" Gue udah baikan sama Divaaa!! Yeayy!" Dara bersorak sambil menepuk pundak Alfy ringan. Alfy terkekeh melihat Dara yang sekarang bahkan sudah berputar putar karna terlalu senang. Untung saja mereka berada di tengah-tengah rooftop. Jika saja mereka berdua berdiri di pinggiran, maka dapat dipastikan besok akan terbit artikel berjudul ' Siswi SMA Adhitama terjun dari atap sekolah'.
Alfy dan Dara tengah bersantai di rooftop seperti biasa. Mereka akan mengobrol atau memakan makanan masing-masing sampai bel masuk berbunyi. Ada yang berbeda hari ini, Dara sepertinya dalam mood yang sangat baik. Sedari tadi, cewek itu terus tersenyum dan berteriak keras-keras: " Gue udah baikan sama Divaaa! Yeayyy!" berulang kali. Dari kalimatnya, Alfy tau bahwa Dara sedang sangat senang karna berbaikan dengan sahabat dari SMPnya –hal itu diketahui Alfy karna Dara sering bercerita.
" Udah ah, gue bosen liat lo muter-muter mulu," Ucap Alfy dan berjalan mendekati Dara. Dara tidak menghiraukan Alfy dan malah terus berputar sambil mengulang kalimatnya.
Alfy menggeram pelan melihat kelakuan Dara yang tak ubahnya seperti seorang anak kecil yang baru dibelikan gaun indah dari ibunya. Alfy terus mendekat dan bersiap menarik tangan cewek itu. Namun Dara menghindar dan kembali berputar-putar. 'ni orang kagak pusing apa ya?' Alfy membatin.
Dara berhenti berputar membuat Alfy merasa lega karna dari tadi ia takut Dara akan terjatuh. Dara berhenti dan menatap sekelillingnya dengan tatapan bingung. Layaknya orang mabuk, Dara berjalan sempoyongan bahkan hanya untuk jalan ke arah Alfy yang hanya berjarak dua meter darinya. Melihat Dara yang seperti orang mabuk, Alfy mendekat kemudian menangkap cewek itu karna –saking pusingnya Dara hampir terjatuh.
Dara memeluk Alfy erat karna masih terlalu pusing. Ia memejamkan mata dan menghirup dalam udara tepat di bahu Alfy membuat cowok itu meremang. Dara mencium aroma maskulin yang membuatnyaa tenang. Hingga Dara memejamkan matanya lama.
Alfy membalas pelukan Dara karna takut cewek itu terperosok jatuh. Alfy menahan tubuh Dara karna cewek itu benar-benar tidak menopang tubuhnya sendiri. Ia malah sibuk menghirup dalam-dalam aroma tubuh Alfy membuat jantung Alfy berdetak cepat. Tidak seperti biasanya. Dari jarak sedekat ini, Alfy juga dapat mencium wangi tubuh Dara. Mawar, wangi yang menguar pada indra penciuman Alfy. Sangat tenang dan memabukan.
Setelah mungkin 3 menit berpelukan. Dara melepas pelukannya dan mundur perlahan. Alfy menatap Dara dengan senyum geli. Ia tau betul bahwa Dara tengah malu sekarang. Terbukti dari kepalanya yang terus menunduk tidak berani menatap manik Alfy. Alfy menahan tawanya yang ia rasa akan meledak saat ini juga. Jadi, Alfy menarik dagu Dara yang tentu saja membuat kepala Dara mendongak. Mata mereka bertemu, jantung mereka berpacu cepat seperti seorang maling yang tertangkap basah oleh warga.
" Apa?" Tanya Dara berusaha menjauhkan rasa gugupnya. Mati-matian Dara menormalkan detak jantungnya. Juga pipi sampai telinganya yang ia rasa menghangat. Yang jelas, ia sangat malu saat ini. Bahkan untuk menatap wajah Alfy saja rasanya sangat sulit.
" Masih pusing?" Alfy balik bertanya dengan wajah datar. Tanpa Dara ketahui, ia juga gugup sekarang. Jantungnya berdebar hebat seperti ada konser band terkenal di dalam. Tentu karna sudah terbiasa, Alfy berhasil mengelabui Dara dengan wajah datarnya.
" Gapapa. Gue cuman kelewat seneng aja. Tadi gue udah baikan sama Diva. Nggak ada perang dingin lagi."
" Ohh. Lo mau?" Tanya Alfy mengulurkan permen karet pada Dara. Dara mengangguk dan mengambil permen itu. Berharap bisa membuatnya sedikit lebih tenang, Dara membuka bungkus permen karet itu lalu mulai mengunyahnya. Disampingnya, Alfy memperhatikan semua gerak-gerik Dara. Mulai dari gadis itu mengambil permennya, membuka bungkus permen itu, sampai gadis itu memakannya. Semua yang dilakukan Dara dilingkupi rasa gugup yang begitu kentara. Membuat Alfy tanpa sadar mengulas senyum kecil di wajahnya.
" Jadi lo udah baikan sama Diva?" Tanya Alfy kala melihat wajah Dara yang sudah tidak gugup lagi. " Iya. Dia minta maaf tadi." Jawab Dara sekenanya.
Mereka berdua sudah duduk di tepi seperti biasa. " Bagus deh. Rey gimana?"
Dara mendengus mendengar nama Rey disebut-sebut. Ia memandang ke depan, enggan menjawab. Alfy yang mengerti lantas tidak melanjutkan pertanyaannya. Cowok itu menatap langit yang sedikit mendung. Sesekali Alfy menarik napas dalam dan memejamkan matanya.
Hening. Baik Dara maupun Alfy diam. Enggan memulai percakapan terlebih dahulu. Tapi ini bukan hening yang membosankan. Bagi Dara, ini situasi yang paling menenangkan baginya. Duduk di samping Alfy, menikmati udara ditemani keadaan hening yang membuatnya nyaman.
" Gue mau cerita," Ucap Dara memulai percakapan. Alfy berdehem lalu mengubah duduknya menghadap Dara sepenuhnya. Begitu juga Dara yang sudah berhadapan dengan Alfy. Cewek itu menarik napas bersiap memulai ceritanya.
" Gue punya cafe, gak gede-gede amat. Salah satu cabang pojok tongkrongan. Lo tau kan?" Alfy menangguk mengerti. Tidak ada komentar yang keluar dari bibirnya. Itu cukup membuat Dara nyaman karna tidak harus repot-repot membalas komentar Alfy. " Bulan kemaren ada masalah. Sampai sekarang belum selesai. Gue bingung mau ngatasin masalahnya gimana. Soalnya ini pertama kali buat gue. Dan masalahnya runyem banget sumpah."
Alfy menautkan alisnya. Mimik wajahnya seolah bertanya –masalah-apa-. Tapi dua menit lamanya Dara tidak melanjutkan ceritanya. Hanya diam dan menatap kosong ke depan. " Lo mau lanjut cerita?" Alfy angkat bicara. Dara mengangguk lalu melanjutkan ceritanya,
" Masalahnya, tanah tempat cafe gue berdiri, diakuin sama orang lain. Bukti-buktinya juga kuat. Minggu depan mau sidang," Dara menghembuskan napasnya berat. Bahu cewek itu perlahan turun, pun dengan kepalanya yang sekarang menunduk.
Alfy menarik Dara ke pelukan hangatnya. Mencoba menenangkan Dara walau ia masih kurang mengerti akan cerita Dara. Tapi yang jelas, Alfy berusaha menjadi 'pacar' yang baik bagi Dara.
Dara juga diam di dalam pelukan Alfy. Hanya diam, tidak ada isakan maupun air mata darinya. Merasa nyaman akan dekapan hangat Alfy, Dara balas memeluk cowok itu. Melingkarkan tangannya di punggung Alfy. Degupan jantung Alfy yang memompa cepat terdengar oleh Dara yang posisi telinganya tepat di dada Alfy. Begitu juga Alfy yang merasakan detak jantung Dara yang sama cepatnya dengan dirinya. Mereka berpelukan cukup lama sampai Alfy berinisiatif melepas terlebih dahulu.
" Kok nggak nangis?" Tanya Alfy mengangkat wajah Dara dengan menekan pipi chubby cewek itu. Dara menggeleng dengan pipi tertekan semakin menambah kadar imutnya di mata Alfy. " Gue nggak bisa nangis." Jawab Dara pelan.
" Kalo gue kasih kecoak, lo nangis nggak?" Goda Alfy kala ia mengingat Dara yang memeluknya erat sambil menangis di toilet beberapa minggu yang lalu. Dara cemberut kemudian memukul pelan bahu Alfy, membuat cowok itu terkekeh. " Ya kan gue phobia." Jawab Dara kemudian.
" Iyain."
" Emang iya!"
" Masa?"
" Bodo."
Dara membelakangi Alfy, ngambek. Alfy semakin terkekeh melihat reaksi Dara yang seperti bocah TK. Ia lalu menarik bahu kiri Dara hingga cewek itu memutar tubuhnya menghadap Alfy. Lalu secepat kilat, hanya dalam hitungan detik, Dara merasakan benda kenyal nan lembab di pipinya.
Alfy mencium pipinya.
Dara memegang pipi kanan yang dicium Alfy. Merasakan wajahnya memanas dan sudah pasti memerah. Sedangkan Alfy sudah berlalu turun tanpa berucap sepatah katapun karna bel masuk sudah berbunyi. Setelah sebelumnya sempat mengacak rambut Dara.
Dara termenung.
Alfy.
Mencium.
Pipinya.
" Pipi gue nggak perawan lagi anjir!!"
Lucha, 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Teen FictionHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...