.
Saat ini Dara tengah berada di ruang kerja Radit di cafe. Tadi saat ia sedang di jalan menuju rumah, Dara ditelfon Radit agar segera datang ke cafe dan Dara menyanggupinya.
Benar dugaan Dara. Fadli pasti tidak main-main dengan ancamannya. " Ya udah om. Dara bakal lakuin yang terbaik buat cafe ini. Dara permisi keluar ya om." Ucap Dara menjabat tangan Radit kemudian berlalu dari ruangan tersebut.
Dara merasa migrain saat ini. Memikirkan jalan keluar masalah ini membuat kepala serasa akan pecah. " Apa gue kasih aja ya tu perusahaan ke papa?" monolognya.
Cewek itu berjalan cepat menuju parkiran. Ia butuh air hangat untuk menenangkan dirinya sendiri. Dara mengeluarkan motornya diantara motor lain. Kemudian memacu kuda besi itu dengan kecepat sedang. Jalanan yang macet karna saat ini adalah jam pulang kantor semakin membuat kepalanya terasa berat.
Perjalanan dari cafe menuju rumah Dara biasanya hanya memakan waktu 15-20 menit. Tapi karna macet, Dara harus terlambat 45 menit dari biasanya.
Sesampainya di rumah, Dara langsung memasukkan motornya ke garasi kemudian segera menuju kamarnya. Di ruang tengah, Bu Ani yang tengah menonton menyapa Dara yang di balas anggukan singkat oleh cewek itu.
Dara cepat-cepat masuk ke kamar mandi dan merendam tubuhnya yang terasa lengket di dalam bathtub. Dua puluh menit berlalu, Dara sudah siap dengan piyama doraemonnya.
Membaringkan tubuh di kasur, Dara mencari ponselnya dan melihat notifikasi yang muncul. Awalnya, Dara berpikir akan ada notif chat dari Alfy, namun setelah ia melihat ruang obrolannya bersama cowok itu tadi malam, Dara tidak menemukan notif apapun dari Alfy.
Padahal dari pagi tadi, Alfy belum mengirim pesan apapun padanya. Saat di sekolah tadi Dara juga tidak menemukan Alfy di rooftop. Aneh, pikirnya. Tapi Dara tentu saja tidak mau menambah beban pikirannya dengan memikirkan Alfy.
Dara memutar tubuhnya ke kanan. Kemudian berbalik lagi ke kiri. Sebisa mungkin tidak memikirkan Alfy saat ini. Namun otaknya justru berkata lain, ia terus memikirkan Alfy. Mengapa 'pacar'nya itu tidak mengirimnya pesan sejak tadi. Mengapa Dara tidak menemukan Alfy di rooftop saat jam istirahat tadi. Banyak pertanyaan yang terbesit di benaknya.
Memikirkan itu semua mengembalikan migrain Dara yang sempat hilang saat dirinya berendam di bathtub tadi. Dara semakin tidak tahan. Dengan penuh pertimbangan, ia kembali membuka ruang obrolan bersama Alfy tadi malam dan mengirim pesan pada cowok itu.
Dara : Alfy.
Terkirim.
1 menit.
3 menit.
5 menit.
10 menit.
15 menit.
20 menit.
Tidak ada balasan dari Alfy. Dara memutuskan turun kebawah dan meninggalkan ponselnya di kasur. Bu Ani telah memanggilnya untuk makan malam tadi. Sementara Dara menunggu balasan Alfy, cewek itu memilih untuk ikut makan malam bersama bu Ani.
Selama Dara makan, ia terus memikirkan kenapa Alfy tidak mengiriminya pesan sejak tadi pagi. Ditambah lagi tadi Dara tidak bertemu Alfy di sekolah. Ini terasa aneh bagi Dara, ia merasa.. harinya kembali membosankan sama seperti saat Alfy belum hadir dalam hidupnya.
" Bu, Dara ke kamar duluan ya? Nanti jangan lupa cek jendela sama pintu." Ucap Dara yang dibalas anggukan mengerti Bu Ani. Dara bergegas menuju kamarnya. Entah apa yang merasuki tubuh cewek itu. Yang jelas, Dara ingin cepat sampai dan melihat notif balasan pesannya dari Alfy.
Namun harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Alfy tidak membalas pesannya. Dara berusaha berpikir positif, mungkin Alfy sedang sibuk atau ponselnya mati.
Lalu seolah tertampar kenyataan, Dara mengingat satu fakta yang menyakitkan. Sambil tertawa miris, Dara berbicara sendiri,
" Emang gue siapa?"
-0o0-
Alfy berjalan santai menuju cafe di dekat rumahnya. Tadi ia ditelfon Lisa dan cewek itu ingin bertemu dengannya. Karna Alfy juga tidak punya kegiatan di rumah, ia menerima ajakan Lisa untuk bertemu.
" Alfy!" Seru Lisa saat melihat Alfy di pintu masuk. Alfy tersenyum lebar lalu melangkahkan kakinya menuju meja Lisa. " Hai! Udah lama nunggu?" Tanya Alfy duduk di hadapan Lisa.
" Lumayan lah." Jawab Lisa pendek. Alfy sedikit merasa bersalah karna membuat Lisa lama menunggu. Tadi Alfy harus mengantar Thalia ke tempat les karna cewek berambut sebahu itu tidak bisa mengendarai motor sedangkan mobilnya sedang di servis.
" Sorry deh. Tadi gue nganter Thalia les dulu."
" Gak pa-pa kali. Santai aja."
Alfy mengangguk lalu mengangkat tangannya memanggil salah seorang pelayan lalu memesan makanan untuknya karna Lisa sudah memesan lebih dulu. " Thalia apa kabar?" Tanya Lisa. Lisa memang sudah mengenal Thalia karna dulu ia sering ke rumah Alfy.
" Baik. Tapi makin jail." Jawab Alfy terkekeh. Lisa ikut terkekeh mengingat Thalia yang memang sudah jail sejak SD, termasuk padanya. Dulu, saat Lisa pertama kali ke rumah Alfy, Thalia mencegatnya di depan pintu. lalu mengintrogasi seolah Lisa adalah maling. Padahal saat itu, Thalia masih kelas 5 SD sedangkan Lisa kelas 1 SMP. Tapi tanpa takut, Thalia terus mengintrogasi Lisa dengan pertanyaan berbeli-belit yang membuat Lisa tidak nyaman dan kembali pulang ke rumahnya.
" Hahaha.. bang Kenzano gimana?"
" Ya gitu. Sering bully gue kalau dia libur kuliah."
" Wkwkwk.. lo masih sering di bully ya Fy? Hahaha.." Tawa renyah Lisa membuat Alfy tertegun. Debaran jantung itu hadir lagi, tapi yang membuat Alfy heran, ini tidak seperti biasa. Debaran jantungnya tidak sehebat dulu kala melihat Lisa tertawa. Bahkan sekarang, debaran itu terasa asing bagi Alfy.
Lisa menghentikan tawanya karna melihat Alfy yang melamun. " Fy? Lo disini kan?" Tanya Lisa mengibaskan tangannya di hadapan Alfy. " Iya. Gue disini kok haha." Jawab Alfy tertawa kaku.
" BTW, lo jadi pindah sekolah? kemana?" Tanya Alfy mengalihkan pembicaraan. Lisa tersenyum lebar kemudian mengangguk antusias. " Iya! Ke SMA Adhitama. Lo sekolah disana kan?" Jawabnya antusias. " Iya, nanti satu sekolah lagi dong."
" Iya! Lo jurusan apa?" Tanya Lisa. " IPA. Lo?" Lisa semakin tersenyum lebar mendengar jawaban Alfy. " IPA juga. Mudah-mudahan satu kelas yah, hahaha." Ucap Lisa tertawa renyah. " Amiinn!"
Obrolan keduanya terhenti karna pelayan mengantarkan pesanan Alfy. Alfy mulai memakan makanannya begitu juga Lisa yang sedari tadi belum menyentuh makanannya. Sesekali diselingi oleh obrolan ringan dan tawa renyah Lisa.
Alfy memandang wajah Lisa yang sedang makan. Ia jadi teringat pertemuan pertama mereka berdua. Saat itu, Lisa sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah yang sudah sepi. Alfy yang melihat cewek itu duduk sendirian di depan gerbang lantas menemaninya. kemudian mereka mengobrol banyak sampai jemputan Lisa datang. Mulai saat itu, Alfy dan Lisa resmi menjadi sahabat. Walaupun perasaan Alfy berkata lain, ia ingin lebih dari sahabat bagi Lisa. Bahkan perasaan itu kembali hadir saat ini.
Lucha,2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Teen FictionHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...