Suasana malam memang identik dengan sepi dan menenangkan. Kesadaran gue sedikit muncul ketika menyadari bahwa gue belum menutup jendela besar.Kemungkinan, gue akan kedinginan malam ini. Nyatanya enggak, gue merasa hangat hangat saja.
Selimut tebal menutupi tubuh gue sampai dada, jendela juga dalam keadaan tertutup. Mungkin, tanpa sadar sebelum gue pergi tidur, gue memang telah menutupnya.
Karena hari masih malam, gue memutuskan tidur kembali. Gue membalikkan tubuh ke posisi yang berlawanan.
Ketika kedua mata yang terbuka, berwarna hitam kelam dan memantulkan cahaya bulan di kedua bola matanya. Gue mengernyit, dan tersenyum singkat.
Ternyata Tuhan mendengarkan doa gue sebelumnya. Bahwa gue menginginkan mimpi indah malam ini.
Indah.
Bukankah sosok di depan gue ini sangat familiar?
Tuhan baik sekali, menghadirkan Daniel di mimpi gue malam ini.
Matanya terbuka, menatap gue yang masih terjaga.
Entah dorongan apa, mata gue mulai kembali berair, masih terbawa keadaan emosional tadi sore.
Dia, sosok Daniel yang kini berada di mimpi gue, membawa kepala gue kedalam pelukannya. Membawa kepala gue untuk bersandar di dadanya yang bidang.
Ini terasa nyata, ketika tangannya bergerak mengusap rambut gue dengan lembut.
Dan membuat gue kembali larut dalam tidur.
_____
Jadi, malam yang sempat gue kira sebagai malam di dunia mimpi ternyata salah. Daniel yang semulanya gue kira muncul dalam mimpi dan mendekap gue ketika tidur. Ternyata benar adanya. Ketika gue membuka mata di pagi hari dan menemukan Daniel yang sedang berkaca di cermin besar sembari membenarkan rambutnya.
Gue baru sadar, Daniel beribu kali lebih tampan ketika warna coklat tua nya berubah menjadi jadi hitam kelam.
Gue benar benar merasa Daniel seperti sosok asli yang bukan seorang idol. Laki laki yang memiliki aura seorang pacar. You know boyfriend materials?
"Niel, aku penasaran bagaimana kau bisa masuk kedalam apartement ku"
Kalau diingat ingat, sudah dua kali Daniel telah menerobos masuk ke dalam apartement tanpa sepengetahuan gue.
"Mendobraknya mungkin?" Katanya.
"Sinting, aku membayar mahal apartement ini untuk pintu yang memiliki sistem keamanan tinggi, yang tidak akan terbuka oleh cara murahan seperti itu"
Gue beranjak dari tempat tidur ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Menelisik Daniel yang sudah berpenampilan rapih, sepertinya mau pergi lagi.
"Hari ini goodbye stage di musicbank, aku harap kau datang" katanya pelan.
"Tidak mau" balas gue singkat. Gue berdiri di sebelahnya, sama sama bercermin di cermin besar bedanya rambut gue berantakan seperti singa serta baju yang sama seperti kemarin masih terpakai di tubuh gue.
"Berarti iya"
Gue tidak menjawab lagi. Untuk beberapa alasan, hari ini gue sangat tidak bergairah. Tidak memiliki semangat, dan terkesan selalu terlihat lelah.
Entah batin maupun fisik.
Daniel membalikkan tubuhnya, menatap gue dengan kedua bola matanya.
Tatapan matanya membuat sesuatu berdesir dari dalam diri gue ditambah rambut hitam kelamnya menambah pesonanya menjadi lebih banyak lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
FanfictionDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...