Hening.
Baik Rio maupun Diva sama-sama diam. Tidak tau harus memulai percakapan dari mana. Apa yang harus dibicarakan , dan bagaimana cara menyampaikannya. Mereka berdua canggung. Selain karna pengakuan mengejutkaan tempo hari, juga karna keduanya berusaha menahan diri untuk tidak memeluk satu sama lain saking kuatnya perasaan rindu yang ada. Bahkan angin yang berhembus pelan di rooftop ini pun tidak mampu membantu mereka berdua untuk mencairkan suasana.
Diva merutuk dalam hati. Ia merasa akan segera lepas kontrol dan memeluk Rio seerat mungkin karna memang dia sangat merindukan pemuda tampan itu.Mereka sudah dua minggu lebih tidak bertemu, jadi wajarkan jika Diva sangat merindukan pemuda yang sudah mencuri hatinya tersebut?
" Emm Yo? Lo gak mau ngomong apapun?" gumamnya pelan namun dapat di dengar oleh Rio. Rio mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Menatap wajah cantik yang terpahat sempurna di depannya.
Perlahan Rio mendekat dan segera merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Dia masih tidak bicara, begitu juga dengan Diva yang kini hanya bisa diam di dalam pelukan pria idamannya.
" Maaf." Satu kata pertama yang keluar dari mulut seorang Devian Rio Arescha yang sedari tadi hanya diam menunduk dan memilin jarinya sendiri. Bukan tanpa alasan, Rio hanya tidak mengerti harus memulai dari mana. Apa yang harus ia ceritakan pada Diva saat ini.
Rasanya, apapun kalimat yang keluar dari mulutnya hanya akan menambah kebencian Diva padanya. Tentu saja gadis itu benci atau lebih tepatnya jijik. Dekat dengan seorang gay bukanlah sebuah hal yang membanggakan bukan?
" Gue minta maaf. Lo mungkin gak mau ngomong sama gue lagi abis ini. Tapi please, biarin gue meluk lo bentar aja." Mohonnya dengan masih memeluk Diva erat.
Diva bergeming, enggan menanggapi. Cewek itu hanya diam, menikmati degupan jantungnya yang bertambah cepat. Diam-diam ia tersenyum. Merasa bahagia ketika Rio tidak lagi sungkan untuk memeluknya.
Apapun yang dikatakan cowok itu, Diva tidak peduli. Ia hanya ingin mencintai Rio yang sekarang. Rio yang sudah kembali normal. Dan perihal masa lalu cowok itu, Diva tidak akan mempermasalahkannya lagi. Dia tidak peduli, bagaimanapun juga, itu hanya sebuah masa lalu.
Rio perlahan melepaskan pelukannya. " Lo gak mau maafin gue?" tanyanya. Diva mengerjap dan balas menatap cowok itu tepat di matanya. " Kenapa lo harus minta maaf? Lo salah apa sama gue?" ucapnya balik bertanya.
" Gue gak peduli tentang masa lalu lo. Yang penting lo sekarang udah normalkan? Jadi apa masalahnya?"
" Lo harusnya malu kenal sama gue." Jawab cowok itu. " Kenapa? Kenapa gue harus malu? Emang ada yang tau kalau lo gay? Lagian, who cares? Lo yang sekarang, bukan lagi seorang gay. Lo sendiri kan yang bilang kalo lo udah normal? Jadi masalahnya apa?" tanyanya beruntun.
" Ini gak sesederhana itu Va." Terdengar nada frustasi dari kalimat Rio.
" Gue gak peduli Yo. Apapun masalah lo sebelumnya, gak perlu dibahas lagi sekarang. Kata orang bijak, masa lalu bukan penghalang seseorang buat jadi lebih baik lagi. Lo pernah denger itu kan?" balas Diva dengan senyum manis di wajahnya.
Rio lagi-lagi terdiam untuk beberapa detik yang terasa begitu lama. Kemudian pemuda ini membawa tubuh Diva kembali ke pelukannya, melingkarkan kedua tangannya di pinggang cewek itu. Diva balas melingkarkan tangannya di leher Rio. Cewek itu masih tersenyum manis.
" I Love you." Bisik Rio tepat di telinga Diva.
Diva semakin merekahkan senyum manisnya. Cewek itu memeluk Rio semakin erat. " I Love you too." Bisiknya pelan hingga hanya Rio dan dirinya yang dapat mendengar.
Jika selama ini cerita seorang wanita bisa menerima apapun masa lalu pasangannya hanya ada di cerita fiksi belaka, maka dengan senang hati Diva akan menjadikan cerita itu nyata. Tidak ada satupun alasan yang cukup kuat untuk membuatnya meninggalkan Rio setelah apa yang mereka lalui sebelumnya. Diva hanya tau, dia mencintai cowok itu sepenuh hatinya.
Lucha,2018
![](https://img.wattpad.com/cover/135962943-288-k482604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Teen FictionHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...