Gue menghela nafas panjang, menatap gedung tinggi di depan. Banyak orang yang berdiri di depan gedung tersebut, membawa kamera, dan banner. Gue berada sedikit jauh dari kerumunan yang gue yakini adalah fans WannaSee yang berharap bertemu mereka dengan kebetulan di depan gedung.Udah lebih dari 10 menit gue berdiri di sini , ragu untuk masuk atau kembali ke apartement. Tapi tuxedo yang berada di dalam paper bag yang sedang gue pegang, seakan akan berteriak meminta dikembalikan kepada pemiliknya. Sebenarnya, bisa saja gue meminta Chanhee untuk mengantarnya pada Minhyun, atau gue meminta nomor ponsel Minhyun dari Chanhee. Jadi gue nggak perlu datang ke gedung YMCent ini.
Tapi gue terlalu sungkan untuk itu.
Akhirnya, gue mengangguk memantapkan diri untuk masuk kedalam gedung. Karena gue adalah Park Sena, gue nggak lupa memakai topi dan masker. Agar menghindari fitnah yang tidak tidak dari netizen. Bisa mampus gue kalo ketahuan kesini sama fansnya.
Tapi nyatanya itu nggak semudah seperti yang gue kira. Security yang berada di depan menghentikan jalan gue.
"Maaf, yang tidak berkepentingan dilarang masuk"
Gue mendesah pelan, nggak punya nomor Minhyun pula. Yang ada gue bisa diusir karena dikira penggemar yang membawa hadiah tuxedo.
"Saya, eumm--Park Sena" Ucap gue pelan. Entah ini berhasil atau tidak.
Gue tersenyum kikuk, membuka sedikit masker yang menutup separuh wajah gue.
Security tersebut nampak sedikit terkejut, mengenali wajah gue yang familiar berada di internet dan iklan Ivy Club kemarin. Dengan membalas senyum gue, dia menyingkirkan dirinya dari hadapan gue dan mempersilahkan masuk.
Sampailah gue kepada salah seorang wanita yang berseragam berada di balik meja. Mungkin resepsionis? Gue nggak tau sih di gedung agensi ada resepsionis nya apa enggak, yang jelas ya ada wanita berseragam di balik meja.
"Umm, Excuse me, bisa saya bertemu dengan Shin Minhyun?"
Wanita tersebut nampak bingung, dia memperhatikan gue dari atas sampai bawah, berakhir dengan paper bag yang sedang gue jinjing.
"Ingin menitipkan hadiah? "
Hell? No! Gue bukan penggemar. Karena gue orangnya suka kesal, jadilah di dalem hati gue mengutuk wanita di depan gue ini. Nggak ada yang salah sebenarnya, dia kan cuma bertanya. Tapi rasanya, kalau ada orang yang ingin bertemu idol lantas dia selalu fans? Nggak kan.
"Aniyo, aku ingin mengembalikan ini" balas gue dengan mengangkat sedikit paper bag berisi tuxedo tersebut. Agar dia tau, bahwa barang yang sedang gue bawa bawa ini adalah milik Minhyun bukan hadiah.
"Sudah punya janji? "
Gue menggaruk kepala gue kikuk. Well harusnya gue tau menemui idol itu susah, nggak semudah gue bertemu Febri ditempat kerjanya. Atau Anin di bandara, atau Inay mungkin.
"Dia temanku "
Gue menoleh, mendapati Lee Daniel yang baru saja keluar dari lift disana. Lebih santai, tidak ada topi atau masker seperti yang biasanya gue lihat. Dia menggunakan kaos hitam polos dengan celana jeans sobek di dengkul.
By the way, teman nya siapa? Gue nggak pernah berteman sama dia.
Dia berjalan menghampiri gue, lantas tersenyum pada wanita di balik meja.
Dan dengan lancangnya, melepas topi yang melekat di kepala gue tanpa izin."Dia Park Sena " Katanya, yang cukup membuat wanita resepsionis tersebut menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Jeoseonghamnida" wanita tersebut meminta maaf sembari berkali kali membungkukkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
FanfictionDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...