That Night

4.2K 819 89
                                    







Semenjak gue menjadi seorang penulis, dunia gue berubah seakan dijungkir balikkan. Yang awalnya hanyalah seorang gadis biasa yang memiliki masalah keluarga yang rumit kini menjadi seorang Park Sena yang namanya dikenal oleh banyak orang. Yang wajahnya muncul di iklan atau di google ketika kalian mengetik kata kunci nama panjang gue.

Tapi nyatanya, tidak semudah itu untuk seseorang merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan dewasa.

Yang tadinya lingkungan gue hanyalah keluarga yang sejujurnya nggak seperti keluarga, dan hanyalah beberapa teman. Kini wilayah sosial gue bertambah banyak. Dari dunia penulis, dunia fans gue sendiri, dunia teman teman gue, dunia iklan. Dan, mungkin dunia idol? Well sedikit demi sedikit dan seiring waktu berlalu kini gue mengerti mereka.

Terutama, yah WannaSee. Dua orang member kini tanpa sadar telah masuk di kehidupan gue. Entah sebagai laki laki yang dijodohkan atau mungkin sebagai tetangga.

Kini gue tengah terduduk di ruang tamu, tepatnya di sofa dengan seorang laki laki yang kini sibuk memandangi sebuah foto yang terpampang di dinding. Ngomong ngomong bukan foto gue.

"Kau harus berterima kasih pada teman teman ku" Ucap gue memecah keheningan.

Gue telah meyakini diri sendiri agar tidak membuat seorang laki laki menginap di kediaman gue. Bagaimana pun caranya. Tapi, karena ocehan ketiga teman laknat yang saat ini telah kembali ke alam nya masing masing, membuat gue harus melanggar hal yang gue yakini sebelumnya.

"Yaudah sih Sen cuma semalem doang"

"Kasian bego anak orang, masa Lo mau nolak cogan kayak dia sih, Daniel loh! Udahlah biarin aja Lo nggak kasihan apa dia kan fansnya banyak yang nunggu dibawah sana"

"Gue kasih tau nih, bantuin orang tuh dapet pahala"

Gue dihujani kata kata seperti itu sekitar 15 menit yang lalu. Dan mengakibatkan gue mau tak mau menerima Daniel untuk bermalam disini, demi menolongnya dan sebagai hutang budi telah mempermudah gue masuk ke gedung YMC. Benar benar laki laki yang pamrih.

Dan sialnya, setelah gue mengiyakan permintaan Daniel. Teman teman gue justru pergi, mereka pulang ke apartement Febri. Sialan banget kan.

"Ya ya ya, aku akan mengundang kalian ke konser WannaSee lain kali"

"Tidak usah, aku tidak akan datang"

Daniel hanya mengangkat pundak nya sebentar. Dia sibuk numpang mencharge baterai ponselnya yang habis. Gue ulangi ya, numpang.

"Ngomong ngomong, apa tidak apa apa? Menaruh ponsel di sini? Tidak takut aku curi?" Ucap gue penuh penekanan pada kata curi. Mengingatkan gue pada panggilan sialan gue yang dia lontarkan sebelumnya.

"Hehe mian"

"Ngomong ngomong itu siapa?" Lanjut Daniel sembari menunjuk bingkai foto yang terpajang di dinding.

Seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna cream, tersenyum anggun dengan wajah yang mirip dengan wajah gue, hanya saja lebih dewasa dan lebih berumur.

"My mom"

Kenapa gue hanya menaruh foto ibu disana? Karena, agar setiap hari gue bisa melihat wajah yang tidak pernah gue lihat secara langsung seumur hidup gue. Kenapa hanya ibu seorang diri? Gue rasa gue nggak perlu menjelaskannya lagi.

"Perihal tanganmu, sudah sembuh?"

Pandangan matanya beralih pada telapak tangan gue yang sudah tidak terbalut perban, hanya menyisakan sedikit bekas yang mungkin akan hilang nantinya.

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang