You're So Beautiful

3.8K 844 108
                                        







Sekarang hari Senin, hari yang sudah disematkan sebagai awal dari mulainya aktivitas mingguan. Gue tersenyum riang, senyuman yang jarang gue perlihatkan pada orang orang karena biasanya gue hanya tersenyum tipis. Tapi tidak kali ini.

Hari ini gue mengenakkan celana kulot warna hitam, T-shirt berwarna hijau army, dengan sneakers warna andalan. Yaitu putih. Hari ini rambut gue dibiarkan tergerai begitu saja, maklum merasa paling badai karena kemarin habis keramas. Iya, kan baru bisa keramas soalnya 3 hari yang lalu kan masih demam.

Hari ini gue berniat mengunjungi Happy, tempat yang gue bangun dan ciptakan atas kerja keras selama ini. Tootebag kali ini berisi peralatan makeup, dompet, ponsel dan Novel Harry Potter bagian Prisoner of Azkaban. Gue penikmat novel fantasy, penggemar berat Harry Potter. Sudah puluhan kali dibaca ulang, ralat mungkin udah ratusan. Soalnya gue suka banget.

Alasan gue datang ke Happy bukan karena pengen aja, tapi karena hari ini Samuel kerja di tempat gue.

"Nuna!"

Gue tersenyum sembari melembai memasuki pintu, bocah setengah bule itu terlihat tampan dengan pakaian kerja part time. Tidak diragukan lagi, andai saja dia bekerja di bidang figur, pasti cocok.Gue menghampiri Samuel di meja kasir, dan berdiri sembari melihat papan menu.

"Aku mau pesan Adorable" Ucap gue.

Dia mengangguk, hendak menghitung pesanan namun ia urungkan.

"Hitung saja, aku akan tetap membayar walaupun Coffeshop ini milikku"

Dia mengangguk dan mulai menghitung pesanan gue. "Semuanya jadi 2 dolar"

Gue mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembaran uang dan menyerahkannya pada Samuel.

"Nuna, bagaimana rasanya bermalam di apartement seorang idol?"

Bagaikan di sambar petir, gue melotot dan segera membungkam mulut Samuel dengan tangan kanan gue. Tangan kiri yang terbebas memukul kepalanya karena berbicara sembarangan. Bayangkan jika mulut ember nya itu terdengar oleh para pelanggan dan staff lain, bisa mampus gue.

"Dasar idiot, tutup mulutmu! kau mau semuanya mendengar? Aku bisa mati tahu!" Marah gue kesal dengan setengah berbisik.

"Nuna! Sakit! Dan tanganmu itu bau!"

"Heh sialan kau bocah!"

Sialan. Nyari mati rupanya. Gue hendak melayangkan pukulan lagi sebelum Samuel tersenyum kecil sembari mengangkat kedua jari membentuk v sign.

"Bercanda!" Ucapnya cepat.

"Dengar ya bocah! Itu semua terjadi karena kau menyerahkan aku padanya!" Desis gue tajam.

Dia cuman tertawa kecil dan mulai melayani pelanggan perempuan yang baru datang, sedangkan gue sudah bergeser ke kiri untuk menunggu minuman gue selesai.

Perempuan tadi sepertinya masih muda, lebih muda dari gue maksudnya. Wajahnya masih fresh seperti remaja belasan tahun namun sepertinya bukan anak sekolahan. Karena sekarang masih jam sekolah, mungkin dia sudah kuliah. Seumuran Samuel mungkin.

Gue memutar bola mata malas ketika Samuel dengan kardusnya terus tersenyum dan secara gamblang mengatakan perempuan itu cantik. Membuat si gadis tersipu malu.

Dasar alay.

"Pesanannya sudah jadi, silahkan diambil"

Gue tersenyum ramah, dan mengambil pesanan gue. Setelahnya, berjalan menuju pojok ruangan yang berdekatan dengan jendela. Area favorit gue.

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang