1.3 Emosi

2.9K 112 0
                                    


Alfy memperhatikan Bu Ratih yang tengah menjelaskan materi biologi. Cowok itu memang memperhatikan Bu Ratih, namun pikirannya melayang entah kemana. Pergi bersama ucapan Dara yang ia ingat tadi,

" Masalah hidup gue itu complicated banget. Gue kadang ngiri sama temen-temen seumuran yang belum mikirin idup." Begitu kalimat yang pertama kali Dara ucapkan setelah berhasil meyakinkan dirinya sendiri.

Dan saat Alfy bertanya mengapa di umur Dara yang masih belia dia sudah memikirkan tentang kehidupan. Gadis itu hanya menjawab,

" Gue tinggal sendiri."

Sebenarnya masih banyak ucapan-ucapan Dara yang terngiang di telinga Alfy. Yang menakjubkan, Dara mengatakan itu semua dengan wajah datar. Tidak ada ekspresi sedih, murung, kecewa atau apapun itu. Seolah apa yang ia bicarakan hanya ucapan biasa.

Lalu saat Alfy bertanya kemana orang tua Dara, gadis itu hanya menjawab,

" Nyokap gue udah meninggal."

Dengan wajah yang berubah sedikit murung. Dapat Alfy simpulkan, Dara merupakan anak perempuan yang sangat dekat dengan ibunya. Dan saat Alfy bertanya tentang ayahnya, cewek berambut panjang itu enggan menjawab.

Hanya menatap gedung-gedung tinggi yang ada di hadapannya. Alfy mengerti, mungkin Dara memiliki masalah tersendiri dengan ayahnya dan Alfy sadar ia hanya orang baru yang tidak boleh masuk terlalu jauh dalam kehidupan gadis itu. Kecuali, jika Dara sendiri yang mengizinkan.

" Alfy, coba jelaskan kembali mengenai urutan takson yang tadi ibu jelaskan!" Alfy terperangah sesaat. Ia baru sadar sudah melamun terlalu lama sampai tidak menyadari Bu Ratih sudah berada di depannya.

Alfy mengangguk samar kemudian menarik napas panjang sebelum menjawab, " Uruan takson dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu, kingdom, divisi atau filum, class, ordo, family, genus dan spesies." Untung saja ia masih mengingat pelajaran SMP itu. Mungkin susunannya tidak tepat, tapi cukup sukses menolongnya dari omelan panjang Bu Ratih. Bu Ratih hanya mengangguk kemudian berbalik dan kembali ke meja-nya di depan.

Alfy menghembuskan napas lega karna tidak harus berdiam diri selama lebih dari tiga puluh menit mendengar ceramah Bu Ratih. Ia lagi-lagi melamun sampai Bu Ratih keluar kelas karna jam pelajarannya sudah berakhir.

Setelah dengan Bu Ratih, kelas Alfy akan belajar dengan Bu Efna. Sudah lima belas menit sejak bel tanda pertukaran pelajaran berbunyi, guru bertubuh tambun itu belum juga datang.

Anak-anak kelas Alfy sudah kacau; ada yang memukul meja sambil menciptakan nada-nada sumbang, ada yang bernyanyi dengan lirik yang tidak jelas, ada yang sibuk dengan novel dan earphone, dan ada yang sibuk berfoto di sudut kelas. Pemandangan yang lumrah mengingat kelas Alfy bukanlah kelas unggul.

Alfy sendiri mengambil earphone dan mulai mendengar lagu dari ponselnya. Melipat tangan di atas meja dan menelusupkan wajah diantara lipatan tangannya, Alfy mulai memejamkan mata berharap bisa tidur di tengah keadaan kelas yang lebih cocok disebut pasar.

Bukannya terlelap, Alfy justru kembali memikirkan Dara. Ia merasa tertarik pada Dara apalagi tadi ia sempat mendengar sedikit tentang kehidupan gadis itu.

" Gue makin tertarik sama kehidupan lo yang misterius, Dara Maharani."

-0o0-

Setelah menceritakan setidaknya sedikit tentang kehidupannya pada Alfy, Dara merasa sedikit lebih lega dari biasanya.

"Jadi gini, rasanya punya temen curhat?" Gumamnya di sepanjang koridor menuju kelas.

Dara berjalan pelan sambil sesekali berjinjit berusaha melihat apakah ada guru di dalam kelasnya atau tidak. Pintu kelas yang ditutupi oleh kaca buram menyulitkan Dara untuk melihat keadaan di dalam kelas. Ditambah lagi jendelanya tinggi dan ditutupi oleh gorden motif berwarna hijau daun.

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang