0.9 Problem

3.1K 123 0
                                    


" Kadang, masalah bisa menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang."

-unfaedah-

Dara membanting tubuhnya ke kasur. Gadis itu baru saja pulang sekolah. Setelah melempar tasnya ke sembarang arah, Dara memutuskan untuk tidur tanpa sempat mengganti seragamnya. Ia lelah. Seharian ini banyak hal yang ia lalui dan itu membuatnya sangat lelah.

Beberapa menit ia berbaring, ponselnya berbunyi. Dara berdecak, ia ingin merasakan ketenangan sebentar saja. " siapa sih yang nelpon? Laknat banget tuh orang." Gumamnya.

Cewek berambut sepunggung itu kemudian bangkit dari tidurnya dan berjalan mencari tas yang ia lempar sembarang arah tadi. Dara tadi meletakkan ponselnya di tas karna takut disita oleh Pak Rusli yang mengajar di kelasnya tadi.

Dara menemukan tas dan ponselnya. Ponselnya masih berbunyi menandakan orang disebrang sana meminta agar telfonnya segera diangkat. Dara melihat nama orang yang berani mengganggu ketenangannnya.

'om Radit..' Batinnya saat mengetahui siapa yang menelpon. Dara kemudian mengernyit. Sangat jarang Om Radit menelponnya kalau tidak ada masalah penting di cafe. Ia lantas memutuskan mengangkat panggilan itu dan mengarahkan ponsel ke telinga kirinya.

" Halo, Om? Kenapa? Ada masalah?" tanya Dara to the point.

" Halo Ra? Kamu bisa ke cafe sekarang? Iya. Ada masalah."

" Sekarang om?"

" Iya. Kamu bisa? Udah pulang sekolah kan?"

" Udah om. Satu jam lagi aku sampe."

" Oke."

Dara memutuskan sambungan telponnya. Ia berdecak, apa lagi sekarang? Ia ingin tidur saja tidak bisa. Dara langsung berlari menuju kamar mandi. Sepertinya ini masalah penting, tidak biasanya Om Radit menelpon.

20 menit kemudian Dara sudah siap dengan sweater pink bertuliskan ' good or bad girl?' dan jeans biru panjangnya. Rambutnya di gulung sampai atas hingga memperlihatkan leher putihnya.

Dara cepat-cepat menuju garasi dan mengeluarkan motornya. Ia sengaja memakai motor karna takut terjebak macet kalau menggunakan mobil. Setelah memakai helm,Ia kemudian melajukan motornya membelah jalan ibukota setelah pamit pada Bu Ani.

Tidak lama kemudian Dara sudah memakirkan motornya di pelataran parkir caffe. Bergabung bersama motor pengunjung lainnya. Hari ini cafe lumayan ramai, itu membuat Dara sedikit kesulitan memarkirkan motornya karna beberapa pengunjung meletakkan motor mereka tidak beraturan.

" Dara?" Suara familiar tertangkap oleh indra pendengaran Dara. Gadis itu sontak menoleh dan mendapati Alfy yang berdiri disampingnya. Alfy tersenyum ramah, Dara kemudian membalas senyuman Alfy.

" Alfy? Lo ngapain? Nongkrong?" sapa Dara ramah. Dara memang terbiasa bersikap ramah pada siapapun. Walaupun terkadang muncul sikap cueknya saat sedang badmood.

" Iya. Gue ada janji ketemuan disini. Lo ngapain? Bisa markirin motornya?" tanya Alfy. Ia tidak menyangka akan bertemu Dara disini. Sepulang sekolah tadi, ia diajak 'temu kangen' dengan sahabatnya sewaktu SMP yang baru pulang dari Semarang.

" Lagi ada janji juga," jawab Dara dengan senyum tipis, " Nggak bisa. Susah hehe.." tambahnya dengan cengiran khas.

" Geser dulu deh." Ucap Alfy. Dara mengangguk sekilas kemudian bergeser sedikit jauh dari posisi awalnya. Alfy lalu membantu memarkirkan motor Dara.

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang