Fanmeet

4.9K 1K 47
                                    










"Gila! Lo beruntung banget di notice sama mereka anjir lo"

Gue sudah sampai di tempat duduk venue. Febri berisik dengan ocehannya. Gue yang berusaha menutup wajah gue dengan topi hitam yang ada di tas gue, menghindari pandangan pandangan dari para fans WannaSee yang terus menatap gue. seakan akan gue ini adalah benda pajangan yang tertutup etalase.



"Pulang yuk Ri"

"Anjir apa apaan lo, baru aja duduk, acara juga belom dimulai"



Gue berakhir dengan celotehan Febri yang tidak ada ujungnya. Mulai dari memarahi gue sampai mengatakan gue sangat beruntung di notice oleh mereka. Andai lo tau yang sesungguhnya Ri. Harga diri gue separuh hilang, karena gue yakin si penuduh pencuri mengira gue adalah fansnya yang sesungguhnya. Ditambah identitas pekerjaan gue terbongkar didepan dia. Double shit.

Venue menggelap. Acara dimulai dengan penampilan pembuka. Gue menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuh gue ke kursi disaat orang orang mulai berdiri dan menggoyangkan Lightstick mereka. Teriakan demi teriakan menggema di seluruh venue. Gue sedikit terkagum ketika melihat betapa ramainya sebuah acara Fanmeet grup idol. Berbeda dengan yang biasa gue lakukan.

Kesebelas pria datang dari belakang panggung dengan setelan jas yang sama ketika acara bersalaman. Penggemar histeris, mereka menggoyangkan Lightstick dengan excited, dan gue hanya diam. Telinga gue masih berdengung belum terbiasa dengan situasi ramai seperti ini. Entah mereka menyanyikan apa, namun nampakanya penggemar terlampau hafal hingga bernyanyi bersama.

"Gue pusing Ri, rame banget elah" Desah gue frustasi. Tapi, suara kecil gue nggak mungkin bisa menembus telinga Febri untuk sekarang ini. Dan akhirnya gue memutuskan diam hingga lagu selesai dan keseb;as pria tersebut duduk disebuah kursi yang berjejer.

"Tadi lo ngomong apaan?" Tanya Febri. Dia udah selesai teriak teriak dan sekarang udah duduk kembali. Gue hanya menggeleng pelan. Mencoba memperhatikan dengan seksama sesi pembicaraan di depan.

Mereka berkenalan, bercanda satu sama lain mengundang tawa prang orang di venue. Gue nggak ngerti sama candaan seorang idol, tapi gue ngelirik fans disekitar gue ikutan tertawa. Gue merasa asing. Sialan Febri, nyesel gue dateng ketempat kayak gini.



"Suatu kehormatan bagi kami untuk dihadiri seorang penulis terkenal belakangan ini. Terima kasih banyak"



Febri menoleh ke arah gue mengguncang guncangkan pundak gue heboh. Fans yang berada di sekitar gue ikutan melihat ke arah sini, ketika layar didepan menunjukkan wajah bingung gue di antara kerumunan para penonton. Shit.

Gue tersenyum kikuk, layar masih menampilkan wajah gue. terlihat Daniel meraih micnya dan mengatakan sesuatu yang membuat gue tertawa hambar.



"Wah fans kami benar benar hebat, aku tidak menyangka seorang penulis bisa datang ketempat ini. Siapa biasmu? Lee Daniel kah?"

Bias? Apaan itu bias? Terdengar gelak tawa di depan. Gue nggak tau kalo itu adalah sebuah lelucon. Gue cuman diam, karena gue nggak ngerti sama pertanyaan yang barusan dilontarkan.

"Jawab anjir Sena" Febri meremas kelima jari gue. menyuruh gue untuk menjawab sesuatu yang gue nggak mengerti.

"Jawab apaan? Dia nanya apan sih? Bias?" balas gue.

"Udah jawab aja iya, ngangguk aja biar cepet"



Gue menuruti kata kata Febri untuk mengangguk sambil tersenyum, tanpa tau apa arti dari kata bias tersebut. Namun nampaknya gue salah, fans mulai ramai akibat jawaban gue dan Daniel tersenyum penuh kemenangan di atas sana. Idiot. Kenapa gue bisa se idiot ini ya Tuhan.



Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang