Alis gue tertaut, mulut gue membentuk lengkungan kecil kebawah. Perkataan Chanhee di telfon membuat gue kesal setengah mati. Dan, sedikit rasa bersalah mungkin."Oh come on Sena! Lo nggak mau ngeliat gue? Ngasih selamat nanti gitu?"
Chanhee bersikeras membujuk gue yang sedikit keras kepala ini. Jadi ceritanya, perusahaan Ayah mengadakan party sekaligus penyambutan untuk direktur baru. Dan, Chanhee telah ditunjuk untuk menjadi direktur di perusahaan besar tersebut. Namun memang Ayah masih berperan sebagai CEO.
Tetap saja, gue nggak mau datang. Kenapa? Dipastikan keluarga besar gue ada disana.
"Oke, selamat Chanhee! Tapi gue nggak mau dateng!" Tolak gue.
Terdengar helaan nafas kesal diseberang sana. Chanhee terus mengeluh dan mengeluarkan suara suara seperti merajuk. Ew.
"Kan ada gua elah. Ada Minhyun juga kayaknya, palingan bentar lagi dia nelfon Lo buat nemenin dia kesana"
Ini bocah tiang sok tau banget. Minhyun tau nomor ponsel gue aja enggak.
"Lah sok tau banget Lo kayak dukun pokoknya gue nggak mau ah"
"Sena, Lo satu satunya adek gua. Lo nggak mau dateng di hari penting kayak gitu? Jangan bilang karena Lo masih marah karena gua ditunjuk jadi direktur?"
Giliran gue yang menghela nafas kesal. Abang gue udah sok tau, suudzon pula. Nggak baik banget.
"Heh bubuk popmie! Ngapain gue sirik sama Lo ketika gue bisa bekerja di bidang kesukaan gue sedangkan Lo enggak. Haha"
Bibir gue naik sedikit, rasakan Chanhee. Dasar bocah tiang, Yoda! Sialnya, diluar sana gadis terus memujanya tanpa henti.
"Kejam banget Lo sialan dasar Hitler! Pokoknya Lo datang, Lo nggak capek apa terus terusan menghindar kayak gitu, kalau dulu Lo boleh kayak gitu! Sekarang? Lo udah sukses apa lagi yang Lo takuti untuk berhadapan sama orang orang yang kerjanya panjat sosial, minta sana sini, maki sana sini, nggak usah Lo perduliin kata kata mereka"
Mulut gue terbuka sedikit, alis gue naik sebelah. Untuk beberapa saat gue tertegun dengan perkataan panjang lebar dari Chanhee. Apa yang dikatakannya memang tidak salah? Lantas kenapa gue terus menerus jadi pengecut di keluarga ini?
Jawabannya hanya satu, gue sensitif kalau mereka membawa topik ibu ke permukaan.
Mereka membuat gue menjadi orang yang paling bersalah di dunia ini seakan akan, kebahagiaan lenyap ketika gue terlahir dan muncul di dunia ini.
Tapi apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan dan mereka sama sekali nggak berhak untuk menghakimi gue sepanjang hidup.
Gue berhak bahagia, gue berhak diberikan kasih sayang. Gue sempat berpikir, bagaimana nanti Ayah bertemu Ibu diatas sana? Bagaimana Ayah akan menjelaskan penderitaan gue di dunia ini, ketika Ibu dengan jiwa nya yang ikhlas berkorban demi membuat gue hidup. Mengetahui anak terkasihnya diperlakukan tidak adil.
"Gue, nggak tau" Balas gue pelan.
Diperlakukan secara tidak mengenakkan semenjak kecil, membuat gue perlahan mengalami trauma untuk bertemu orang orang seperti mereka lagi.
Tidakkah Chanhee tau kalau gue sudah memutuskan hubungan keluarga? ketika kaki gue telah berjalan keluar dari rumah. Dan memutuskan untuk tidak kembali lagi.
"Fine, tapi gue harap Lo dateng"
Sambungan diputus olehnya. Gue tersenyum tipis tanpa arti. Dia pasti marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
FanfictionDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...