Terror

2.6K 625 171
                                    

Pagi ini gue mengenakan topi hitam, masker serta sengaja mengikat rambut menjadi satu. Gue terburu buru mengendarai mobil menuju gedung penerbit. Setelah berita semalam, penerbit meminta gue untuk datang ke sana dan mungkin ini terkait dengan peluncuran buku yang sebentar lagi.

Jadi, gue nggak tau persis pelayan mana yang dengan baik hati mengirim surat sepeti itu pada surat kabar dan berita. Gue belum menelisik lebih jauh pelayan yang mana, mungkin diantara kemarin yang menabrak gue atau yang waktu itu menumpahkan sedikit teh hijau pada baju gue ketika di ruangan Ayah.

Of Course, Ayah memecat dengan cepat pelayan tersebut yang menumpahkan Teh hijau.

Walaupun gue nggak meminta, tatapan Ayah saat itu memang sedikit tajam dan tenang. Karena beliau adalah tipikal yang detail dan perfeksionis.

Perusahaan penerbit buku mengadakan rapat dengan gue saat ini. Mungkin jika sang penulis adalah segelintir dari sekian banyak penulis, mereka tidak akan serepot ini dan mungkin akan menyalakan penerbitan saat itu juga. Namun karena berita tersebut adalah Park Sena, jadilah gue sedikit membuat gelisah perusahaan.

"Jadi bagaimana? Sena-Ssi?"

Gue terduduk di balik meja dengan berhadapan 3 orang di depan. Editor, Manajer dan sang Direktur.

"Tidak ada yang perlu di konfirmasi, biarkan saja nanti juga reda, bukankah itu hanya rumor sesaat yang muncul karena pengumuman perilisan buku kemarin?"

Dengan santai gue menyenderkan punggungnya di kursi yang empuk ini. Menghela nafas dan membayangkan wajah pelayan kemarin yang membuat gue kesal.

"Tapi surat kabar terus memberitakannya, itu akan menganggu peluncuran buku"

Gue menganggukkan. Benar juga, menganggu bisa jadi benar benar mengganggu atau justru membuat gue viral dan memperkenalkan karya baru dengan cara yang ekstrim. Bisa dibilang pencari sensasi.

"Mau mengadakan konferensi pers? Kurasa itu berlebihan, saya akan mengurus pelayan itu nanti"

Direktur perusahaan nampak memijit pelipisnya pelan. "Masalahnya, surat itu asli dan memang berasal dari pelayan rumahmu itu"

"Tentang tidak harmonisnya keluargamu, dan ya semuanya ia katakan berbanding terbalik dengan isi buku pertamamu yang mengatakan keluargamu baik baik saja"

Gue menghela nafas. Dalam hati mengabsen kebun binatang dan mengutuk pelayan yang mengirimkan surat.

Nama gue akan tercoreng di kalangan penerbit buku setelah ini.

Sialan.

"Oke, saya tidak mempermasalahkan hubungan keluargamu itu, tapi apa yang dikatakannya benar atau tidak?" Lanjut Direktur.

Gue terdiam sebentar, menatap kaca jendela besar dibelakang 3 orang di depan gue ini.

"Well, Yes. Buku pertama dan buku kedua bukan pengalaman hidup saya, itu palsu saya mengarangnya"

Tiga orang tersebut nampak melebarkan matanya. Direktur kembali memijit keningnya pelan. Editor nampak bingung.

"Tapi buku itu murni ditulis sendiri bukan?"

Gue mengangguk mantap. "Yes, Of course"

Manajer terlihat mengangguk. Nampaknya dia telah memutuskan sesuatu.

"Baiklah, tidak ada yang perlu di konfirmasi, biarkan beritanya tenggelam sendiri. Dan pelayannya?"

"Saya yang urus" potong gue cepat.

Kami mengangguk mantap. Pertemuan yang memakan waktu sekitar 15 menit itu berakhir dengan cepat. Setelah itu gue memutuskan menghubungi Chanhee langsung.

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang