Malam ini Jeffrey mengajak gue ke suatu restoran yang letaknya di Cours de General de Montcalm, Quebec City. Tempat ini sangat bagus, belum lagi kami bisa melihat pemandangan senja dari lantai atas tempat kami duduk berhadapan. Hari in gue mengenakan gaun berwarna putih tulang selutut dengan lengan tiga per empat. Sedangkan Jeffrey nampak rapih sekali mengenakan celana bahan hitam, kemeja coklat muda dibalut dengan tuxedo hitam kesukaannya.Ia bilang malam ini akan menjadi lebih spesial dari biasanya, gue hanya tersenyum dan mengiyakan saja.
Selagi kami menunggu hidangan penutup datang, gue menatap gemerlap kota di malam hari. Dari sini kami bisa melihat seluruh kota dan sekitarnya, membuat senyum gue mengembang.
Pelayan itu membawa beberapa hidangan, kami tersenyum ramah untuk berterima kasih. Tangan gue segera menarik sebuah piring kecil berisi pudding membuat Jeffrey tertawa kecil melihatnya.
"Sena" Ia membuka suara, membuat gue mengurungkan niat untuk segera melahap pudding tersebut.
"Hati-hati, kalau makan jangan terburu-buru" Ucapnya mengingatkan. Ey, kirain ada apa. Gue mengangguk kecil dan mengacungkan oke menggunakan ibu jari dan telunjuk. Gue memotong pudding itu dengan sendok kecil lantas mulai memakannya hingga setengah.
"Enak?"
"Enak" Jawab gue. "Mau coba?"
Jeffrey menggeleng dan tersenyum manis. "Tidak lanjutkan saja"
Gue mengindikkaan bahu, lantas kembali memotong pudding yang sudah separuh itu. Eh? Apa ini? Gue mengernyit ketika sendok kecil itu beradu dengan benda keras awal gue kira piring ternyata bukan. Gue mulai menggeser pudding tersebut dan terdiam seketika ketika menemukan sebuah cincin di sana.
Jeffrey segera tertawa melihat reaksi gue, ia menghentikkan makannya lantas bertepuk tangan. "Selamat! Anda mendapatkan hadiah!"
Gue tertawa kecil mengambil cincin itu. "Ckckck. Kau benar-benar penuh kejutan. Jadi dalam rangka apa ini?"
Ia terbangun dari posisi duduknya, mengambil cincin itu dari tangan gue. Mata gue segera melotot begitu ia mencondongkan tubuhnya dengan satu lututnya, meraih tangan gue sebelah kanan. Yang tentu saja segere membuat kami menjadi pusat perhatian.
"Aku sedang melamarmu"
Gue terdiam, sejenak nafas ini terhenti memerhatikan dirinya yang sedang memasangkan cincin itu di jari manis gue. Jeffrey menarik nafasnya pelan.
"Aku tau hatimu tidak tertuju padaku, aku tau dia masih menjadi bayang-bayang hidupmu. Tapi, izinkan aku untuk mengobati hatimu. Aku tidak memintamu melupakannya. Sama sekali tidak. Aku hanya memintamu untuk menyimpannya di dalam kenangan"
Jeffrey mendongak, menatap gue dalam hingga gue bisa melihat pantulan diri gue sendiri di bola matanya yang coklat.
"Will you marry me?"
Bersamaan dengan itu, suara piano yang melantukan lagu J Ivanovic Waves Of Danube berbunyi. Gue menoleh, menatap pemain piano di sudut ruangan sedang memainkannya dengan lembut.
Gue kembali beralih pada Jeffrey, ia masih setia dengan posisinya.
Senyum kecil gue terukir bersamaan dengan kepala gue yang mengangguk. Jeffrey tersenyum lebar, ia berdiri lantas mendekakan wajahnya, mengecup dahi gue dengan pelan. Hal terakhir yang ia lakukan ialah mengusap kepala gue sambil berbisik.
"Terimakasih"
Jeffrey kembali ke tempat duduknya, beberapa sorakan kecil berbunyi dari pelanggan lain yang merasa ikut senang, lelaki itu itu sibuk tersenyum ramah pada mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Falsedad
Hayran KurguDalam bahasa Spanyol Falsedad berarti sebuah kepalsuan. sama seperti diri gue yang penuh dengan kepalsuan di depan banyak orang. Berpura pura tersenyum. Berpura pura baik. Berpura pura ramah. Apapun itu, tapi semua hanyalah semata mata bentuk pert...