Hari itu, Sena masih berumur 8 tahun. Dia masih duduk di bangku sekolah dasar, sekolahnya berada di Kanada tepatnya di Toronto. Dia dikenal dengan Ashley Park. Si anak direktur perusahan Daily Park.Dia datang dengan ekspresi dingin, matanya sembab sehabis menangis. Hatinya sakit, walaupun masih kecil dia tau bagaimana rasanya disakiti, diperlakukan tidak adil. Dia sudah bisa merasakan yang namanya kejam dunia.Dia di antar oleh supir, ketika anak lain berangkat dengan ditemani orang tuanya. Sena tidak.
Dia masih ingat dengan benar, bagaimana Tante Yoora semalam yang berumur 19 tahun menuduhnya sebagai pencuri. Mencuri perhiasan gelangnya dan dijual, memang gelang itu sangat mahal dibuat dari batu permata. Tapi sebenci bencinya Sena dengan tantenya, dia tidak akan berbuat buruk seperti itu, dia masih 8 tahun. Bagaimana dia bisa mengerti uang dengan benar?
Kecuali sepupunya. Dia melihat dengan jelas, kemarin Nancy masuk ke kamar Tante Yoora. Tapi ia sendiri tidak begitu yakin.
Sena kecil dikenal dengan sifatnya yang kasar, judes, dan pemarah. Makanya, tak banyak teman yang ia punya. Hanya sang ketua kelaslah yang mau berbicara dengannya, itu pun terlihat ogah ogahan. Karena tabiatnya, Sena tidak punya teman dekat satu pun.
Sena dikenal dengan gadis Asia, berambut hitam. Bukan Sena namanya kalau menerima perlakuan bully karena perbedaan ras, walaupun Sena penyendiri tidak ada anak yang berani mengganggunya. Karena Sena pemarah, dan anak dari direktur Daily Park yang sangat terkenal. Saat itu, Ayahnya masih berstatus direktur belum menjadi CEO.
"Minggir, jangan menghalangi pintu" Ucap Sena dingin tanpa ekspresi. Beberapa anak yang sedang bercanda di depan pintu akhirnya menyingkir dan memberikan Sena jalan.
Untuk seumuran anak kecil, perkataan itu termasuk kata kata kasar. Itu masih biasa, pernah salah satu anak bernama Jackson tidak sengaja melempar pesawatnya dan mengenai kepala Sena.
"Kau punya mata tidak?! Cepat minta maaf!" Bentak Sena kesal.
Jackson yang dibentak seperti itu, lantas matanya berkaca kaca dan meminta maaf dengan cepat.
Sena memang pemarah dan kasar, mungkin lantaran semenjak kecil ia dididik sangat ketat dan suka dimarahi. Belum keluarganya yang mengacuhkannya dan beberapa kali menghinanya secara tidak baik, entah perlakuannya, kesehatan jiwanya, bahkan ibunya.
Sekolah telah selesai. Hari itu hujan, Sena menunggu di depan kelas, ia ingin berlari menembus hujan dan menuju gerbang lalu menemui pak supir, tapi apa daya dia benci hujan.
Akhirnya ia memutuskan menunggu hujan reda, atau paling tidak menunggu pak supir menjemputnya menggunakan payung.
Menit menit telah berlalu, hujan tidak menunjukkan tanda tanda akan berhenti, dia mulai khawatir dan pak supir yang tidak juga menjemputnya kemari.
Saat itu seorang anak laki laki datang dari arah samping. Ia nampaknya akan pulang juga. Sena menoleh, dia melihat anak laki laki bermata sipit dengan payung kuning ditangannya.
Sena baru tahu, di sekolah ini ada orang Asia lainnnya.
Anak laki laki itu melebarkan payungnya, dan menoleh ke arah Sena.
"Mau bareng?"
Dengan tanpa ekspresi Sena menggeleng, dan kembali mengalihkan pandangannya pada air hujan yang turun. Anak laki laki itu tampak bingung. Setelah lama berpikir akhirnya ia memutuskan untuk pergi.
Dengan berlari kencang ia menembus hujan. Meninggalkan payung kesayangannya di sana.
Sena mengerjap bingung , laki laki yang membawa payung tadi justru berlari menembus hujan. Payungnya ia tinggal disini.
![](https://img.wattpad.com/cover/135831943-288-k399057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
FanfictionDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...