Daniel's Past

3K 587 85
                                        

Gue menatap dengan nanar lembar foto tersebut. Seakan mendapatkan ikatan batin, hati gue seakan sakit melihat senyum yang terukir di bibir wanita ini. Dia memiliki rambut panjang berwarna hitam kelam, iris matanya berwarna coklat muda, wajahnya berbentuk oval dengan hidung yang mancung. Dilihat dari sudut manapun, wanita ini memang sangat cantik.

Walaupun hanya dibalut dengan pakaian sederhana ditengah teriknya panas matahari, dia tetap bersinar.

"Lilian Kim lahir di Incheon, dengan satu adik perempuan, selama lebih dari 17 tahun dia menetap di Incheon, ketika lulus sekolah menengah dia pindah ke Seoul dalam rangka menempuh perguruan tinggi Seoul University"

Gue mendengar kata perkata dari yang Chanhee ucapkan. Setelah lama Lilian Kim seakan tertimbun dibawah sana, akhirnya dengan usahanya, Chanhee berhasil mendapatkan secuil informasi dari ibu kandung gue tersebut.

Chanhee menarik nafasnya panjang, dan kembali berbicara.

"Ketika berumur 28 tahun, Lilian Kim melahirkan seorang anak perempuan, setelahnya dia dikirim ke Kanada. Setelah beberapa bulan Lilian kembali dan tinggal bersama adiknya di Busan, satu tahun kemudian Lilian beserta adiknya kembali ke kampung halamannya di Incheon, beberapa tahun setelah itu Lilian meninggal karena sakit paru paru"

Chanhee menutup map tersebut, dia menyerahkan data informasi pada gue.

"Karena Lo anak kandungnya, Lo pasti punya ikatan batin, bilangin sama beliau makasih udah ngurusin gue waktu dulu" lanjut Chanhee.

Gue mengangguk, jeda panjang mengikuti kalimat Chanhee. Gue terdiam dengan pikiran sendiri.

"Kalo abu ibu dimana?"

"Gue nggak tau, tapi kayaknya sih di daerah Incheon deket tempat tinggal nya dulu, tapi nanti kalo gue tau gue langsung kabarin Lo kok"

Gue mengangguk. "Iya makasih Yeol, gue nggak tau mau gimana lagi berterima kasih sama Lo gimana, kalau Lo nggak cekatan nyari akta kelahiran, mungkin sampai sekarang gue nggak bakalan tau hal itu"

"Iya, Ayah sekarang jarang ke perusahaan, dia lebih banyak diem di ruang kerjanya. Lo nggak ada niatan buat pulang? Sekedar nengok mungkin, seberapa banyak Lo punya rasa benci sama Ayah, Lo masih tetap seorang anak, dan beliau adalah bapak kandung Lo"

Perkataan Chanhee saat itu, perlahan lahan memudarkan rasa kebencian yang gue taruh pada Ayah. Rasa benci yang gue nggak tau kapan bisa berhenti, kini kian melunak, berubah menjadi rasa iba yang lebih kepada kasihan.

Gue nggak bisa kerumah sekarang, i mean, gue belom siap untuk menjalin sebuah hubungan Ayah dan anak yang sesungguhnya.

Karena sebuah luka besar, sejujurnya nggak bisa pulih sepenuhnya.

Gue menghela nafas kasar, mencoba mengset ulang pikiran gue yang suka lari kemana mana. Hingga suara beberapa wanita yang teriak tertahan ulah laki laki yang ada di depan gue mengedip dengan manja.

"Hadeuhh, plis deh ya Lo nggak usah tebar pesona disini" Kata gue kesal.

"Enak aja, siapa yang tebar pesona? Pesona gue aja yang bertebaran kemana mana"

"Lo itu ngedip barusan! Liat noh cewek tadi pada semaput liat kedipan manja Lo barusan"

Dia nyengir sebentar memamerkan gigi nya yang putih seperti iklan Pepsodent. Selain karena suka sikat gigi, Chanhee tuh suka jijay gimana gitu kalau liat orang giginya kuning. Makanya sebisa mungkin, dirinya nggak punya gigi kuning.

Lupakan soal gigi. Gue teringat sama omongan Daniel kemarin.

"Yeol, jadi gini gue punya temen---bukan temen sih gimana ya, orang deket gitu deh, dia mau kenalan sama Lo. Gimana tuh?"

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang