Pertemuan keluarga ini begitu hambar dan tidak berwarna. Sesekali gue melirik Minhyun yang duduk di depan dengan mengaduk ngaduk random makanannya, Well i feel him. Beberapa kali orang tuanya memujinya dengan pujian selangit atas ketampanannya beserta otaknya yang katanya pintar itu. Namun beberapa kali juga orang tuanya berkata hal hal yang kurang mengenakkan. Berkata hal hal buruk tentang idol, dan sesekali menyuruh Minhyun untuk berhenti dari pekerjaannya. Mirisnya, didepan orang lain.Kalau Ayah, ya gue nggak memperdulikan dia mau ngomong apa tentang gue mau yang baik atau enggak, karena sejujurnya gue nggak mendengarkannya dengan seksama. Gue sibuk memperhatikan ekspresi Minhyun yang pada dasarnya ramah menjadi sedingin es. Dia sempat kaget mengetahui kalau gue adalah wanita yang akan dijodohkan kedua orang tuanya. Namun, tentu dia nggak bisa menyembunyikan wajah tak sukanya atas pertemuan sialan ini.
"Minhyun, apa bagusnya dengan menjadi idol yang disoroti oleh semua orang, penuh kamera dan kepalsuan, bukankah jauh lebih baik dengan menjadi CEO muda diusia mu ini" Ucap nyonya Hwang dengan nada yang kurang enak didengarnya seperti mengintimidasi.
Hey, siapa dia layak menilai pekerjaan seseorang dari luar, perduli ia ibunya atau bukan. Bukannya itu kejam? Meruntuhkan impian yang sudah dicapai dengan air mata dan keringat. Walaupun gue bego banget masalah Kpop, tapi yang gue tau Wannasee itu terbentuk karena program survival. Mendengar survival bahkan membuat gue bergidik ngeri. Survival itu kejam dan tidak terprediksi.
"Kau harus keluar dari lingkungan mu itu, menikah dengan Park Sena adalah pilihan terbaik"
Tanpa sadar gue berdecak kesal, mengundang tatapan dari mereka yang berada di meja ini. Ayah bahkan menatap gue untuk yang pertama kalinya disini, dengan marah.
Gue tersenyum miring. Ngomong ngomong, bagaimana membuat kejutan sedikit? Membuat Ayah sakit kepala mungkin?
"Hajimaseyo" ( tolong berhenti )
Semua orang yang berada di meja ini menatap gue dengan tatapan terkejut, kaget atau marah? Ada juga yang menatap gue hebat, mungkin itu Chanhee
.
Gue bangun dari kursi, berdiri dan menatap mereka satu persatu.
"Mohon maaf sebelumnya, sedari tadi kalian membicarakan perjodohan yang tidak saya mengerti. Jadi begini, saya Park Sena tidak menginginkan terjadinya perjodohan, dengan kata lain saya menolak. Jadi tolong sudahi pertemuan tidak penting ini " Jelas gue dengan panjang lebar. Tegas tanpa ragu.
Ayah menatap gue seakan akan seperti meledak, wajahnya merah karena menahan marah sekaligus malu. Dia menyuruh gue duduk dengan tatapan mematikannya itu, namun gue hanya tersenyum miring. Lihat, Park Sena tidak bisa dikendalikan dengan cara ini. Gue nggak akan berhenti.
"Sena duduk" suruh Ayah dengan suara yang dia tahan semaksimal mungkin agar terdengar baik.
Minhyun menatap gue tak percaya, matanya membulat namun gue balas dengan senyuman dan anggukan kepala. Dengan maksud, Lo harus menolak dan berani berbicara, ketika orang tua memaksa Lo keluar dari zona yang Lo senangi demi sebuah pernikahan yang bahkan nggak dilandasi oleh cinta.
"Tuan Shin dan Nyonya Shin yang terhormat, apakah kalian benar orang tua dari Minhyun? Bagaimana bisa kalian meruntuhkan impian anak kalian sendiri? Dan tolong berhenti berbicara tentang Minhyun yang berhenti menjadi idol tidakkah kalian melihat waja putra kalian? Marah, kesal dan tatapannya dingin seperti es, jadi tolong berhenti menjodohkan kami "
Gue berdecak lagi dan kini lebih keras. Persetan dengan sopan santun, gue nggak perduli, selama ini untuk memenangkan kebebasan kedua orang? Kenapa tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
FanfictionDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...