Dara berdiri menyandar di salah satu tiang menunggu Alfy yang tengah mengantri untuk membeli tiket. Alfy menuruti kemauan Dara untuk nonton di bioskop. Dan itu membuat Dara merasa senang. Sedari tadi matanya terus memperhatikan gerak-gerik Alfy. Sementara bibirnya terus mengulas senyum tipis.
Terhitung sudah satu minggu lebih mereka 'berpacaran'. Gosip di sekolah juga sudah mereda. Tidak ada lagi yang membicarakan kejadian antara Rey dan Dara di kantin. Tidak ada lagi yang bergosip mengenai hubungan Dara dan Alfy. Mereka semua sudah melupakannya.
Seharusnya, Dara dan Alfy menyudahi sandiwara mereka. Mereka harusnya kembali seperti semula: hanya sebatas teman curhat. Atau tidak saling mengenal kalau perlu. Seharusnya tidak ada lagi obrolan, gandengan tangan, dan panggilan 'pacar' dari Alfy pada Dara.
Ya, seharusnya seperti itu. Tapi baik Dara maupun Alfy seolah melupakan sandiwara mereka. Alfy yang seolah tidak peduli, dan Dara yang tidak mau membahas ini. Keduanya seolah menikmati status mereka yang tidak jelas. Menikmati waktu yang mereka habiskan bersama.
Menikmati obrolan-obrolan tidak penting diantara keduanya. Melupakan sandiwara yang harusnya sudah mereka hentikan. But who cares? Baik Dara maupun Alfy tidak masalah selama mereka nyaman. Status bukan sesuatu yang penting bagi mereka.
" Yuk masuk, bentar lagi filmnya mulai." Alfy sudah berada di hadapan Dara yang sibuk dengan ponselnya. " Kita nonton apa?" Tanya Dara sembari tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku jeansnya. " Nonton bioskop." Jawab Alfy pendek lalu menarik tangan Dara mencari studio 3.
" Ya gue juga tau goblok! Maksud gue kita nonton film apa?" Ucap Dara sementara tangan kanannya ditarik Alfy. Langkah kaki Alfy yang lebar menyulitkan Dara untuk menyamakan langkah kaki mereka.
Alfy berhenti mendadak membuat Dara menabrak punggung kokoh cowok itu. " Duh! Lo kalo berenti bilang dulu dong! Kejedot nih.." Rengek Dara mengusap keningnya yang sedikit berdenyut.
" Mana? Berdarah nggak?" Ucap Alfy panik -akting lebih tepatnya. " Iya! Gue sampe lupa ingatan tau nggak?" Balas Dara tak kalah lebay. " Coba liat." Alfy menangkup pipi Dara dan menariknya ke atas karna cewek itu terus menunduk. Perlakuan sederhana yang mampu mempercepat detak jantung Dara.
Seolah terkena efek slow motion, tangan Alfy bergerak begitu pelan di pipi Dara. Lalu seolah efek itu sudah selesai, secepat kedipan mata, Alfy mencium kening Dara. Dara terpaku, jantungnya semakin berdetak tidak beraturan.
" Udah sembuh." Ucap Alfy setelah mencium kening Dara. Lalu seolah belum puas membuat jantung Dara seperti akan melompat dari rongganya, Alfy malah mengacak pelan rambut Dara dengan senyuman lebar di wajahnya. Lalu meninggalkan Dara yang tiba-tiba kehilangan kemampuan bernapasnya.
Dara mengerjapkan matanya berkali-kali. Berusaha meyakinkan kalau ini bukan halusinasi. Ia memegang dada kirinya, merasakan bahwa detakan cepat dari dalam sana. Dara sadar, ini bukan halusinasi. Ini nyata.
Alfy yang menyadari Dara tidak mengikutinya, berbalik. Melangkah cepat lalu menarik tangan Dara. Mengembalikan Dara ke dunia nyata. Dara yang masih sedikit linglung lantas mengikuti langkah panjang Alfy yang membawanya ke studio 3.
" Lo kenapa sih Car? Sakit?" Dara hampir saja mengumpat mendengar nada tidak bersalah dari ucapan Alfy. " Jangan panggil car! Lo kata gue cacar apa?!" Dengus Dara sebal. Sebenarnya bukan sebal karna panggilan Alfy, lebih kepada sikap polos Alfy yang seolah tidak melakukan apapun kepadanya.
" Lo PMS Ra?" Dara benar-benar ingin mengumpat saat ini juga. Belum sempat Dara mengumpat, film sudah mulai diputar. Memaksa Dara menunda umpatannya kalau tidak mau dimaki oleh pengunjung lain. " Nggak!" Ucap Dara berupaya menahan intonasi suaranya. " Oh.."
Ternyata Alfy memilih film Dilan 1990 untuk kencan pertama mereka. Dara setuju saja karna beberapa hari yang lalu dua sahabatnya juga mengajak untuk nonton film yang dibintangi oleh Iqbal ex CJR tersebut.
" Lo nggak suka filmnya?" Tanya Alfy karna dari tadi Dara hanya diam. " Suka." Jawab Dara pendek. Alfy semakin heran melihat perubahan sikap Dara. Sebenarnya apa kesalahan yang ia lakukan?
Hingga sepuluh menit film diputar, Dara tetap diam. Alfy yang tidak menemukan alasan mengapa Dara bersikap demikian semakin gelisah. Ia tidak bisa tenang jika Dara diam seperti ini. Masalahnya, Alfy tidak tau harus menghadapi sikap Dara yang diam ini bagaimana.
Alfy yang semakin gelisah menarik bahu kanan Dara hingga gadis itu menghadap ke arahnya. " Lo kenapa diem? Gue ada salah? Sorry deh. Jangan marah ya?" Ucap Alfy penuh permohonan. Dara menatap Alfy dengan sorot yang tidak bisa dijelaskan.
" Lo bisa nggak sih jangan tiba-tiba? Jangan ngelakuin hal yang spontan. Jangan narik gue tiba-tiba. Jangan nyium gue seenaknya. Gue cewek Fy, dan gue bisa aja bawa perasaan sama lo. Gue bisa baper Alfy! Lo harusnya ngerti itu."
Alfy mematung mendengar ucapan Dara. Jadi Dara bersikap seperti ini karna dirinya? Dara takut baper pada dirinya? Sebagian besar otak Alfy mencerna ini semua sebagai sebuah kebahagiaan. Itu artinya Dara sedikit memiliki perasaan kepadanya kan?
Alfy tersenyum lebar membuat Dara bergeridik ngeri. " Jadi lo takut baper sama gue?" Goda Alfy disertai kerlingan mata. Untung saja suasana bioskop gelap jadi Alfy tidak bisa melihat wajah merah padam Dara. " Apaan dah! Ya inti-nya lo gak boleh bertindak spontan ke gue!" Ucap Dara mengalihkan tatapannya pada layar.
" Tenang aja, kalo lo baper, gue bakal tanggung jawab kok." Ucap Alfy lalu menggenggam erat tangan Dara. Menyelipkan jarinya diantara sela jari Dara yang terasa begitu kecil.
Diam-diam, Dara tersenyum lebar yang tentu saja tidak dilihat Alfy. Mereka lalu diam dan mulai menikmati film. Tanpa melepaskan kaitan tangan,keduanya menikmati film dengan jantung yang sama-sama berdetak kencang.
Lucha, 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Teen FictionHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...